Share

Bab 2. Cantik Setelah Bercerai

Penulis: Qinoy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-13 14:05:48

Bab 2. Cantik Setelah Bercerai

"Bu Aisyah," salah seorang pria berjas hitam yang duduk di depannya angkat bicara. "Kami sudah mengatur semuanya sesuai perintah Anda. Rapat dengan dewan direksi akan dimulai besok pagi pukul sembilan. Apakah Anda ingin mengubah jadwal atau menambah permintaan?"

Malam itu, mobil hitam melaju perlahan meninggalkan perkampungan kecil yang selama lima tahun menjadi tempat Aisyah mencoba bertahan. Perjalanan terasa sunyi, hanya suara roda yang berputar di atas aspal yang terdengar. Aisyah duduk diam di kursi belakang, tatapannya kosong, tetapi di dalam dadanya menyala sesuatu—amarah yang ia tahan selama bertahun-tahun kini mencari jalan keluar.

Aisyah memandang pria itu dengan mata yang tajam, seolah menunjukkan sisi dirinya yang selama ini terkubur. "Tidak perlu. Pastikan semua berjalan sesuai rencana. Aku ingin ini selesai secepatnya."

"Baik, Bu."

Mobil berhenti di depan sebuah gedung pencakar langit yang menjulang megah di pusat kota. Dengan gerakan anggun, Aisyah turun dari mobil, didampingi beberapa pria berjas hitam. Ia tidak lagi terlihat seperti wanita yang baru saja dihina dan diusir dari rumah mertuanya. Aura dingin dan berwibawa terpancar dari wajahnya yang kini penuh dengan determinasi.

Sementara itu, di rumah mertuanya, Bu Ratna masih bahagia atas perceraian yang terjadi antara Aisyah dan Arman. Mereka duduk di kursi teras rumah tertawa riang.

“Farah, kamu tahu, aku selalu berharap punya menantu seperti kamu,” puji Bu Ratna sambil menatap Farah dengan penuh kebanggaan.

Farah tersenyum lebar. “Terima kasih, Tante. Saya akan berusaha menjadi yang terbaik untuk Mas Arman dan keluarga ini.”

“Terima kasih ya, sudah membawa masuk Arman ke kantor tempat kamu kerja di Amarta Group,” ucap Bu Ratna sambil tersenyum lebar. “Pasti berkat kamu dia bisa diterima di sana.”

Farah tersenyum malu-malu. “Iya, Tante. Kebetulan di Amarta Group ada divisi yang membutuhkan karyawan baru, jadi saya merekomendasikan Mas Arman. Lagipula, saya juga ingin membantunya setelah kami bertemu lagi di acara reuni sekolah bulan lalu.”

“Oh, jadi kalian bertemu lagi setelah sekian lama?” tanya Bu Ratna dengan nada ingin tahu.

“Iya, Tante. Sebenarnya dulu saya dan Mas Arman pernah dekat sewaktu SMA, tapi waktu itu kami tidak sempat melanjutkan hubungan karena keadaan. Tapi sekarang, sepertinya takdir mempertemukan kami kembali,” jawab Farah dengan senyum manis yang penuh arti.

“Oh, kamu memang jodohnya Arman,” puji Bu Ratna sambil menepuk lembut tangan Farah.

“Ibu dengar Pamannya Farah juga salah satu  orang penting di Amarta Group."

“Iya, Bu. Beliau juga yang membantu Mas Arman masuk menjadi salah satu karyawan sana.”

“Terima kasih, Nak. Beruntungnya Arman bercerai dan memilih kamu. Akhirnya Arman bisa menjadi pekerja kantoran lagi.” 

Rina mantan ipar Aisyah ikut berkomentar. “Yah, menikah dengan Aisyah hanya bawa sial Arman, dia terkena phk dari kerjaan—”

“Bu Ratna … Bu ….” Suara seorang wanita terdengar dari balik pagar kayu teras rumah menghentikan ocehan, Rina. 

Mereka pun menoleh ke arah sumber suara, seorang wanita bertubuh gemuk berusaha membuka pintu pagar dan langsung masuk dengan napas putus-putus.

“Duduk dulu, Bu.” Bu Ratna yang dipanggil-panggil mempersilakan wanita yang merupakan  tetangganya itu untuk ikut duduk di kursi kayu yang masih kosong. “Ada apa, Bu sampai ngos-ngosan begitu?”

“Saya baru saja melihat Aisyah dibawa pergi naik mobil mewah sama laki-laki, Bu.” Ibu Gendut tadi berbicara dengan suara terputus-putus.

Suara Arman tertawa, “Jangan-jangan dia mau jual diri?”

“Bisa jadi, karena kita sudah tidak lagi menampung wanita yang tidak tahu asal usulnya itu, tidak heran jika dia jual diri!” Suara Rina, ipar Aisyah mencicit.

“Maksudnya apa, Bu? Aisyah tidak lagi di sini?” Si Ibu tetangga gendut itu kebingungan. 

Mendengar itu, Bu Ratna mendengus sinis. “Arman sudah menceraikaannya, Bu. Mungkin benar dia mau menjual diri, mau kerja apa memang wanita miskin tidak berpendidikan seperti dia?”

“Jangan seperti itu, Bu. Siapa tahu Mbak Aisyah bertemu temannya saja.” Farah mencoba sok polos dan menjaga image baik meski di hatinya menaruh rasa benci dan menertawakan Aisyah.

“Aku sangat bersyukur menceraikan wanita munafik semacam Aisyah.” Arman masih mengira mantan istrinya itu benar-benar jual diri. “Dan aku beruntung kembali bertemu Farah, wanita yang jauh lebih anggun dan berkelas.”

“Astaga, ternyata sudah bercerai?” Ibu-ibu gendut tadi mengangguk-anggukan kepala.

“Iya dan Farah yang akan menjadi istri baru Arman. Wanita dari keluarga baik-baik, berpendidikan, dan santun.” Bu Ratna mengelus pundak Farah yang duduk di dekat Bu Ratna.

“Ah, ibu bisa saja.” Farah malu-malu menudukkan kepala.

Mereka masih menertawakan kemalangan Aisyah tanpa menyadari apa yang sebenarnya terjadi. 

Keesokan paginya, suasana kantor ramai seperti biasa. Arman dan Farah bergandengan tangan memasuki gedung Amarta Group dengan percaya diri. Namun, langkah Arman terhenti ketika melihat sosok yang sangat dikenalnya.

“Aisyah?!” Arman hampir berteriak.

Mantan istrinya itu terlihat rapi menggunakan celana putih dan kemeja warna biru muda yang dimasukkan ke dalam celana. Sekilas hampir-hampir dia tidak mengenali mantan istrinya itu karena penampilannya jauh berbeda dari biasanya yang selalu kumal dan tidak terurus. Sekarang, Aisyah terlihat cantik dan modis. Farah yang melihat calon suaminya menatap dalam wanita yang sudah susah payah diusirnya mencubit perut Arman hingga lelaki itu tersadar sempat terpana pada wanita yang dia buang.

“Apa yang kamu lakukan di sini?!” Arman bertanya dengan tatapan memindai dari ujung kaki Aisyah yang mengenakan sepatu heels hingga ke ujung kepala 

di mana rambutnya tertutup rapi oleh jilbab satin warna krem yang elegan.

Farah menatap Aisyah dengan tatapan meremehkan. “Ngapain kamu di sini? Mau ngemis maaf dan minta balikan sama Arman?” 

Aisyah tidak menanggapi. Ia hanya melirik mereka dengan pandangan dingin.

Arman mengira sang mantan istri mengejarnya sampai ke kantor untuk meminta kembali. “Jangan mimpi Aisyah, meski kamu mengubah penampilan aku tidak akan mau kembali pada wanita yang baru saja cerai tapi sudah jual diri!”

“Jual diri kamu bilang?” Aisyah memicingkan mata.

“Iya, tetangga ada yang melihatmu semalam pergi dengan laki-laki menaiki mobil. Apa lagi kalau kamu yang miskin dan tidak punya uang itu kalau tidak jual diri.” Farah sudah seperti menguasai Arman. Bahkan pertanyaan yang Aisyah lontarkan yang seharusnya dijawab Arman malah dijawab Farah seperti juru bicara.

Mendengar tuduhan tidak jelas itu membuat Aisyah tertawa kecil.

Farah menarik lengan Arman. “Lihat dia menjadi gila karena kamu ceraikan.” Farah merengek. “Mas, usir dia! Jangan sampai dia mempermalukan kita!”

“Siapa yang mempermalukan siapa?” Aisyah mulai kembali membuka mulut. “Baiklah. Mari kita bicara fakta. Selama lima tahun aku mencoba menjadi istri yang baik, menantu yang patuh, tapi apa balasan kalian? Penghinaan, cemoohan, dan pengkhianatan.”

Tatapan tajam Aisyah belum pernah Arman lihat sebelumnya. Lelaki itu merasa diremehkan dia pun berteriak lantang. “Pergi dari sini sebelum aku menyuruh orang menyeret dirimu!” 

Biasanya Aisyah akan takut menangis dan langsung pergi dengan kepala tertunduk saat melihat Arman marah. Namun, kali ini dugaan lelaki itu salah, Aisyah masih menatap tenang dan tubuhnya tidak gemetar ketakutan seperti yang selama ini terjadi. 

“Aku di sini bukan untuk kalian, atas hak apa kalian mau mengusirku?”

Bab terkait

  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 3. Pertemuan yang Membuka Luka

    Bab 3. Pertemuan yang Membuka LukaArman maju beberapa langkah, mengabaikan kehadiran Farah yang mengekor di belakangnya. “Jangan main-main, Aisyah. Kamu datang ke sini untuk apa? Menguntitku? Atau kamu sengaja ingin mencari masalah?”Mata mereka bertemu. Ada luka yang tersembunyi dalam tatapan, tapi bibir Aisyah berhasil melengkung dalam senyum tipis yang dingin. “Aku di sini bukan urusanmu, Arman. Tidak perlu khawatir, lagipula ini kantor orang tua__""Pergilah, Aisyah. Jangan mempermalukan diriku." Arman memotong kalimat Aisyah yang belum selesai. Aisyah terpaksa mengatupkan kembali bibirnya. "Farah, sudah berusaha keras agar aku diterima bekerja di tempat ini. Jangan membuatku terlibat masalah karena dirimu!" Arman menuding. "Apa maksudmu?" Rasanya Aisyah ingin tertawa mendengar pernyataan konyol Arman. Bahkan saat wanita itu menoleh ke arah Farah, wajah wanita yang sudah merebut suaminya itu tampak congkak. "Kau benar-benar tidak tau apa-apa, Arman." Suara tawa Aisyah terdenga

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 4. Pengungkapan yang Menggetarkan

    Bab 4. Pengungkapan yang Menggetarkan"Apa yang kau icarakan, bodoh. Wanita macam apa yang berani mengklaim hal konyol seperti itu?" Suara tawa Farah menggema di pelataran kantor, memancing lebih banyak bisik-bisik dari kerumunan yang sudah berkumpul.Aisyah menelan rasa sakit di kakinya, berusaha keras untuk tetap berdiri dengan sisa tenaga yang ia miliki. Mata-mata penuh ejekan dari orang-orang di sekitarnya membuat dadanya terasa sesak."Berhenti menertawakanku!" Aisyah berteriak, suaranya pecah oleh emosi.Namun, bukannya berhenti, Farah justru melangkah mendekat dengan tatapan penuh cemooh. "Kau ini apa? Mau mencoba membuktikan sesuatu? Hei, lihatlah dirimu! Bahkan berjalan saja kau kesulitan."Aisyah menatap Farah dengan mata berkaca-kaca, namun tak ada air mata yang ia biarkan jatuh. "Kau pikir kau sudah menang, Farah?" katanya dengan suara gemetar.Arman menyeringai. "Kau sudah kalah, Aisyah. Jangan membuat dirimu semakin menyedihkan."Aisyah ingin melawan, tetapi rasa sakit d

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   BAB 5. Manipulatif

    Bab 5. ManipulatifFarah menggebrak meja kecil di ruangannya dengan keras. Suara hantaman itu memantul di dinding ruang kerja yang dihiasi lukisan abstrak berwarna gelap. Matanya memerah, napasnya tersengal, sementara dada naik-turun seperti sedang membakar emosi yang tak tertahan.“Kenapa dia selalu mendapatkan perhatian? Bahkan setelah semua penghinaan tadi, dia masih diperlakukan seperti seorang ratu!” Suaranya nyaring, menggema, hingga membuat Hendra, pamannya, yang duduk santai di sofa kulit hitam di sudut ruangan, menoleh dengan alis terangkat.Hendra hanya menyeringai kecil, seolah menikmati pemandangan kemarahan Farah. Ia mengangkat cangkir kopinya dengan gerakan tenang, menyeruput sedikit, lalu meletakkannya kembali di meja kecil di hadapannya. “Tenang, Farah. Tidak ada yang abadi. Bahkan perhatian seorang Hermawan bisa kita belokkan.”Farah menoleh tajam. Matanya menyipit, kilatan penuh rasa ingin tahu muncul di balik amarahnya. “Apa maksud Paman?” tanyanya, suaranya lebih r

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   BAB 1. Bercerai

    Bab1. BerceraiBu Ratna mendengus. "Rencana? Lima tahun adalah rencana? Kalau kamu nggak bisa kasih anak, mungkin suami kamu butuh... ya, bantuan dari orang lain."Malam itu di meja makan, Aisyah hanya bisa menunduk, berusaha menahan air mata yang menggumpal di pelupuk. Kata-kata Bu Ratna tadi terasa seperti belati yang terus-menerus menusuk hatinya. Sudah lima tahun dia mencoba segalanya demi impian memiliki anak, tapi usahanya seolah tak pernah cukup. Sementara di sekelilingnya, pandangan sinis dan tatapan tajam dari mertuanya tak henti menghakimi.Setiap bisikan dan lirikan dari mereka seperti menuntut penjelasan, seakan-akan kekurangannya adalah kesalahan yang tak termaafkan. Mertuanya terus mengkritik dan menghina, sementara suaminya hanya diam, membiarkan Aisyah menanggung semuanya sendiri. Rasa sakit itu kian menyesakkan, membuat hatinya tergores semakin dalam tiap kali ia menyaksikan kekecewaan mereka yang tak kunjung berhenti."Aku tahu kamu dengar semuanya, Man," Bu Ratna me

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13

Bab terbaru

  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   BAB 5. Manipulatif

    Bab 5. ManipulatifFarah menggebrak meja kecil di ruangannya dengan keras. Suara hantaman itu memantul di dinding ruang kerja yang dihiasi lukisan abstrak berwarna gelap. Matanya memerah, napasnya tersengal, sementara dada naik-turun seperti sedang membakar emosi yang tak tertahan.“Kenapa dia selalu mendapatkan perhatian? Bahkan setelah semua penghinaan tadi, dia masih diperlakukan seperti seorang ratu!” Suaranya nyaring, menggema, hingga membuat Hendra, pamannya, yang duduk santai di sofa kulit hitam di sudut ruangan, menoleh dengan alis terangkat.Hendra hanya menyeringai kecil, seolah menikmati pemandangan kemarahan Farah. Ia mengangkat cangkir kopinya dengan gerakan tenang, menyeruput sedikit, lalu meletakkannya kembali di meja kecil di hadapannya. “Tenang, Farah. Tidak ada yang abadi. Bahkan perhatian seorang Hermawan bisa kita belokkan.”Farah menoleh tajam. Matanya menyipit, kilatan penuh rasa ingin tahu muncul di balik amarahnya. “Apa maksud Paman?” tanyanya, suaranya lebih r

  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 4. Pengungkapan yang Menggetarkan

    Bab 4. Pengungkapan yang Menggetarkan"Apa yang kau icarakan, bodoh. Wanita macam apa yang berani mengklaim hal konyol seperti itu?" Suara tawa Farah menggema di pelataran kantor, memancing lebih banyak bisik-bisik dari kerumunan yang sudah berkumpul.Aisyah menelan rasa sakit di kakinya, berusaha keras untuk tetap berdiri dengan sisa tenaga yang ia miliki. Mata-mata penuh ejekan dari orang-orang di sekitarnya membuat dadanya terasa sesak."Berhenti menertawakanku!" Aisyah berteriak, suaranya pecah oleh emosi.Namun, bukannya berhenti, Farah justru melangkah mendekat dengan tatapan penuh cemooh. "Kau ini apa? Mau mencoba membuktikan sesuatu? Hei, lihatlah dirimu! Bahkan berjalan saja kau kesulitan."Aisyah menatap Farah dengan mata berkaca-kaca, namun tak ada air mata yang ia biarkan jatuh. "Kau pikir kau sudah menang, Farah?" katanya dengan suara gemetar.Arman menyeringai. "Kau sudah kalah, Aisyah. Jangan membuat dirimu semakin menyedihkan."Aisyah ingin melawan, tetapi rasa sakit d

  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 3. Pertemuan yang Membuka Luka

    Bab 3. Pertemuan yang Membuka LukaArman maju beberapa langkah, mengabaikan kehadiran Farah yang mengekor di belakangnya. “Jangan main-main, Aisyah. Kamu datang ke sini untuk apa? Menguntitku? Atau kamu sengaja ingin mencari masalah?”Mata mereka bertemu. Ada luka yang tersembunyi dalam tatapan, tapi bibir Aisyah berhasil melengkung dalam senyum tipis yang dingin. “Aku di sini bukan urusanmu, Arman. Tidak perlu khawatir, lagipula ini kantor orang tua__""Pergilah, Aisyah. Jangan mempermalukan diriku." Arman memotong kalimat Aisyah yang belum selesai. Aisyah terpaksa mengatupkan kembali bibirnya. "Farah, sudah berusaha keras agar aku diterima bekerja di tempat ini. Jangan membuatku terlibat masalah karena dirimu!" Arman menuding. "Apa maksudmu?" Rasanya Aisyah ingin tertawa mendengar pernyataan konyol Arman. Bahkan saat wanita itu menoleh ke arah Farah, wajah wanita yang sudah merebut suaminya itu tampak congkak. "Kau benar-benar tidak tau apa-apa, Arman." Suara tawa Aisyah terdenga

  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 2. Cantik Setelah Bercerai

    Bab 2. Cantik Setelah Bercerai"Bu Aisyah," salah seorang pria berjas hitam yang duduk di depannya angkat bicara. "Kami sudah mengatur semuanya sesuai perintah Anda. Rapat dengan dewan direksi akan dimulai besok pagi pukul sembilan. Apakah Anda ingin mengubah jadwal atau menambah permintaan?"Malam itu, mobil hitam melaju perlahan meninggalkan perkampungan kecil yang selama lima tahun menjadi tempat Aisyah mencoba bertahan. Perjalanan terasa sunyi, hanya suara roda yang berputar di atas aspal yang terdengar. Aisyah duduk diam di kursi belakang, tatapannya kosong, tetapi di dalam dadanya menyala sesuatu—amarah yang ia tahan selama bertahun-tahun kini mencari jalan keluar.Aisyah memandang pria itu dengan mata yang tajam, seolah menunjukkan sisi dirinya yang selama ini terkubur. "Tidak perlu. Pastikan semua berjalan sesuai rencana. Aku ingin ini selesai secepatnya.""Baik, Bu."Mobil berhenti di depan sebuah gedung pencakar langit yang menjulang megah di pusat kota. Dengan gerakan anggu

  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   BAB 1. Bercerai

    Bab1. BerceraiBu Ratna mendengus. "Rencana? Lima tahun adalah rencana? Kalau kamu nggak bisa kasih anak, mungkin suami kamu butuh... ya, bantuan dari orang lain."Malam itu di meja makan, Aisyah hanya bisa menunduk, berusaha menahan air mata yang menggumpal di pelupuk. Kata-kata Bu Ratna tadi terasa seperti belati yang terus-menerus menusuk hatinya. Sudah lima tahun dia mencoba segalanya demi impian memiliki anak, tapi usahanya seolah tak pernah cukup. Sementara di sekelilingnya, pandangan sinis dan tatapan tajam dari mertuanya tak henti menghakimi.Setiap bisikan dan lirikan dari mereka seperti menuntut penjelasan, seakan-akan kekurangannya adalah kesalahan yang tak termaafkan. Mertuanya terus mengkritik dan menghina, sementara suaminya hanya diam, membiarkan Aisyah menanggung semuanya sendiri. Rasa sakit itu kian menyesakkan, membuat hatinya tergores semakin dalam tiap kali ia menyaksikan kekecewaan mereka yang tak kunjung berhenti."Aku tahu kamu dengar semuanya, Man," Bu Ratna me

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status