"Untuk apa kamu kesini?" tanya Darma.
"Tiidakkah kau melihat Aditya ketakutan melihatmu?" tanya Darma ketika menghampiri Reni. " Aku ibunya, Mas. Kau jangan lupa itu!" ucap Reni menatap tajam pada Darma. "Tapi kau sudah pergi sejak dia masih bayi, Reni! kau tidak berhak atas dirinya lagi, dari pada kamu membuat masalah dan membuat anakku semakin parah, sebaiknya kau pergi dari sini dengan baik-baik, " ucap Darma seraya menunjuk kearah pintu. "Sayang, ini mama, Nak! kamu pasti kangen mama kan, Sayang? " tanya Reni. Aditya tidak menjawab pertanyaan itu, ia terlihat begitu ketakutan hingga ia memeluk sang nenek dengan begitu erat. "Reni, lebih baik kau pergi, dia tidak mengenalmu," ucap neneknya Darma. "Lihatlah! Aditya sakit dan kau malah membuatnya ketakutan," imbuhnya seraya mengelus kepala Aditya. "Aku mamanya, kenapa dia harus takut denganku? " tanya Reni. "Mamaku hanya mama Alisa, bukan kamu, " ucap Aditya dari balik tubuh neneknya. Seketika Reni menatap Darma dan neneknya secara bersamaan, lalu ia tersenyum dengan tatapan meremehkan. "Kalian hebat, wanita lain kalian jadikan ibu, sedangkan ibu yang melahirkannya tidak kalian kenalkan, saya bisa menuntut kalian atas semua yang sudah kalian lakukan ini, " ucap Reni "Apakah kau tida waras?" tanya neneknya Darma seraya menahan emosinya. "Seharusnya kami yang menuntutmu karena telah menelantarkan anak yang masih bayi, silahkan kamu buat laporan, tapi jangan salahkan kami jika kami harus melaporkan dirimu balik! " ancam neneknya Darma. Reni menatap sinis pada neneknya Darma, dari dulu hanya dia yang merestui pernikahannya dengan Darma, tapi kenapa ia kini seolah memusuhinya? "Mas, Apa yang kamu lakukan, Mas? " tanya Reni seraya berusaha melepas tangannya yang di tarik oleh Darma. Darma tidak mengindahkan apa yang Reni katakan, Darma langsung menutup pintu ruangan Aditya dan menghempaskan tangan Reni yang ada dalam cekalannya. "Aku sudah mengatakan padamu, Reni! jangan datangi kami lagi, kami sudah bahagia tanpa kamu, jadi plis pergilah sejauh mungkin seperti hari-hari yang lalu, jangan ganggu kami lagi, " ucap Darma. "Tapi, Mas. Aku ini ibunya, aku ingin dekat dengan anakku juga, " ucap Reni "Aku tahu aku salah, tapi tidakkah kalian beri aku kesempatan untuk menebus kesalahanku?" tanya Reni dengan air mata yang berderai. "Aku juga tersiksa jauh dengan anakku, Mas. Aku tersiksa jauh darimu, karena itulah aku datang kembali dan ingin memperbaiki semuanya," ucapnya dengan mata yang melirik kearah Darma. Terlihat Darma yang seolah bimbang. "Apakah kamu tidak ingat, Bagaimana perjuanganku hamil dia, Apakah kamu tidak ingat bagaiaman tersiksanya aku saat mengalami mual dan gak bisa makan, apakah kamu tidak ingat bagaimana aku berjuang untuk melahirkan dia, bahkan aku sampai secar demi melahirkan dia kedunia ini, tapi kalian.... hanya karena aku pergi sekali, kalian sudah menggantikan aku dengan orang lain, bukankah apa yang wanita itu lakukan sama dengan apa yang aku lakukan?" tanya Reni yang di benarkan oleh Damar. "Mas, biarkan wanita itu pergi, izinkan aku kembali pada posisiku, aku ibu kandungnta, aku pasti bisa menjaga Aditya jauh lebih baik dari wanita itu, karena ikatan ibu kandung dan anak itu jauh lebih kuat, Mas, " ucap Reni seraya mendekati Darma dan memegang lengan Darma, menyandarkan kepalanya di lengan itu dengan lembut. "Beri aku kesempatan, Mas. Beri aku kesempatan untuk menjaga Aditya-Putra kita, " ucapnya lagi. Darma hanya diam, tidak bisakah Darma tegas? ****** "Jika Darma kembali dengan Reni, maka papa janji akan membuat Darma menyesal karena telah menyia-nyiakan Alisa, Papa akan bawa Alisa dalam rumah kita dan menjadikan dia sebagai pewaris kita, biarkan anak kurang ajar itu dengan wanita yang gak benar itu, Papa yakin... Aditya akan jauh lebih memilih Alisa dari pada wanita itu! '' ucap papanya Darma yang murka mendengar cerita dari istrinya. "Papa tenanglah dulu, Mama juga belum yakin, apakah Darna masih menerima wanita itu apa tidak! tapi, wanita itu pintar, pa. Aku yakin dia menggunakan segala cara untuk mengikuti anak kita, " ucap mamanya Darma. "Darma itu sudah dewasa, Ma. Dia juga sekarang menjadi pimpinan, jika pimpinan mereka tidak tegas, bagaiaman dia menjadi pemimpin, " ucap papanya Darma yang di benarkan oleh mamanya. "Papa benar, hanya saja.... mama mendapatkan kabar, jika Alisa tidak ada di panti, kalau Alisa tidak ada di panti, lalu dimana Alisa sekarang, Pa? kasihan sekali anak itu, " ucap mamanya Darma. "Mama jangan cemaskan itu, Papa akan mengutus anak buah papa untuk mencari Alisa, walau bagaimana pun Alisa telah banyak berjasa pada kita, anak itu mendonorkan darahnya pada papa disaat papa sudah ada di ujung maut, " ucap papanya Darma.Tidak ada yang tahu akan hati dan perasaan seseorang. Alisa yang mulai dari kemaren menon-aktifkan ponselnya, kini menghidupkannya lagi. Banyak pesan yang masuk bahkan da puluhan panggilan dari Darma. Ia heran, Apakah laki-laki itu merasa kehilangan ketika ia pergi? Alisa tersenyum ketika memikirkan itu, namun nyatanya ia salah, Darma menghubunginya bukan karena ia kehilangan dirinya, melainkan karena Aditya sakit dan terus saja menanyakannya. Jam 6 pagi. (Assalamu'alaikum, Alisa) Jam 8 (Dari tadi, Aditya selalu menanyakanmu, kamu ada dimana biar nanti aku jemput) Jam 9 (Kau masih belum aktif, kamu dimana? Aditya sampai jatuh karena mencarimu) Jam 10 (Alisa, ayolah... kamu ada dimana, anakku sedang membutuhkanmu, aku telepon tapi gak ada yang aktif, di panti kamu juga gak ada katanya, kamu ada dimana, Lis?) Jam 11 (Aku membutuhkanmu, Lis) (Lisa, anakku membutuhkanmu, kabari mas secepatnya) Jam 12 (Ya Allah, Lis. Kamu dimana?) Alisa meneteskan air mata ketika
"Bi, bawakan barang-barang saya ke kamar tuan Darma, dan singkirkan barang-barang wanita itu dari kamar mas Darma! " perintah Reni pada pembantu rumah Darma. Namun pembantu itu mengabaikan apa yang Reni katakan. "Bi, apa kamu tuli! " bentak tantenya Reni. "Maaf nyonya, tapi tuan Darma sudah menuju kemari dan beliau mengatakan jangan sentuh apapun sebelum beliau datang, " ucap pembantu itu yang berhasil membuat Reni dan tantenya terkejut, bahkan mereka terlihat begitu ketakutan. "Reni, bagaimana ini, bukankah kau bilang kalau Darma saat ini pulang malam? " tanya tantenya. "Itu yang aku dengar dari asistennya, Tante. Bisa gagal rencanaku, pikirkan tante, pikirkan cara agar Darma tidak mengusir kita, " bisik Reni pada tantenya. "Sial! ckkkk, " tantenya Reni berdecak dengan kesal. "Kamu kan yang melaporkan kedatangan kami kesini? " tanya Reni dengan mata melotot. "Maaf, nyonya. Tapi itu memanglah tugas saya," ucap pembantu itu. "Awas saja kamu, kalau aku kembali menjadi nyon
Alisa merasa menyesal karena sudah melakukan tindakan konyol ini, tapi Alisa sudah menjelaskan pada neneknya tentag keputusannya ini. Neneknya Darma memahami perasaan Alisa, apalagi neneknya kini tahu kehidupan nyata hubungan kedua pasangan itu. Neneknya tidak meyangka jika Darma bisa melakukan itu pada Alisa, bahkan Darma tidak pernah menyentuhnya. ''Ya Allah, Alisa. Maafkan nenek karena sudah tidak bisa mendidik Darma untuk menjadi suami yang baik dan bertanggung jawab, maafkan nenek, Nak?'' ucap sang Nenek ''Ini bukan salah nenek, Ini bukanlah salah siapa-siapa,Nek. Bahkan mas Darma juga tidak salah, haram juga jika mas Darma menyentuhku namun ia membayangkan wajah wanita lain,'' ucap Alisa seraya tersenyum. Sesaat Alisa hanya diam, ia fokus mengelus Aditya. ''Pergilah, Darma akan segera kembali kemari, ada seseorang yang melaporkan kedatanganmu, pergilah, Nak. Nenek juga ingin tahu seberapa besar, Darma menginginkanmu, jika ia benar-benar tidak menginginkanmu, maka nenek yang
Darma sudah berusaha mencari Alisa, namun takdir belum mempertemukan mereka. Di tengah-tengah kebingungan yang Darma rasakan, Alisa malah berjalan santai. Entah kenapa ia masih kepikiran dengan kondisi Aditya. Walau bagaimanapun ... anak itu sudah sangat dekat dengannya. [Lis, kamu ada dimana, bukankah kau sudah berjanji akan bicara dengan,Mas? Kenapa kamu tidak menunggu, Mas] pesan itu Alisa baca ketika ia berada di tengah jalan. [Aku tidak pergi, Mas. Aku tadi masih keruangan dokter, ya ... awalnya aku ingin pergi, tapi ....Baiklah, aku ada di taman dekat rumah sakit, aku tunggu mas disini] balas Alisa, pesan itu langsung centang dua biru, menunjukkan jika Darma langsung membaca pesan itu, terlihat Darma mengetik hingga terpapang tulisan ('Tunggu mas, mas akan segera sampai' )pesan itu membuat Alisa gamang, ia gugup tentang hal yang akan ia katakan nanti pada Darma. Dengan perasaan tak menentu, Alisa duduk menatap seluruh taman, ia tersenyum melihat kaluarga yang begitu baha
"Aku menerima pernikahan ini karena Nenek sudah terlalu tua untuk menjaga anakku."Deg!Alisa terdiam kala mendengar ucapan suami yang baru dinikahinya itu. Belum lagi, kala wanita itu harus mendengar kalimat selanjutnya."Setelah kepergian mamanya Aditya, aku tidak lagi bisa percaya dengan wanita manapun, tapi nyatanya sekarang aku harus menikah atas dasar pilihan Nenek." Tanpa terasa, air mata berjatuhan di pipi wanita itu.Bagaimana bisa pernikahan pertamanya begitu menyedihkan?'Alisa, sabarlah!' batin Alisa menguatkan diri.Darma tidak menatap Alisa sama sekali. "Untuk saat ini, aku hanya ingin fokus pada perkembangan anakku dan perusahaan," ucapnya, "aku tahu, ini bukanlah salahmu, tapi salahku yang tidak bisa menolak. Hanya saja, aku tak bisa mencintaimu."Setiap ucapan yang Darma lontarkan membuat wanita itu semakin terisak. Namun, pria itu seolah menulikan telinganya dengan pergi ke kemar mandi.Rasanya, ia ingin kabur dari sini. Namun, bayangan anak berusia tiga tahun yan
Setelah itu, Alisa melihat Darma masih bersikap biasa, hingga ia pun merasa lega. Namun, ia melihat Darma seperti mencari sesuatu. Pria itu terus saja bolak-balik ke laci nakas, bawah meja, bahkan laci meja rias. Semua Darma buka satu per satu, tanpa ada niatan bertanya pada Alisa. Padahal, pria itu tahu jika semua yang ada dalam kamar itu sudah Alisa kuasai karena hanya dialah yang membereskan kamar itu tanpa bantuan seorang pembantu pun."Mas cari apa, mungkin aku bisa bantu?" tanya lembut Alisa. "Berkas yang tadi malam aku letakkan di atas meja," jawabnya ketus, tetapi wanita itu tak memedulikannya. Segera saja, Alisa ke laci nakas Ia langsung mengambil berkas yang Darma maksud. "Apakah ini berkasnya?" T Pria itu sontak mendekati Alisa dan mengambil berkas itu dengan kasar. "Aku sudah mengatakan, jangan pernah sentuh barang-barangku," ucap Darma seraya berlalu. Alisa tertegun dengan kalimat yang Darma lontarkan. Bukankah semua barang-barangnya, Alisa yang menyimpannya,
"Saya akan menyiapkan air hangat dan pakaian anda tuan, " Ucap Alisa seraya berlalu. Alisa bergegas menyiapkan handuk dan air hangat di kamar mandi. Mengganti keset lama dengan keset yang baru dan menyiapkan baju ganti untuk Darma. Alisapun menunggu Darma datang dan memastikan airnya masih hangat. Beberapa saat kemudian, suara pintu terbuka membuat perhatian Alisa teralihkan. Alisa langsung bangkit seperti biasanya dan menunggu hingga Darma masuk ke kamar mandi. Alisa mengambil pakaian kotor Darma dan meletakkan di ranjang kotor. Setelah memastikan semua tugasnya sudah selesai, Alisa-pun keluar dari kamarnya. Alisa sudah bertahan selama beberapa bulan namun sampai detik ini, Darma belum bisa menerima Alisa sebagai istri seutuhnya. Bukankan kita akan dikatakan suami istri jika kita sudah saling menyatu. 'Aditya, Mungkin mama jahat, sayang. Tapi sekarang mama kandungmu sudah datang sayang, jadi Mama harus sadar diri dan pergi, Mama sayang Aditya, tapi mama juga tidak bisa menghalan
"Alisa, kau sudah datang? Loh, kamu mau kemana cah ayu? " Tanya Neneknya Darma. "Nenek, Mama, Alisa mau pulang sebentar, " Ucap Alisa seraya terus berusaha untuk tersenyum. Alisa tidak menyangka jika kedua orang tua itu bisa melihat dirinya. "Pulang? Malam-malam seperti ini kau mau pulang?tanya sang Mama. " Iya ma, Alisa sudah membicarakan ini dengan mas Darma, beliau mengijinkan, Nek, Ma" ucap Alisa seraya terus menampilkan senyumannya. Dengan cepat, Alisa mencium punggung tangan Neneknya dan mamanya. Setelah itu Alisa segara berlalu ia tidak ingin neneknya bertanya yang lebih jauh lagi. Ketika Alisa sudah sampai di gerbang rumahnya, Tiba-tiba tangannya dicekal oleh seseorang yang tak lain lagi adalah Darma.'Dia disini, Apakah dia mengejarku? ' bathin Alisa ketika tatapannya bertemu dengan tatapan Darma. Sosok laki-laki yang sudah berhasil membuat hatinya berbunga namun berhasil pula meluluh lantahkan hatinya. Ia bahagia karena melihat Darma pulang, tapi ia tidak boleh berhara