Share

Bab 6 Darma Kebingungan

Tidak dapat Darma pungkiri, semua kacau setelah kepergian Alisa. Bahkan ia tadi kebingungan harus menyiapkan segalanya, dari baju dan semuanya. Bahkan ia harus di pusingkan dengan pertanyaan Aditya tentang Alisa.

(Aditya masuk rumah sakit, dia jatuh dari tangga ketika mencari Alisa) pesan itu semakin membuat Darma gelisah.

Melihat kegelisahan Darma, sang Asisten langsung menunda pertemuan penting itu.

"Apakah ada masalah tuan? " Bisik Roby sang asisten.

"Anakku masuk rumah sakit kau handle semuanya, " ucap Darma seraya menepuk lengan Roby setelah itu ia langsung berlalu.

Ia pergi dengan hati gelisah dan takut, namun... keributan yang terjadi di tempat resepsionis, membuat langkah Darma terhenti.

"Maaf nyonya, anda tidak bisa keruangan tuan Darma sebelum melakukan janji dengan beliau, "ucap resepsionis itu.

"Kalian tidak tahu siapa aku, Hah! Aku istri pemilik perusahaan ini, jika suamiku tahu, aku pastikan kalian akan di pecat!" Reni begitu emosi karena resepsionis itu masih terus menahannya agar tidak masuk.

Tanpa sengaja, Reni melihat Darma yang berdiri tidak jauh dari tempatnya, merasa akan di bela oleh Darma, Reni berhambur mendekati Darma.

"Sayang lihatlah! Mereka melarangku untuk menemuimu, katakan pada mereka, Siapa aku, " ucap Reni seraya melirik tajam pada arah resepsionis, yang mana mereka hanya menundukkan kepalanya.

"Darma, bahkan mereka kasar padaku," ucapnya seraya hendak memeluk Darma, namun dengan cepat Darma menghindar.

"Jaga sikapmu, Reni. Apa yang mereka lakukan atas perintahku, jadi mulai saat ini jangan pernah menemuiku sebelum ada janji dengan asistenku, " ucap Darma yang berhasil membuat Reni mematung seketika.

Beberapa saat kemudian, Reni sadar jika Darma sudah jauh dari jaraknya, tanpa memikirkan rasa malu, Reni mengejar Darma.

"Mas, tunggu! " Reni mencoba menghentikan Darma ketika Darma hendak membuka pintu mobilnya.

Darma melepaskan tangan Reni yang memegang tangannya.

"Mas, ini bukan seperti mas Darma yang aku kenal, Mas... aku Reni, wanita yang kau cintai, kenapa kau berubah, Mas? " Tanya Reni dengan memasang wajah sedihnya.

"Apa kau amnesia, Kau yang meninggalkan aku, Ren! Kau yang menelantarkan anakmu, ya... Aku bukan Darma yang dulu, jadi mulai saat ini menjauhlah dari kehidupanku, kenapa kau datang lagi, Ren? Kenapa kau tidak menghilang saja seperti kemarin, karena ulahmu, istriku pergi dari rumah, karena ulahmu anakku masuk rumah sakit, aku tidak bisa memaafkanmu, Ren, " ucap Darma seraya masuk kedalam mobilnya.

"Mas, tunggu! Kau bilang anak kita masuk rumah sakit? Aku ikut, Mas! " teriak Reni seraya mengetuk kaca mobil Darma. Namun Darma mengabaikan ucapan Reni, ia melajukan mobilnya hingga Reni terjatuh, Damar bisa melihat itu dari spion kacanya.

(Apa kau masih di kantor? Aditya nangis ingin bertemu dengan alisa, sedangkan Alisa tidak ada di panti asuhan) pesan itu semakin membuat Darma kebingungan. Awalnya Dharma ingin langsung menuju ke panti asuhan untuk menjemput Alisa Namun ternyata pesan dari neneknya membuat ia mengurungkan niatnya ia kebingungan harus mencari Alisa ke mana.

"Mbak Denok, Aku yakin dia tahu ke mana Alisa pergi, "gumam Dharma, ia langsung melajukan mobilnya ke rumah sakit, tanpa ia sadari ia sudah sampai di depan rumah sakit. Dengan langkah cepat Darma langsung menuju ke ruangan di mana Aditya dirawat karena sebelumnya neneknya juga sudah menuliskan ruangan Aditya.

"Aditya, bagaimana keadaanmu, Nak? " Tanya Darma

"Ini pasti salah Papa, Papa selalu marahi Mama, karena itu mama pergi, Aditya ingin Mama... Aditya ingin Mama, " Aditya meronta ingin bertemu dengan Alisa, seketika Darma terdiam.

"Aditya melihat papa marahin mama, lalu mama menangis ketika papa sudah pergi, papa jahat, papa jahat sama mama, Aditya mau mama, " ucap anak itu meronta-ronta.

"Nak, Aditya salah faham, mungkin Papa dan Mama sedang belajar akting kayak di film-film," Sang nenek berusaha menenangkan Aditya.

"Aditya, Papa janji akan membawa Mama pulang kembali, Nak! "

*******

"Alisa, makan dulu, Nak. Nanti nasinya keburu dingin, "

"Iya, Bu. Ini Alisa lagi buatkan ibu semur tempe kesukaan ibu, " jawab Alisa seraya membawa mangkok yang berisi semur tempe kesukaan ibunya. Namun Alisa merasa aneh pada dirinya sendiri. Dari tadi ia merasa tidak nyaman, pikirannya selalu tertuju pada Aditya. Namun Alisa selalu meyakinkan dirinya bahwa ada Reni sebagai penggantinya.

Amina melihat senyum palsu di bibir Alisa.

"Kau tidak ingin berkunjung ke panti? " Tanya Bu Amina

Sejenak Alisa terdiam, ia mengambil nasi dan ia letakkan di piringnya.

"Kapan-kapan saja, Bu. Alisa belum siap, " ucap Alisa.

"Apakah kau takut suamimu akan datang ke sana? " Tanya Bu Amina

"Tidak, Bu. Mas Darma tidak akan datang, istrinya sudah kembali, jadi seharusnya Alisa pergi, " jawab Alisa yang membuat bu Amina mengerti saat ini.

"Ibu jangan katakan pada siapapun jika aku ada di sini," ucap Alisa seraya mengambil tumis kangkung.

"Baiklah, Ibu tidak akan mengatakan apapun pada siapapun, tapi saran ibu jika ada masalah sekecil apapun lebih baik di selesaikan dengan pikiran yang tenang dan jangan pergi, kamu masih istrinya ... sangat tidak baik jika istri pergi dari rumah tanpa izin dari suami, " ucap Bu Amina.

Lagi dan lagi Alisa terdiam, karena ia tahu apa yang ia lakukan itu salah.

"Alisa sudah mengatakan pada mas Darma, Bu" Ucap Alisa

"Tapi kamu tidak mengatakan kemana tujuanmu, Nak"

"Alisa hanya bilang mau pulang ke panti, Bu, " Jawab Alisa, Bu Amina tidak bertanya lagi, karena melihat Alisa yang sudah menyantap makanannya.

Alisa memang menon-aktifkan ponselnya. Hatinya belum siap untuk menghadapi semuanya. Mungkin benar yang Bh Amina katakan, keputusan yang di ambil dalam keadaan marah itu tidaklah baik, tapi hanya ini yang bisa Alisa lakukan untuk mengobati hatinya. Menjauh sejauh mungkin, dan itu yang ingin Alisa lakukan sekarang.

Sedangkan di sisi lain, Reni sudah menemukan rumah sakit tempat Aditya di rawat.

"Ada yang bisa kami bantu, Bu? " Tanya resepsionis rumah sakit.

"Ruangan pasien yang bernama Aditya putra tuan Darma itu dimana ya, Mbak? " Tanya Reni

"Anda siapanya pasien? " Tanya resepsionis

"Saya mamanya, "jawab Reni dengan cepat. Mendengar itu resepsionis itupun memberi tahu kan ruangan Aditya. Dengan mata berbinar, Reni melangkah dengan percaya diri, ia mengibaskan rambut indahnya, dengan pakaian seksi tentu menjadi pusat perhatian banyak orang karena disini rumah sakit, bukan tempat untuk menjadi model yang ingin tebar pesona.

Hingga akhirnya Reni sampai di ruangan Aditya. Tanpa mengetuk pintu, Reni masuk keruangan itu, membuat beberapa orang yang ada dalam ruangan itu terkejut, begitu juga dengan Aditya yang langsung menatap kearah neneknya. Melihat Reni yang semakin dekat, Aditya malah semakin ketakutan.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kolom Jembatan
ceritanya seru kak. lanjut dong
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status