Tidak dapat Darma pungkiri, semua kacau setelah kepergian Alisa. Bahkan ia tadi kebingungan harus menyiapkan segalanya, dari baju dan semuanya. Bahkan ia harus di pusingkan dengan pertanyaan Aditya tentang Alisa.
(Aditya masuk rumah sakit, dia jatuh dari tangga ketika mencari Alisa) pesan itu semakin membuat Darma gelisah. Melihat kegelisahan Darma, sang Asisten langsung menunda pertemuan penting itu. "Apakah ada masalah tuan? " Bisik Roby sang asisten. "Anakku masuk rumah sakit kau handle semuanya, " ucap Darma seraya menepuk lengan Roby setelah itu ia langsung berlalu. Ia pergi dengan hati gelisah dan takut, namun... keributan yang terjadi di tempat resepsionis, membuat langkah Darma terhenti. "Maaf nyonya, anda tidak bisa keruangan tuan Darma sebelum melakukan janji dengan beliau, "ucap resepsionis itu. "Kalian tidak tahu siapa aku, Hah! Aku istri pemilik perusahaan ini, jika suamiku tahu, aku pastikan kalian akan di pecat!" Reni begitu emosi karena resepsionis itu masih terus menahannya agar tidak masuk. Tanpa sengaja, Reni melihat Darma yang berdiri tidak jauh dari tempatnya, merasa akan di bela oleh Darma, Reni berhambur mendekati Darma. "Sayang lihatlah! Mereka melarangku untuk menemuimu, katakan pada mereka, Siapa aku, " ucap Reni seraya melirik tajam pada arah resepsionis, yang mana mereka hanya menundukkan kepalanya. "Darma, bahkan mereka kasar padaku," ucapnya seraya hendak memeluk Darma, namun dengan cepat Darma menghindar. "Jaga sikapmu, Reni. Apa yang mereka lakukan atas perintahku, jadi mulai saat ini jangan pernah menemuiku sebelum ada janji dengan asistenku, " ucap Darma yang berhasil membuat Reni mematung seketika. Beberapa saat kemudian, Reni sadar jika Darma sudah jauh dari jaraknya, tanpa memikirkan rasa malu, Reni mengejar Darma. "Mas, tunggu! " Reni mencoba menghentikan Darma ketika Darma hendak membuka pintu mobilnya. Darma melepaskan tangan Reni yang memegang tangannya. "Mas, ini bukan seperti mas Darma yang aku kenal, Mas... aku Reni, wanita yang kau cintai, kenapa kau berubah, Mas? " Tanya Reni dengan memasang wajah sedihnya. "Apa kau amnesia, Kau yang meninggalkan aku, Ren! Kau yang menelantarkan anakmu, ya... Aku bukan Darma yang dulu, jadi mulai saat ini menjauhlah dari kehidupanku, kenapa kau datang lagi, Ren? Kenapa kau tidak menghilang saja seperti kemarin, karena ulahmu, istriku pergi dari rumah, karena ulahmu anakku masuk rumah sakit, aku tidak bisa memaafkanmu, Ren, " ucap Darma seraya masuk kedalam mobilnya. "Mas, tunggu! Kau bilang anak kita masuk rumah sakit? Aku ikut, Mas! " teriak Reni seraya mengetuk kaca mobil Darma. Namun Darma mengabaikan ucapan Reni, ia melajukan mobilnya hingga Reni terjatuh, Damar bisa melihat itu dari spion kacanya. (Apa kau masih di kantor? Aditya nangis ingin bertemu dengan alisa, sedangkan Alisa tidak ada di panti asuhan) pesan itu semakin membuat Darma kebingungan. Awalnya Dharma ingin langsung menuju ke panti asuhan untuk menjemput Alisa Namun ternyata pesan dari neneknya membuat ia mengurungkan niatnya ia kebingungan harus mencari Alisa ke mana. "Mbak Denok, Aku yakin dia tahu ke mana Alisa pergi, "gumam Dharma, ia langsung melajukan mobilnya ke rumah sakit, tanpa ia sadari ia sudah sampai di depan rumah sakit. Dengan langkah cepat Darma langsung menuju ke ruangan di mana Aditya dirawat karena sebelumnya neneknya juga sudah menuliskan ruangan Aditya. "Aditya, bagaimana keadaanmu, Nak? " Tanya Darma "Ini pasti salah Papa, Papa selalu marahi Mama, karena itu mama pergi, Aditya ingin Mama... Aditya ingin Mama, " Aditya meronta ingin bertemu dengan Alisa, seketika Darma terdiam. "Aditya melihat papa marahin mama, lalu mama menangis ketika papa sudah pergi, papa jahat, papa jahat sama mama, Aditya mau mama, " ucap anak itu meronta-ronta. "Nak, Aditya salah faham, mungkin Papa dan Mama sedang belajar akting kayak di film-film," Sang nenek berusaha menenangkan Aditya. "Aditya, Papa janji akan membawa Mama pulang kembali, Nak! " ******* "Alisa, makan dulu, Nak. Nanti nasinya keburu dingin, " "Iya, Bu. Ini Alisa lagi buatkan ibu semur tempe kesukaan ibu, " jawab Alisa seraya membawa mangkok yang berisi semur tempe kesukaan ibunya. Namun Alisa merasa aneh pada dirinya sendiri. Dari tadi ia merasa tidak nyaman, pikirannya selalu tertuju pada Aditya. Namun Alisa selalu meyakinkan dirinya bahwa ada Reni sebagai penggantinya. Amina melihat senyum palsu di bibir Alisa. "Kau tidak ingin berkunjung ke panti? " Tanya Bu Amina Sejenak Alisa terdiam, ia mengambil nasi dan ia letakkan di piringnya. "Kapan-kapan saja, Bu. Alisa belum siap, " ucap Alisa. "Apakah kau takut suamimu akan datang ke sana? " Tanya Bu Amina "Tidak, Bu. Mas Darma tidak akan datang, istrinya sudah kembali, jadi seharusnya Alisa pergi, " jawab Alisa yang membuat bu Amina mengerti saat ini. "Ibu jangan katakan pada siapapun jika aku ada di sini," ucap Alisa seraya mengambil tumis kangkung. "Baiklah, Ibu tidak akan mengatakan apapun pada siapapun, tapi saran ibu jika ada masalah sekecil apapun lebih baik di selesaikan dengan pikiran yang tenang dan jangan pergi, kamu masih istrinya ... sangat tidak baik jika istri pergi dari rumah tanpa izin dari suami, " ucap Bu Amina. Lagi dan lagi Alisa terdiam, karena ia tahu apa yang ia lakukan itu salah. "Alisa sudah mengatakan pada mas Darma, Bu" Ucap Alisa "Tapi kamu tidak mengatakan kemana tujuanmu, Nak" "Alisa hanya bilang mau pulang ke panti, Bu, " Jawab Alisa, Bu Amina tidak bertanya lagi, karena melihat Alisa yang sudah menyantap makanannya. Alisa memang menon-aktifkan ponselnya. Hatinya belum siap untuk menghadapi semuanya. Mungkin benar yang Bh Amina katakan, keputusan yang di ambil dalam keadaan marah itu tidaklah baik, tapi hanya ini yang bisa Alisa lakukan untuk mengobati hatinya. Menjauh sejauh mungkin, dan itu yang ingin Alisa lakukan sekarang. Sedangkan di sisi lain, Reni sudah menemukan rumah sakit tempat Aditya di rawat. "Ada yang bisa kami bantu, Bu? " Tanya resepsionis rumah sakit. "Ruangan pasien yang bernama Aditya putra tuan Darma itu dimana ya, Mbak? " Tanya Reni "Anda siapanya pasien? " Tanya resepsionis "Saya mamanya, "jawab Reni dengan cepat. Mendengar itu resepsionis itupun memberi tahu kan ruangan Aditya. Dengan mata berbinar, Reni melangkah dengan percaya diri, ia mengibaskan rambut indahnya, dengan pakaian seksi tentu menjadi pusat perhatian banyak orang karena disini rumah sakit, bukan tempat untuk menjadi model yang ingin tebar pesona. Hingga akhirnya Reni sampai di ruangan Aditya. Tanpa mengetuk pintu, Reni masuk keruangan itu, membuat beberapa orang yang ada dalam ruangan itu terkejut, begitu juga dengan Aditya yang langsung menatap kearah neneknya. Melihat Reni yang semakin dekat, Aditya malah semakin ketakutan."Untuk apa kamu kesini?" tanya Darma. "Tiidakkah kau melihat Aditya ketakutan melihatmu?" tanya Darma ketika menghampiri Reni. " Aku ibunya, Mas. Kau jangan lupa itu!" ucap Reni menatap tajam pada Darma. "Tapi kau sudah pergi sejak dia masih bayi, Reni! kau tidak berhak atas dirinya lagi, dari pada kamu membuat masalah dan membuat anakku semakin parah, sebaiknya kau pergi dari sini dengan baik-baik, " ucap Darma seraya menunjuk kearah pintu. "Sayang, ini mama, Nak! kamu pasti kangen mama kan, Sayang? " tanya Reni. Aditya tidak menjawab pertanyaan itu, ia terlihat begitu ketakutan hingga ia memeluk sang nenek dengan begitu erat. "Reni, lebih baik kau pergi, dia tidak mengenalmu," ucap neneknya Darma. "Lihatlah! Aditya sakit dan kau malah membuatnya ketakutan," imbuhnya seraya mengelus kepala Aditya. "Aku mamanya, kenapa dia harus takut denganku? " tanya Reni. "Mamaku hanya mama Alisa, bukan kamu, " ucap Aditya dari balik tubuh neneknya. Seketika Reni menatap Darma da
Tidak ada yang tahu akan hati dan perasaan seseorang. Alisa yang mulai dari kemaren menon-aktifkan ponselnya, kini menghidupkannya lagi. Banyak pesan yang masuk bahkan da puluhan panggilan dari Darma. Ia heran, Apakah laki-laki itu merasa kehilangan ketika ia pergi? Alisa tersenyum ketika memikirkan itu, namun nyatanya ia salah, Darma menghubunginya bukan karena ia kehilangan dirinya, melainkan karena Aditya sakit dan terus saja menanyakannya. Jam 6 pagi. (Assalamu'alaikum, Alisa) Jam 8 (Dari tadi, Aditya selalu menanyakanmu, kamu ada dimana biar nanti aku jemput) Jam 9 (Kau masih belum aktif, kamu dimana? Aditya sampai jatuh karena mencarimu) Jam 10 (Alisa, ayolah... kamu ada dimana, anakku sedang membutuhkanmu, aku telepon tapi gak ada yang aktif, di panti kamu juga gak ada katanya, kamu ada dimana, Lis?) Jam 11 (Aku membutuhkanmu, Lis) (Lisa, anakku membutuhkanmu, kabari mas secepatnya) Jam 12 (Ya Allah, Lis. Kamu dimana?) Alisa meneteskan air mata ketika
"Bi, bawakan barang-barang saya ke kamar tuan Darma, dan singkirkan barang-barang wanita itu dari kamar mas Darma! " perintah Reni pada pembantu rumah Darma. Namun pembantu itu mengabaikan apa yang Reni katakan. "Bi, apa kamu tuli! " bentak tantenya Reni. "Maaf nyonya, tapi tuan Darma sudah menuju kemari dan beliau mengatakan jangan sentuh apapun sebelum beliau datang, " ucap pembantu itu yang berhasil membuat Reni dan tantenya terkejut, bahkan mereka terlihat begitu ketakutan. "Reni, bagaimana ini, bukankah kau bilang kalau Darma saat ini pulang malam? " tanya tantenya. "Itu yang aku dengar dari asistennya, Tante. Bisa gagal rencanaku, pikirkan tante, pikirkan cara agar Darma tidak mengusir kita, " bisik Reni pada tantenya. "Sial! ckkkk, " tantenya Reni berdecak dengan kesal. "Kamu kan yang melaporkan kedatangan kami kesini? " tanya Reni dengan mata melotot. "Maaf, nyonya. Tapi itu memanglah tugas saya," ucap pembantu itu. "Awas saja kamu, kalau aku kembali menjadi nyon
Alisa merasa menyesal karena sudah melakukan tindakan konyol ini, tapi Alisa sudah menjelaskan pada neneknya tentag keputusannya ini. Neneknya Darma memahami perasaan Alisa, apalagi neneknya kini tahu kehidupan nyata hubungan kedua pasangan itu. Neneknya tidak meyangka jika Darma bisa melakukan itu pada Alisa, bahkan Darma tidak pernah menyentuhnya. ''Ya Allah, Alisa. Maafkan nenek karena sudah tidak bisa mendidik Darma untuk menjadi suami yang baik dan bertanggung jawab, maafkan nenek, Nak?'' ucap sang Nenek ''Ini bukan salah nenek, Ini bukanlah salah siapa-siapa,Nek. Bahkan mas Darma juga tidak salah, haram juga jika mas Darma menyentuhku namun ia membayangkan wajah wanita lain,'' ucap Alisa seraya tersenyum. Sesaat Alisa hanya diam, ia fokus mengelus Aditya. ''Pergilah, Darma akan segera kembali kemari, ada seseorang yang melaporkan kedatanganmu, pergilah, Nak. Nenek juga ingin tahu seberapa besar, Darma menginginkanmu, jika ia benar-benar tidak menginginkanmu, maka nenek yang
Darma sudah berusaha mencari Alisa, namun takdir belum mempertemukan mereka. Di tengah-tengah kebingungan yang Darma rasakan, Alisa malah berjalan santai. Entah kenapa ia masih kepikiran dengan kondisi Aditya. Walau bagaimanapun ... anak itu sudah sangat dekat dengannya. [Lis, kamu ada dimana, bukankah kau sudah berjanji akan bicara dengan,Mas? Kenapa kamu tidak menunggu, Mas] pesan itu Alisa baca ketika ia berada di tengah jalan. [Aku tidak pergi, Mas. Aku tadi masih keruangan dokter, ya ... awalnya aku ingin pergi, tapi ....Baiklah, aku ada di taman dekat rumah sakit, aku tunggu mas disini] balas Alisa, pesan itu langsung centang dua biru, menunjukkan jika Darma langsung membaca pesan itu, terlihat Darma mengetik hingga terpapang tulisan ('Tunggu mas, mas akan segera sampai' )pesan itu membuat Alisa gamang, ia gugup tentang hal yang akan ia katakan nanti pada Darma. Dengan perasaan tak menentu, Alisa duduk menatap seluruh taman, ia tersenyum melihat kaluarga yang begitu baha
"Aku menerima pernikahan ini karena Nenek sudah terlalu tua untuk menjaga anakku."Deg!Alisa terdiam kala mendengar ucapan suami yang baru dinikahinya itu. Belum lagi, kala wanita itu harus mendengar kalimat selanjutnya."Setelah kepergian mamanya Aditya, aku tidak lagi bisa percaya dengan wanita manapun, tapi nyatanya sekarang aku harus menikah atas dasar pilihan Nenek." Tanpa terasa, air mata berjatuhan di pipi wanita itu.Bagaimana bisa pernikahan pertamanya begitu menyedihkan?'Alisa, sabarlah!' batin Alisa menguatkan diri.Darma tidak menatap Alisa sama sekali. "Untuk saat ini, aku hanya ingin fokus pada perkembangan anakku dan perusahaan," ucapnya, "aku tahu, ini bukanlah salahmu, tapi salahku yang tidak bisa menolak. Hanya saja, aku tak bisa mencintaimu."Setiap ucapan yang Darma lontarkan membuat wanita itu semakin terisak. Namun, pria itu seolah menulikan telinganya dengan pergi ke kemar mandi.Rasanya, ia ingin kabur dari sini. Namun, bayangan anak berusia tiga tahun yan
Setelah itu, Alisa melihat Darma masih bersikap biasa, hingga ia pun merasa lega. Namun, ia melihat Darma seperti mencari sesuatu. Pria itu terus saja bolak-balik ke laci nakas, bawah meja, bahkan laci meja rias. Semua Darma buka satu per satu, tanpa ada niatan bertanya pada Alisa. Padahal, pria itu tahu jika semua yang ada dalam kamar itu sudah Alisa kuasai karena hanya dialah yang membereskan kamar itu tanpa bantuan seorang pembantu pun."Mas cari apa, mungkin aku bisa bantu?" tanya lembut Alisa. "Berkas yang tadi malam aku letakkan di atas meja," jawabnya ketus, tetapi wanita itu tak memedulikannya. Segera saja, Alisa ke laci nakas Ia langsung mengambil berkas yang Darma maksud. "Apakah ini berkasnya?" T Pria itu sontak mendekati Alisa dan mengambil berkas itu dengan kasar. "Aku sudah mengatakan, jangan pernah sentuh barang-barangku," ucap Darma seraya berlalu. Alisa tertegun dengan kalimat yang Darma lontarkan. Bukankah semua barang-barangnya, Alisa yang menyimpannya,
"Saya akan menyiapkan air hangat dan pakaian anda tuan, " Ucap Alisa seraya berlalu. Alisa bergegas menyiapkan handuk dan air hangat di kamar mandi. Mengganti keset lama dengan keset yang baru dan menyiapkan baju ganti untuk Darma. Alisapun menunggu Darma datang dan memastikan airnya masih hangat. Beberapa saat kemudian, suara pintu terbuka membuat perhatian Alisa teralihkan. Alisa langsung bangkit seperti biasanya dan menunggu hingga Darma masuk ke kamar mandi. Alisa mengambil pakaian kotor Darma dan meletakkan di ranjang kotor. Setelah memastikan semua tugasnya sudah selesai, Alisa-pun keluar dari kamarnya. Alisa sudah bertahan selama beberapa bulan namun sampai detik ini, Darma belum bisa menerima Alisa sebagai istri seutuhnya. Bukankan kita akan dikatakan suami istri jika kita sudah saling menyatu. 'Aditya, Mungkin mama jahat, sayang. Tapi sekarang mama kandungmu sudah datang sayang, jadi Mama harus sadar diri dan pergi, Mama sayang Aditya, tapi mama juga tidak bisa menghalan