Alisa melihat kearah sekitar, malam yang gelap membuatnya sedikit merasa takut untuk melangkah. Namun ia ingat akan semua hal yang terjadi selama pernikahannya.
******"Sial! Kau pergi meninggalkan aku karena ingin mengejar wanita itu, Mas. Tidak akan aku tidak akan membiarkan kau di miliki siapapun, kamu dan Aditya adakan milikku dan akan tetap menjadi milikku, " ucap kesal Reni yang kini sudah berada di apartemennya."Kau kenapa? datang-datang sudah marah seperti ini, bukankah kau mengatakan kalau kau bertemu dengan Darma?" Tanya tantenya Reni yang kini bermalam di apartemen Reni."Aku bertemu dengan Darma dan istrinya tante, Apakah tante tahu, Darma meninggalkan aku sendirian di restoran karena dia mengejar wanita itu, bukankah tante bilang kalau selama ini Darma tidak pernah terlihat bersamanya, tapi kenapa sekarang seperti ini tante, bukankah tante bilang kalau Darma masih tergila-gila denganku? " tanya Reni dengan nada kesal, terlihat jelas kemarahan dari sorot matanya."Itu benar, Reni. Coba kau pikirkan, bahkan Darma tidak pernah memperkenalkan istrinya pada rekan bisnisnya, dia hanya di jadikan pengasuh untuk anakmu, tante yakin kalau Darma melakukan itu untuk membalas sakit hatinya padamu. " Ucapan sang tante mampu meredam amarah Reni, Reni berfikir dan membenarkan apa yang tantenya katakan. Senyuman terlihat jelas di bibir Reni, lalu ia memeluk tantenya."Sayang, sekarang Darma ada di posisi tertinggi di dunia bisnis, bahkan kota ini di kuasai oleh bisnisnya, kau jangan sampai melakukan kebodohan lagi, Kau sudah cukup bersenang-senang di luar, ambil hati Darma dan anakmu, kuasa Darma saat ini. Dulu Darma bahkan rela melawan orang tuanya hanya demi dirimu kau gunakan lagi taktik itu untuk mendapatkannya lagi, "ucap tantenya Reni.Terkadang manusia terlambat untuk menyadari kesalahannya namun mereka tidak ingin mengulang kesalahan yang sama.Darma melihat keseluruh ruang kamarnya. Ia merasa kesunyian ketika tidak ada Alisa.Alisa yang selalu menyiapkan semua keperluannya, air hangat, baju tidur, minuman diatas nakas, semua Alisa lakukan tanpa ia minta namun saat ini, tidak ada perhatian itu.Darma menyibukkan diri dengan pekerjaan untuk menghindari ingatannya yang selalu tertuju pada Alisa.Disisi lain, Alisa mengetuk sebuah rumah kecil."Ya Allah, Alisa. Kau bersama siapa, Nak? " Tanya wanita paruh baya seraya keluar dari rumahnya dan melihat kearah sekitar."Alisa sendirian, Bu."Ibu Aminah tidak bertanya lagi, ia mengerti hanya dengan melihat mata Alisa."Masuklah, Nak!" ajak Bu Aminah seraya merangkul pundak Alisa.Bu Amina membuatkan minuman hangat untuk Alisa."Minumlah dulu, Nak. Lalu kau istirahatlah! " ucap Bu Amina"Terimakasih, Bu, " ucap Alisa dengan terus menundukkan wajahnya. Alisa sangat tahu, jika dirinya tidak bisa menyembunyikan apapun dari Bu Amina.Sosok ibu kedua setelah ibu Panti yang merawatnya."Kamarnya sudah ibu bereskan, Istirahatlah dan jangan banyak berfikir. Ibu tidak akan bertanya apapun, ibu akan tunggu kamu siap untuk menceritakan semuanya pada Ibu, " Ucap Ibu Aminah."Terimakasih banyak ya, Bu. Maafkan Alisa karena sudah menyusahkan ibu lagi, " Ucap Alisa."Tidak nak, istirahatlah! " Ucap Bu Aminah.Alisa pun masuk kedalam kamar yang sudah di sediakan oleh ibu Amina.Waktu seolah berjalan dengan begitu cepat, Alisa menunaikan ibadah ketika adzan shubuh terdengar beberapa menit yang lalu. Alisa menumpahkan segala lukanya diatas sajadah yang ia hamparkan. Ia berharap akan bisa mendapatkan ketenangan ketika hatinya gelisah.Ia menangis seraya menengadahkan kedua tangannya, berharap Tuhan memberikan tambah terbaik untuknya."Ya Allah, jika mas Darma adalah jodohku, maka dekatkanlah ia padaku, jika dia buka jodohku, berilah hamba ketabahan dan keikhlasan untuk melepaskan ikatan suci ini. Maafkan hamba karena menyerah dan tidak sabar akan cobaan yang suda engkau berikan, berilah yang terbaik untuk kami jagalah dia, Aditya dan Nenek serta kedua mertuaku, jauhkan mereka dari niat jahat seseorang, ku ikhlashkan takdirku di tangan-Mu ya Robby. " Do'a demi Do'a Alisa panjatkan hingga tanpa sadar, matahari sudah menampakkan cahayanya, namun tangisannya masih belum terhenti.Bu Amina melihat sebentar, ia tahu bahwa ini adalah keputus'asaan pertama kali seorang Alisa. Alisa tidak pernah menyerah dalam segala hal, namun saat ini Bu Amina menyaksikan sendiri ketidak berdayaan putri kesayangannya itu.******"Papa, Mama mana? Aditya cari gak ada? " Tanya Aditya ketika melihat ayahnya turun dari kamarnya, seketika tatapan Darma langsung tertuju pada Neneknya, namun neneknya mengabaikannya, ia ingin Darma sendiri yang menjelaskan pada Aditya tentang keberadaan Alisa."Mmmm, Mama sedang pergi jenguk ibu dan adik-adiknya, kita nanti akan menjemput Mama ya, tapi hari ini, Papa ada pekerjaan yang sangat penting, Aditya pinter kan? jadi Aditya tunggu Papa beresin pekerjaan Papa, lalu nanti kita jemput Mama, Bagaimana? " Tanya Darma seraya mensejajarkan tubuhnya dengan sang Putra."Papa kerja saja, Aditya bisa datangi Mama bersma nenek dan pak ujang, iya kan, Nek? " Tanya Aditya seraya menoleh kearah Neneknya."Aditya bareng Papa saja ya sayang, Nanti Mama sedih kalau bukan Papa yang jemput," ucap sang nenek."Kemarilah, kita sarapan dulu, " ajak sang nenek, namun terlihat jelas kekecewaan di wajah Aditya.Ketika hati sudah terikat satu sama lain, kesedihan akan datang ketika kita terpisah.Pagi ini Alisa berjalan-jalan dengan Bu Amina seraya mencari sayuran. Rumah Bu Amina berada di pinggir kota, sehingga akan banyak persawahan yang terbentang dengan begitu indah."Kamu ingat, Lis? Saat kau pertama kali keluar dari panti, banyak pengurus panti yang merasakan kehilangan, kau adalah penyemangat kami semua, kau adalah kebahagiaan kami semua, jadi apapun yang terjadi tetaplah menjadi kekuatan kami, " ucap Bu Amina."Cobaan dalam hidup pasti akan di lewati semua orang, tapi mereka menghadapinya dengan cara yang berbeda, jangan sampai kita di kuasai oleh ego dan emosi, hadapi semuanya dengan kepala dingin, kau adalah Alisa kami, kau pasti bisa melewati semuanya dengan baik, " ucap bu Amina."Alisa hanya butuh ketenangan untuk sementara, Bu. Alisa hanya ingin menenangkan hati Alisa yang selalu gelisah dan marah, Alisa tidak ingin, ketidaknyamanan dan ketidak berdayaan Alisa malah menyakiti hati yang lain, " ucap Alisa seraya menatap bu Amina.Tidak dapat Darma pungkiri, semua kacau setelah kepergian Alisa. Bahkan ia tadi kebingungan harus menyiapkan segalanya, dari baju dan semuanya. Bahkan ia harus di pusingkan dengan pertanyaan Aditya tentang Alisa. (Aditya masuk rumah sakit, dia jatuh dari tangga ketika mencari Alisa) pesan itu semakin membuat Darma gelisah. Melihat kegelisahan Darma, sang Asisten langsung menunda pertemuan penting itu. "Apakah ada masalah tuan? " Bisik Roby sang asisten. "Anakku masuk rumah sakit kau handle semuanya, " ucap Darma seraya menepuk lengan Roby setelah itu ia langsung berlalu. Ia pergi dengan hati gelisah dan takut, namun... keributan yang terjadi di tempat resepsionis, membuat langkah Darma terhenti. "Maaf nyonya, anda tidak bisa keruangan tuan Darma sebelum melakukan janji dengan beliau, "ucap resepsionis itu. "Kalian tidak tahu siapa aku, Hah! Aku istri pemilik perusahaan ini, jika suamiku tahu, aku pastikan kalian akan di pecat!" Reni begitu emosi karena resepsionis itu mas
"Untuk apa kamu kesini?" tanya Darma. "Tiidakkah kau melihat Aditya ketakutan melihatmu?" tanya Darma ketika menghampiri Reni. " Aku ibunya, Mas. Kau jangan lupa itu!" ucap Reni menatap tajam pada Darma. "Tapi kau sudah pergi sejak dia masih bayi, Reni! kau tidak berhak atas dirinya lagi, dari pada kamu membuat masalah dan membuat anakku semakin parah, sebaiknya kau pergi dari sini dengan baik-baik, " ucap Darma seraya menunjuk kearah pintu. "Sayang, ini mama, Nak! kamu pasti kangen mama kan, Sayang? " tanya Reni. Aditya tidak menjawab pertanyaan itu, ia terlihat begitu ketakutan hingga ia memeluk sang nenek dengan begitu erat. "Reni, lebih baik kau pergi, dia tidak mengenalmu," ucap neneknya Darma. "Lihatlah! Aditya sakit dan kau malah membuatnya ketakutan," imbuhnya seraya mengelus kepala Aditya. "Aku mamanya, kenapa dia harus takut denganku? " tanya Reni. "Mamaku hanya mama Alisa, bukan kamu, " ucap Aditya dari balik tubuh neneknya. Seketika Reni menatap Darma da
Tidak ada yang tahu akan hati dan perasaan seseorang. Alisa yang mulai dari kemaren menon-aktifkan ponselnya, kini menghidupkannya lagi. Banyak pesan yang masuk bahkan da puluhan panggilan dari Darma. Ia heran, Apakah laki-laki itu merasa kehilangan ketika ia pergi? Alisa tersenyum ketika memikirkan itu, namun nyatanya ia salah, Darma menghubunginya bukan karena ia kehilangan dirinya, melainkan karena Aditya sakit dan terus saja menanyakannya. Jam 6 pagi. (Assalamu'alaikum, Alisa) Jam 8 (Dari tadi, Aditya selalu menanyakanmu, kamu ada dimana biar nanti aku jemput) Jam 9 (Kau masih belum aktif, kamu dimana? Aditya sampai jatuh karena mencarimu) Jam 10 (Alisa, ayolah... kamu ada dimana, anakku sedang membutuhkanmu, aku telepon tapi gak ada yang aktif, di panti kamu juga gak ada katanya, kamu ada dimana, Lis?) Jam 11 (Aku membutuhkanmu, Lis) (Lisa, anakku membutuhkanmu, kabari mas secepatnya) Jam 12 (Ya Allah, Lis. Kamu dimana?) Alisa meneteskan air mata ketika
"Bi, bawakan barang-barang saya ke kamar tuan Darma, dan singkirkan barang-barang wanita itu dari kamar mas Darma! " perintah Reni pada pembantu rumah Darma. Namun pembantu itu mengabaikan apa yang Reni katakan. "Bi, apa kamu tuli! " bentak tantenya Reni. "Maaf nyonya, tapi tuan Darma sudah menuju kemari dan beliau mengatakan jangan sentuh apapun sebelum beliau datang, " ucap pembantu itu yang berhasil membuat Reni dan tantenya terkejut, bahkan mereka terlihat begitu ketakutan. "Reni, bagaimana ini, bukankah kau bilang kalau Darma saat ini pulang malam? " tanya tantenya. "Itu yang aku dengar dari asistennya, Tante. Bisa gagal rencanaku, pikirkan tante, pikirkan cara agar Darma tidak mengusir kita, " bisik Reni pada tantenya. "Sial! ckkkk, " tantenya Reni berdecak dengan kesal. "Kamu kan yang melaporkan kedatangan kami kesini? " tanya Reni dengan mata melotot. "Maaf, nyonya. Tapi itu memanglah tugas saya," ucap pembantu itu. "Awas saja kamu, kalau aku kembali menjadi nyon
Alisa merasa menyesal karena sudah melakukan tindakan konyol ini, tapi Alisa sudah menjelaskan pada neneknya tentag keputusannya ini. Neneknya Darma memahami perasaan Alisa, apalagi neneknya kini tahu kehidupan nyata hubungan kedua pasangan itu. Neneknya tidak meyangka jika Darma bisa melakukan itu pada Alisa, bahkan Darma tidak pernah menyentuhnya. ''Ya Allah, Alisa. Maafkan nenek karena sudah tidak bisa mendidik Darma untuk menjadi suami yang baik dan bertanggung jawab, maafkan nenek, Nak?'' ucap sang Nenek ''Ini bukan salah nenek, Ini bukanlah salah siapa-siapa,Nek. Bahkan mas Darma juga tidak salah, haram juga jika mas Darma menyentuhku namun ia membayangkan wajah wanita lain,'' ucap Alisa seraya tersenyum. Sesaat Alisa hanya diam, ia fokus mengelus Aditya. ''Pergilah, Darma akan segera kembali kemari, ada seseorang yang melaporkan kedatanganmu, pergilah, Nak. Nenek juga ingin tahu seberapa besar, Darma menginginkanmu, jika ia benar-benar tidak menginginkanmu, maka nenek yang
Darma sudah berusaha mencari Alisa, namun takdir belum mempertemukan mereka. Di tengah-tengah kebingungan yang Darma rasakan, Alisa malah berjalan santai. Entah kenapa ia masih kepikiran dengan kondisi Aditya. Walau bagaimanapun ... anak itu sudah sangat dekat dengannya. [Lis, kamu ada dimana, bukankah kau sudah berjanji akan bicara dengan,Mas? Kenapa kamu tidak menunggu, Mas] pesan itu Alisa baca ketika ia berada di tengah jalan. [Aku tidak pergi, Mas. Aku tadi masih keruangan dokter, ya ... awalnya aku ingin pergi, tapi ....Baiklah, aku ada di taman dekat rumah sakit, aku tunggu mas disini] balas Alisa, pesan itu langsung centang dua biru, menunjukkan jika Darma langsung membaca pesan itu, terlihat Darma mengetik hingga terpapang tulisan ('Tunggu mas, mas akan segera sampai' )pesan itu membuat Alisa gamang, ia gugup tentang hal yang akan ia katakan nanti pada Darma. Dengan perasaan tak menentu, Alisa duduk menatap seluruh taman, ia tersenyum melihat kaluarga yang begitu baha
"Aku menerima pernikahan ini karena Nenek sudah terlalu tua untuk menjaga anakku."Deg!Alisa terdiam kala mendengar ucapan suami yang baru dinikahinya itu. Belum lagi, kala wanita itu harus mendengar kalimat selanjutnya."Setelah kepergian mamanya Aditya, aku tidak lagi bisa percaya dengan wanita manapun, tapi nyatanya sekarang aku harus menikah atas dasar pilihan Nenek." Tanpa terasa, air mata berjatuhan di pipi wanita itu.Bagaimana bisa pernikahan pertamanya begitu menyedihkan?'Alisa, sabarlah!' batin Alisa menguatkan diri.Darma tidak menatap Alisa sama sekali. "Untuk saat ini, aku hanya ingin fokus pada perkembangan anakku dan perusahaan," ucapnya, "aku tahu, ini bukanlah salahmu, tapi salahku yang tidak bisa menolak. Hanya saja, aku tak bisa mencintaimu."Setiap ucapan yang Darma lontarkan membuat wanita itu semakin terisak. Namun, pria itu seolah menulikan telinganya dengan pergi ke kemar mandi.Rasanya, ia ingin kabur dari sini. Namun, bayangan anak berusia tiga tahun yan
Setelah itu, Alisa melihat Darma masih bersikap biasa, hingga ia pun merasa lega. Namun, ia melihat Darma seperti mencari sesuatu. Pria itu terus saja bolak-balik ke laci nakas, bawah meja, bahkan laci meja rias. Semua Darma buka satu per satu, tanpa ada niatan bertanya pada Alisa. Padahal, pria itu tahu jika semua yang ada dalam kamar itu sudah Alisa kuasai karena hanya dialah yang membereskan kamar itu tanpa bantuan seorang pembantu pun."Mas cari apa, mungkin aku bisa bantu?" tanya lembut Alisa. "Berkas yang tadi malam aku letakkan di atas meja," jawabnya ketus, tetapi wanita itu tak memedulikannya. Segera saja, Alisa ke laci nakas Ia langsung mengambil berkas yang Darma maksud. "Apakah ini berkasnya?" T Pria itu sontak mendekati Alisa dan mengambil berkas itu dengan kasar. "Aku sudah mengatakan, jangan pernah sentuh barang-barangku," ucap Darma seraya berlalu. Alisa tertegun dengan kalimat yang Darma lontarkan. Bukankah semua barang-barangnya, Alisa yang menyimpannya,