Darma sudah berusaha mencari Alisa, namun takdir belum mempertemukan mereka. Di tengah-tengah kebingungan yang Darma rasakan, Alisa malah berjalan santai. Entah kenapa ia masih kepikiran dengan kondisi Aditya. Walau bagaimanapun ... anak itu sudah sangat dekat dengannya. [Lis, kamu ada dimana, bukankah kau sudah berjanji akan bicara dengan,Mas? Kenapa kamu tidak menunggu, Mas] pesan itu Alisa baca ketika ia berada di tengah jalan. [Aku tidak pergi, Mas. Aku tadi masih keruangan dokter, ya ... awalnya aku ingin pergi, tapi ....Baiklah, aku ada di taman dekat rumah sakit, aku tunggu mas disini] balas Alisa, pesan itu langsung centang dua biru, menunjukkan jika Darma langsung membaca pesan itu, terlihat Darma mengetik hingga terpapang tulisan ('Tunggu mas, mas akan segera sampai' )pesan itu membuat Alisa gamang, ia gugup tentang hal yang akan ia katakan nanti pada Darma. Dengan perasaan tak menentu, Alisa duduk menatap seluruh taman, ia tersenyum melihat kaluarga yang begitu baha
"Aku menerima pernikahan ini karena Nenek sudah terlalu tua untuk menjaga anakku."Deg!Alisa terdiam kala mendengar ucapan suami yang baru dinikahinya itu. Belum lagi, kala wanita itu harus mendengar kalimat selanjutnya."Setelah kepergian mamanya Aditya, aku tidak lagi bisa percaya dengan wanita manapun, tapi nyatanya sekarang aku harus menikah atas dasar pilihan Nenek." Tanpa terasa, air mata berjatuhan di pipi wanita itu.Bagaimana bisa pernikahan pertamanya begitu menyedihkan?'Alisa, sabarlah!' batin Alisa menguatkan diri.Darma tidak menatap Alisa sama sekali. "Untuk saat ini, aku hanya ingin fokus pada perkembangan anakku dan perusahaan," ucapnya, "aku tahu, ini bukanlah salahmu, tapi salahku yang tidak bisa menolak. Hanya saja, aku tak bisa mencintaimu."Setiap ucapan yang Darma lontarkan membuat wanita itu semakin terisak. Namun, pria itu seolah menulikan telinganya dengan pergi ke kemar mandi.Rasanya, ia ingin kabur dari sini. Namun, bayangan anak berusia tiga tahun yan
Setelah itu, Alisa melihat Darma masih bersikap biasa, hingga ia pun merasa lega. Namun, ia melihat Darma seperti mencari sesuatu. Pria itu terus saja bolak-balik ke laci nakas, bawah meja, bahkan laci meja rias. Semua Darma buka satu per satu, tanpa ada niatan bertanya pada Alisa. Padahal, pria itu tahu jika semua yang ada dalam kamar itu sudah Alisa kuasai karena hanya dialah yang membereskan kamar itu tanpa bantuan seorang pembantu pun."Mas cari apa, mungkin aku bisa bantu?" tanya lembut Alisa. "Berkas yang tadi malam aku letakkan di atas meja," jawabnya ketus, tetapi wanita itu tak memedulikannya. Segera saja, Alisa ke laci nakas Ia langsung mengambil berkas yang Darma maksud. "Apakah ini berkasnya?" T Pria itu sontak mendekati Alisa dan mengambil berkas itu dengan kasar. "Aku sudah mengatakan, jangan pernah sentuh barang-barangku," ucap Darma seraya berlalu. Alisa tertegun dengan kalimat yang Darma lontarkan. Bukankah semua barang-barangnya, Alisa yang menyimpannya,
"Saya akan menyiapkan air hangat dan pakaian anda tuan, " Ucap Alisa seraya berlalu. Alisa bergegas menyiapkan handuk dan air hangat di kamar mandi. Mengganti keset lama dengan keset yang baru dan menyiapkan baju ganti untuk Darma. Alisapun menunggu Darma datang dan memastikan airnya masih hangat. Beberapa saat kemudian, suara pintu terbuka membuat perhatian Alisa teralihkan. Alisa langsung bangkit seperti biasanya dan menunggu hingga Darma masuk ke kamar mandi. Alisa mengambil pakaian kotor Darma dan meletakkan di ranjang kotor. Setelah memastikan semua tugasnya sudah selesai, Alisa-pun keluar dari kamarnya. Alisa sudah bertahan selama beberapa bulan namun sampai detik ini, Darma belum bisa menerima Alisa sebagai istri seutuhnya. Bukankan kita akan dikatakan suami istri jika kita sudah saling menyatu. 'Aditya, Mungkin mama jahat, sayang. Tapi sekarang mama kandungmu sudah datang sayang, jadi Mama harus sadar diri dan pergi, Mama sayang Aditya, tapi mama juga tidak bisa menghalan
"Alisa, kau sudah datang? Loh, kamu mau kemana cah ayu? " Tanya Neneknya Darma. "Nenek, Mama, Alisa mau pulang sebentar, " Ucap Alisa seraya terus berusaha untuk tersenyum. Alisa tidak menyangka jika kedua orang tua itu bisa melihat dirinya. "Pulang? Malam-malam seperti ini kau mau pulang?tanya sang Mama. " Iya ma, Alisa sudah membicarakan ini dengan mas Darma, beliau mengijinkan, Nek, Ma" ucap Alisa seraya terus menampilkan senyumannya. Dengan cepat, Alisa mencium punggung tangan Neneknya dan mamanya. Setelah itu Alisa segara berlalu ia tidak ingin neneknya bertanya yang lebih jauh lagi. Ketika Alisa sudah sampai di gerbang rumahnya, Tiba-tiba tangannya dicekal oleh seseorang yang tak lain lagi adalah Darma.'Dia disini, Apakah dia mengejarku? ' bathin Alisa ketika tatapannya bertemu dengan tatapan Darma. Sosok laki-laki yang sudah berhasil membuat hatinya berbunga namun berhasil pula meluluh lantahkan hatinya. Ia bahagia karena melihat Darma pulang, tapi ia tidak boleh berhara
Alisa melihat kearah sekitar, malam yang gelap membuatnya sedikit merasa takut untuk melangkah. Namun ia ingat akan semua hal yang terjadi selama pernikahannya. ****** "Sial! Kau pergi meninggalkan aku karena ingin mengejar wanita itu, Mas. Tidak akan aku tidak akan membiarkan kau di miliki siapapun, kamu dan Aditya adakan milikku dan akan tetap menjadi milikku, " ucap kesal Reni yang kini sudah berada di apartemennya. "Kau kenapa? datang-datang sudah marah seperti ini, bukankah kau mengatakan kalau kau bertemu dengan Darma?" Tanya tantenya Reni yang kini bermalam di apartemen Reni. "Aku bertemu dengan Darma dan istrinya tante, Apakah tante tahu, Darma meninggalkan aku sendirian di restoran karena dia mengejar wanita itu, bukankah tante bilang kalau selama ini Darma tidak pernah terlihat bersamanya, tapi kenapa sekarang seperti ini tante, bukankah tante bilang kalau Darma masih tergila-gila denganku? " tanya Reni dengan nada kesal, terlihat jelas kemarahan dari sorot matanya. "It
Tidak dapat Darma pungkiri, semua kacau setelah kepergian Alisa. Bahkan ia tadi kebingungan harus menyiapkan segalanya, dari baju dan semuanya. Bahkan ia harus di pusingkan dengan pertanyaan Aditya tentang Alisa. (Aditya masuk rumah sakit, dia jatuh dari tangga ketika mencari Alisa) pesan itu semakin membuat Darma gelisah. Melihat kegelisahan Darma, sang Asisten langsung menunda pertemuan penting itu. "Apakah ada masalah tuan? " Bisik Roby sang asisten. "Anakku masuk rumah sakit kau handle semuanya, " ucap Darma seraya menepuk lengan Roby setelah itu ia langsung berlalu. Ia pergi dengan hati gelisah dan takut, namun... keributan yang terjadi di tempat resepsionis, membuat langkah Darma terhenti. "Maaf nyonya, anda tidak bisa keruangan tuan Darma sebelum melakukan janji dengan beliau, "ucap resepsionis itu. "Kalian tidak tahu siapa aku, Hah! Aku istri pemilik perusahaan ini, jika suamiku tahu, aku pastikan kalian akan di pecat!" Reni begitu emosi karena resepsionis itu mas
"Untuk apa kamu kesini?" tanya Darma. "Tiidakkah kau melihat Aditya ketakutan melihatmu?" tanya Darma ketika menghampiri Reni. " Aku ibunya, Mas. Kau jangan lupa itu!" ucap Reni menatap tajam pada Darma. "Tapi kau sudah pergi sejak dia masih bayi, Reni! kau tidak berhak atas dirinya lagi, dari pada kamu membuat masalah dan membuat anakku semakin parah, sebaiknya kau pergi dari sini dengan baik-baik, " ucap Darma seraya menunjuk kearah pintu. "Sayang, ini mama, Nak! kamu pasti kangen mama kan, Sayang? " tanya Reni. Aditya tidak menjawab pertanyaan itu, ia terlihat begitu ketakutan hingga ia memeluk sang nenek dengan begitu erat. "Reni, lebih baik kau pergi, dia tidak mengenalmu," ucap neneknya Darma. "Lihatlah! Aditya sakit dan kau malah membuatnya ketakutan," imbuhnya seraya mengelus kepala Aditya. "Aku mamanya, kenapa dia harus takut denganku? " tanya Reni. "Mamaku hanya mama Alisa, bukan kamu, " ucap Aditya dari balik tubuh neneknya. Seketika Reni menatap Darma da