Setelah itu, Alisa melihat Darma masih bersikap biasa, hingga ia pun merasa lega.
Namun, ia melihat Darma seperti mencari sesuatu.
Pria itu terus saja bolak-balik ke laci nakas, bawah meja, bahkan laci meja rias.
Semua Darma buka satu per satu, tanpa ada niatan bertanya pada Alisa.
Padahal, pria itu tahu jika semua yang ada dalam kamar itu sudah Alisa kuasai karena hanya dialah yang membereskan kamar itu tanpa bantuan seorang pembantu pun.
"Mas cari apa, mungkin aku bisa bantu?" tanya lembut Alisa."Berkas yang tadi malam aku letakkan di atas meja," jawabnya ketus, tetapi wanita itu tak memedulikannya.
Segera saja, Alisa ke laci nakas
Ia langsung mengambil berkas yang Darma maksud. "Apakah ini berkasnya?" T
Pria itu sontak mendekati Alisa dan mengambil berkas itu dengan kasar. "Aku sudah mengatakan, jangan pernah sentuh barang-barangku," ucap Darma seraya berlalu.
Alisa tertegun dengan kalimat yang Darma lontarkan.
Bukankah semua barang-barangnya, Alisa yang menyimpannya, lalu bagaimana bisa, Darma mengatakan hal seperti tadi?
Lagipula, Alisa melakukannya karena kemarin Darma tertidur di daerah meja kerja bersama berkas itu. Padahal, tak jauh dari sana, ada secangkir kopi.
Wanita itu takut tangan Darma mengenai gelas yang bisa jadi akan tumpah di berkasnya.
"Sampai kapan aku harus bertahan?" lirihnya tanpa sadar.
Alisa menggelengkan kepala kala mengingat banyak wanita-wanita di luar sana yang cemburu padanya tahu kelakuan pria tampan dan kaya idola mereka itu.
Mereka tidak tahu jika wanita yang mereka cemburui sudah lama ingin pergi, tapi tak tega pada anak kecil dan wanita tua yang memiliki penyakit jantung itu.
Hari-hari Alisa hanya bisa dihabiskan dirumah dengan menemani Nenek dan Aditya. Bisa dikatakan, ia adalah pengasuh gratisan di kediaman Darma.
Kini Alisa berada di halaman belakang, yang mana ada beberapa permainan untuk Aditya.
Bayangan pesan antara Darma dan mantan istrinya masih saja teringat jelas di ingatan Alisa.
"Mama... Aditya bisa naik, Ma... " teriak Aditya menyadarkan Alisa dari lamunannya.
Melihat Aditya yang memanjat dengan tinggi, Alisa langsung mengusap air matanya dan langsung menghampirinya.
"Sayang jangan terlalu tinggi ya, nanti Aditya jatuh bagaimana?" ucap Alisa membujuk Aditya untuk turun.
Di sisi lain, Darma sudah tiba di kantornya.
Pria tampan itu seketika disambut oleh senyum ramah resepsionis. "Tuan Darma, ada seorang wanita yang sudah menunggu anda di ruangan Anda, saya sudah melarangnya, namun ia mengatakan kalau dia adalah orang yang paling penting untuk Anda."
Seketika Darma tahu siapa orang itu.
Hanya wanita itu yang bisa melakukan ini.
"Baiklah, kau lanjutkan pekerjaanmu," ucap Darma, setelah itu ia pun berlalu menuju ke ruangannya.
Sosok wanita berpakaian ketat di dekat jendela ruangannya seketika menyambut pria itu.
"Kau kembali juga. Apakah kau sudah puas hidup di luar?" tanya Darma dingin.
Tanpa malu, wanita itu tersenyum. "Aku kangen loh, Mas. Jangan bahas yang lain ya.... " ucapnya sembari mengalungkan kedua tangannya di leher Darma.
Namun, pria itu langsung melepaskan tangan itu dengan pelan. "Kau sudah bukan istriku lagi, Reni. Jadi jaga sikapmu," peringatnya.
"Tapi aku tahu kalau kau masih mencintaiku, mas. Kau menikah karena kau ingin aku kembali, kan?" tanya Reni dengan percaya diri.
Darma menggelengkan kepalanya tak percaya. "Kau sangat percaya diri sekali, Ren. Apakah kau pernah berfikir dengan perbuatanmu? Bukan hanya aku yang kau tinggalkan, tapi ada bayi yang kau lantarkan hanya karena ego-mu." "Dan aku kembali karena aku menyesal, Mas. Aku kembali untuk menebus semua kesalahan yang aku lakukan, Mas. Beri aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya," ucap Reni seraya memeluk Darma dari belakang."Aku sudah memberimu waktu dua tahun untuk menyadari kesalahanmu, tapi sekarang kau sudah terlambat, Reni. Aku sudah menikah dan anak itu sudah memanggil istriku itu Mama. Lalu, untuk apa lagi kedatanganmu ke sini?"
Ia mengabaikan nada dingin dalam suara pria itu. "Untukmu, Mas. Tidak apa-apa jika anak itu memanggilnya Mama, biarkan saja, aku ikhlas berbagi anak dengannya, tapi kau hanya untukku mas, aku tidak rela jika berbagi kamu dengannya," ucap Reni seraya menyandarkan kepalanya di punggung belakang Darma.
Kini Darma tersenyum smirik, melepaskan tangan Reni dari perutnya.
Dulu, ia tak mengerti megapa orang tuanya yang tidak menyetujui pernikahan Darma dan Reni--kini malah memberi restu untuk Alisa. Padahal, Reni jelas lebih modis dan cantik, kalah dengan Alisa yang dari kampung dan sederhana. Tapi, sekarang ia mengerti."Kau masih sama Ren, kau masih sama egois," ucap Darma seraya menatap Reni."Bagaimana kalau aku yang tidak menginginkanmu?" tanyanya retoris, "Bagaiaman kalau aku sudah jatuh cinta pada wanita itu?"Reni seketika tertawa "Mas, aku tahu kamu, aku tahu tipe-mu, Mas. Wanita itu jauh dari tipe-mu, lihatlah penampilannya, tidak ada yang bisa mas banggakan darinya," ucapnya menghina penampilan Alisa yang berhijab.
"Banyak hal yang bisa aku banggakan darinya, dengan penampilannya yang seperti itu, tidak akan ada pria lain yang melihat kecantikannya, dia menyembunyikan keseksian tubuhnya dan hanya memperlihatkannya padaku, dia cantik, Reni. Kau jangan salah menilai wanita itu, sekarang... Kau datang-pun sudah percuma, " ucap Darma berbohong.
Hanya saja, itu mampu membuat Reni terdiam.
Tentu saja, Alisa tak tahu kejadian itu.
Ia masih fokus dengan tugasnya mengasuh sang anak sambung.
Seperti saat ini, Alisa sudah memandikan Aditya.
Tubuh bocah itu sudah harum.
Seperti adik-adiknya di panti, wanita itu tak lupa memberi Aditya bedak yang tebal dan olesan minyak telon di tubuhnya.
"Sekarang, Aditya diam di sini ya, jangan kemana-mana! Mama mau mandi dan sholat dulu," ucap Alisa yang kini meletakkan Aditya di atas ranjangnya.
"Baik, Mama," ucap Aditya seraya tersenyum pada Alisa.Bocah itu pun bermain mainan yang ia bawa dari kamarnya.
Sementara itu, Alisa membersihkan diri lalu menunaikan kewajibannya.Namun... ketika Alisa masih sholat, pintu kamarnya terbuka.
Darma datang lebih cepat dari biasanya.Lagi dan lagi Darma melihat Alisa yang menunaikan sholat.
Ketika Aditya ingin berteriak memanggilnya, Darma memberi isyarat dengan meletakkan jari telunjuknya di bibirnya.
"Sssttttt ...."Darma melangkah dengan begitu pelan--tak ingin mengganggu ibadah Alisa.Pria itu langsung menggendong Aditya dan membawanya keluar dari kamarnya.Alisa tentu tak sadar itu.Kala sudah selesai, ia terkejut karena tidak melihat Aditya di ranjangnya.
"Aditya, sayang... Kamu dimana Nak?" panggil Alisa seraya mencari anak sambungnya itu.Perasannya sudah sangat cemas.
Bagaimana jika Aditya turun ke bawah?
Selama ini, Alisa tidak membiarkan Aditya turun sendirian, karena tangga rumahnya ini sangatlah tinggi dan itu sangat berbahaya bagi anak sekecil Aditya.
Alisa segera mencari ke setiap ruangan di lantai atas. Namun, anak itu tak juga ia temukan."Jangan bikin mama cemas," lirihnya mulai frustasi, "ya Allah, di mana Aditya?"
"Hahahha...."Sayup-sayup suara bocah itu terdengar.
Pencarian Alisa pun terhenti ketika ia melihat Aditya tengah bercanda dengan ayahnya.
Hanya saja, tatapannya mendadak bertemu dengan tatapan Darma.
Deg!
"Saya akan menyiapkan air hangat dan pakaian anda tuan, " Ucap Alisa seraya berlalu. Alisa bergegas menyiapkan handuk dan air hangat di kamar mandi. Mengganti keset lama dengan keset yang baru dan menyiapkan baju ganti untuk Darma. Alisapun menunggu Darma datang dan memastikan airnya masih hangat. Beberapa saat kemudian, suara pintu terbuka membuat perhatian Alisa teralihkan. Alisa langsung bangkit seperti biasanya dan menunggu hingga Darma masuk ke kamar mandi. Alisa mengambil pakaian kotor Darma dan meletakkan di ranjang kotor. Setelah memastikan semua tugasnya sudah selesai, Alisa-pun keluar dari kamarnya. Alisa sudah bertahan selama beberapa bulan namun sampai detik ini, Darma belum bisa menerima Alisa sebagai istri seutuhnya. Bukankan kita akan dikatakan suami istri jika kita sudah saling menyatu. 'Aditya, Mungkin mama jahat, sayang. Tapi sekarang mama kandungmu sudah datang sayang, jadi Mama harus sadar diri dan pergi, Mama sayang Aditya, tapi mama juga tidak bisa menghalan
"Alisa, kau sudah datang? Loh, kamu mau kemana cah ayu? " Tanya Neneknya Darma. "Nenek, Mama, Alisa mau pulang sebentar, " Ucap Alisa seraya terus berusaha untuk tersenyum. Alisa tidak menyangka jika kedua orang tua itu bisa melihat dirinya. "Pulang? Malam-malam seperti ini kau mau pulang?tanya sang Mama. " Iya ma, Alisa sudah membicarakan ini dengan mas Darma, beliau mengijinkan, Nek, Ma" ucap Alisa seraya terus menampilkan senyumannya. Dengan cepat, Alisa mencium punggung tangan Neneknya dan mamanya. Setelah itu Alisa segara berlalu ia tidak ingin neneknya bertanya yang lebih jauh lagi. Ketika Alisa sudah sampai di gerbang rumahnya, Tiba-tiba tangannya dicekal oleh seseorang yang tak lain lagi adalah Darma.'Dia disini, Apakah dia mengejarku? ' bathin Alisa ketika tatapannya bertemu dengan tatapan Darma. Sosok laki-laki yang sudah berhasil membuat hatinya berbunga namun berhasil pula meluluh lantahkan hatinya. Ia bahagia karena melihat Darma pulang, tapi ia tidak boleh berhara
Alisa melihat kearah sekitar, malam yang gelap membuatnya sedikit merasa takut untuk melangkah. Namun ia ingat akan semua hal yang terjadi selama pernikahannya. ****** "Sial! Kau pergi meninggalkan aku karena ingin mengejar wanita itu, Mas. Tidak akan aku tidak akan membiarkan kau di miliki siapapun, kamu dan Aditya adakan milikku dan akan tetap menjadi milikku, " ucap kesal Reni yang kini sudah berada di apartemennya. "Kau kenapa? datang-datang sudah marah seperti ini, bukankah kau mengatakan kalau kau bertemu dengan Darma?" Tanya tantenya Reni yang kini bermalam di apartemen Reni. "Aku bertemu dengan Darma dan istrinya tante, Apakah tante tahu, Darma meninggalkan aku sendirian di restoran karena dia mengejar wanita itu, bukankah tante bilang kalau selama ini Darma tidak pernah terlihat bersamanya, tapi kenapa sekarang seperti ini tante, bukankah tante bilang kalau Darma masih tergila-gila denganku? " tanya Reni dengan nada kesal, terlihat jelas kemarahan dari sorot matanya. "It
Tidak dapat Darma pungkiri, semua kacau setelah kepergian Alisa. Bahkan ia tadi kebingungan harus menyiapkan segalanya, dari baju dan semuanya. Bahkan ia harus di pusingkan dengan pertanyaan Aditya tentang Alisa. (Aditya masuk rumah sakit, dia jatuh dari tangga ketika mencari Alisa) pesan itu semakin membuat Darma gelisah. Melihat kegelisahan Darma, sang Asisten langsung menunda pertemuan penting itu. "Apakah ada masalah tuan? " Bisik Roby sang asisten. "Anakku masuk rumah sakit kau handle semuanya, " ucap Darma seraya menepuk lengan Roby setelah itu ia langsung berlalu. Ia pergi dengan hati gelisah dan takut, namun... keributan yang terjadi di tempat resepsionis, membuat langkah Darma terhenti. "Maaf nyonya, anda tidak bisa keruangan tuan Darma sebelum melakukan janji dengan beliau, "ucap resepsionis itu. "Kalian tidak tahu siapa aku, Hah! Aku istri pemilik perusahaan ini, jika suamiku tahu, aku pastikan kalian akan di pecat!" Reni begitu emosi karena resepsionis itu mas
"Untuk apa kamu kesini?" tanya Darma. "Tiidakkah kau melihat Aditya ketakutan melihatmu?" tanya Darma ketika menghampiri Reni. " Aku ibunya, Mas. Kau jangan lupa itu!" ucap Reni menatap tajam pada Darma. "Tapi kau sudah pergi sejak dia masih bayi, Reni! kau tidak berhak atas dirinya lagi, dari pada kamu membuat masalah dan membuat anakku semakin parah, sebaiknya kau pergi dari sini dengan baik-baik, " ucap Darma seraya menunjuk kearah pintu. "Sayang, ini mama, Nak! kamu pasti kangen mama kan, Sayang? " tanya Reni. Aditya tidak menjawab pertanyaan itu, ia terlihat begitu ketakutan hingga ia memeluk sang nenek dengan begitu erat. "Reni, lebih baik kau pergi, dia tidak mengenalmu," ucap neneknya Darma. "Lihatlah! Aditya sakit dan kau malah membuatnya ketakutan," imbuhnya seraya mengelus kepala Aditya. "Aku mamanya, kenapa dia harus takut denganku? " tanya Reni. "Mamaku hanya mama Alisa, bukan kamu, " ucap Aditya dari balik tubuh neneknya. Seketika Reni menatap Darma da
Tidak ada yang tahu akan hati dan perasaan seseorang. Alisa yang mulai dari kemaren menon-aktifkan ponselnya, kini menghidupkannya lagi. Banyak pesan yang masuk bahkan da puluhan panggilan dari Darma. Ia heran, Apakah laki-laki itu merasa kehilangan ketika ia pergi? Alisa tersenyum ketika memikirkan itu, namun nyatanya ia salah, Darma menghubunginya bukan karena ia kehilangan dirinya, melainkan karena Aditya sakit dan terus saja menanyakannya. Jam 6 pagi. (Assalamu'alaikum, Alisa) Jam 8 (Dari tadi, Aditya selalu menanyakanmu, kamu ada dimana biar nanti aku jemput) Jam 9 (Kau masih belum aktif, kamu dimana? Aditya sampai jatuh karena mencarimu) Jam 10 (Alisa, ayolah... kamu ada dimana, anakku sedang membutuhkanmu, aku telepon tapi gak ada yang aktif, di panti kamu juga gak ada katanya, kamu ada dimana, Lis?) Jam 11 (Aku membutuhkanmu, Lis) (Lisa, anakku membutuhkanmu, kabari mas secepatnya) Jam 12 (Ya Allah, Lis. Kamu dimana?) Alisa meneteskan air mata ketika
"Bi, bawakan barang-barang saya ke kamar tuan Darma, dan singkirkan barang-barang wanita itu dari kamar mas Darma! " perintah Reni pada pembantu rumah Darma. Namun pembantu itu mengabaikan apa yang Reni katakan. "Bi, apa kamu tuli! " bentak tantenya Reni. "Maaf nyonya, tapi tuan Darma sudah menuju kemari dan beliau mengatakan jangan sentuh apapun sebelum beliau datang, " ucap pembantu itu yang berhasil membuat Reni dan tantenya terkejut, bahkan mereka terlihat begitu ketakutan. "Reni, bagaimana ini, bukankah kau bilang kalau Darma saat ini pulang malam? " tanya tantenya. "Itu yang aku dengar dari asistennya, Tante. Bisa gagal rencanaku, pikirkan tante, pikirkan cara agar Darma tidak mengusir kita, " bisik Reni pada tantenya. "Sial! ckkkk, " tantenya Reni berdecak dengan kesal. "Kamu kan yang melaporkan kedatangan kami kesini? " tanya Reni dengan mata melotot. "Maaf, nyonya. Tapi itu memanglah tugas saya," ucap pembantu itu. "Awas saja kamu, kalau aku kembali menjadi nyon
Alisa merasa menyesal karena sudah melakukan tindakan konyol ini, tapi Alisa sudah menjelaskan pada neneknya tentag keputusannya ini. Neneknya Darma memahami perasaan Alisa, apalagi neneknya kini tahu kehidupan nyata hubungan kedua pasangan itu. Neneknya tidak meyangka jika Darma bisa melakukan itu pada Alisa, bahkan Darma tidak pernah menyentuhnya. ''Ya Allah, Alisa. Maafkan nenek karena sudah tidak bisa mendidik Darma untuk menjadi suami yang baik dan bertanggung jawab, maafkan nenek, Nak?'' ucap sang Nenek ''Ini bukan salah nenek, Ini bukanlah salah siapa-siapa,Nek. Bahkan mas Darma juga tidak salah, haram juga jika mas Darma menyentuhku namun ia membayangkan wajah wanita lain,'' ucap Alisa seraya tersenyum. Sesaat Alisa hanya diam, ia fokus mengelus Aditya. ''Pergilah, Darma akan segera kembali kemari, ada seseorang yang melaporkan kedatanganmu, pergilah, Nak. Nenek juga ingin tahu seberapa besar, Darma menginginkanmu, jika ia benar-benar tidak menginginkanmu, maka nenek yang