Share

Istri Pengganti yang Tak Dicintai
Istri Pengganti yang Tak Dicintai
Penulis: Ummu Amay

ANCAMAN

"Tolong hentikan!"

Noura hanya bisa berteriak ketika tubuhnya ditindih dan disentuh paksa oleh suami yang baru kemarin menikah dengannya itu. Namun, tak peduli berapa nyaring wanita itu berteriak, pria berambut hitam di atasnya tetap tak mengindahkan permintaan Noura.

Noura kini hanya bisa menangis tersedu, menyesali keputusannya di hari itu ketika ia meminta Rachel —sahabatnya, untuk menggantikannya meliput berita karena adiknya yang tiba-tiba jatuh sakit. Entah bagaimana takdir berjalan, keputusannya itu berakibat pada Rachel yang terlibat dalam kecelakaan parah di jalan menuju pulang, dan berakhir tewas di tempat.

"Jangan harap aku akan melepaskanmu, Noura. Detik ketika kamu menandatangani surat perjanjian dariku, kamu kehilangan hak untuk berbuat sesuka hatimu,” ucap Dean, menatap Noura dingin dengan manik gelapnya.

Suite room di hotel yang berfungsi sebagai kamar pengantin mereka malam itu telah menjadi saksi bisu atas kekejaman yang Dean lakukan. Pria itu terus berbuat sesuatu yang membuat istrinya merintih kesakitan.

Di bawah pencahayaan kamar yang redup, Dean merenggut kesucian Noura secara paksa. Meski Noura halal untuknya, tetapi sejatinya apa yang pria itu lakukan tak ubahnya bak seekor hewan buas yang memangsa korbannya yang tak berdaya.

Sesudahnya, pria itu kemudian beranjak bangun, meninggalkan tubuh istrinya yang terlihat lemas. Pria itu tetap dingin, tak peduli sama sekali dengan Noura yang masih terisak, wajahnya basah dengan air mata.

"Hapus air matamu, tak perlu berlebihan. Apa yang aku lakukan padamu tak sebanding dengan apa yang kau lakukan pada Rachel," sinis Dean sembari mengenakan pakaiannya kembali.

Kemeja putih sebagai pakaian pernikahannya yang sebelumnya teronggok di lantai, sudah berpindah menutupi tubuhnya kembali.

'Jika begini jadinya, lebih baik kau membunuhku sekalian,' batin Noura, tak mampu mengeluarkan sepatah kata.

Dalam hati, dirinya jelas merasa jijik. Keperawanan yang selama ini ia simpan untuk pria yang dia pilih, justru berakhir jatuh ke pria kejam yang menuduhnya sebagai pembunuh calon tunangannya.

"Tak perlu menatapku seperti itu. Ini baru awal, bukan akhir dari hukuman yang harus kau terima atas perbuatanmu yang sudah membunuh Rachel," ucap Dean yang kemudian melangkah pergi meninggalkan kamar.

Jam menunjukkan pukul sebelas malam. Hanya dalam hitungan menit pria itu berhasil merenggut dan mengoyak mahkota milik istrinya. Setelahnya ia meninggalkan perempuan tak berdaya itu bak seorang pelanggan yang selesai memakai wanita bayarannya.

Di atas ranjang, Noura masih belum beranjak. Perempuan itu terdiam meski isak tangisnya sudah terhenti.

'Aku bukan pembunuh Rachel, semua itu hanya kebetulan,' gumam Noura pilu. 'Andai aku tahu kalau mobil yang ditumpanginya akan mengalami kecelakaan, aku pasti tidak akan memintanya untuk membantuku,' lanjutnya lirih.

Demi membayangkan peristiwa yang sudah merenggut nyawa sang sahabat, seketika air mata itu kembali hadir. Noura tak akan mungkin bisa melupakan momen saat dirinya mendengar kabar dari rumah sakit mengenai kematian Rachel sebab kecelakaan.

**

"Dasar pembunuh!"

Teriakan seorang pria membahana di sebuah lorong di salah satu rumah sakit yang ada di pusat kota. Mata lelaki itu menyala penuh amarah. Tertuju pada seorang wanita yang berjalan ke arah ruang UGD, tempat di mana lelaki tersebut berdiri saat ini.

Wanita itu bernama Noura. Ia tampak syok karena tuduhan yang dilemparkan oleh pria berdasi di depannya. Tuduhan yang telah membuat semua orang di lorong rumah sakit tersebut menatap benci padanya.

"Untuk apa kau ke sini? Tak punya malu! Tidak merasa bersalah atas kematian kekasihku?" teriak pria itu lagi. Kali ini ia sudah mendekat dan sudah mencengkeram kerah baju si wanita.

"Tu-tunggu! Apa yang Anda katakan?" Si wanita bertanya dengan kalimat terbata. Ia sama sekali tak peduli ketika pria itu menarik tubuhnya hingga membuat kakinya berjinjit. Yang dipedulikan olehnya adalah kabar yang baru saja diteriakkan oleh pria di depannya.

Air mata tampak menggenang di kedua mata sang wanita ketika ia tidak salah mendengar bahwa seseorang yang hendak ia temui nyatanya telah meninggal dunia.

"Ya, Rachel meninggal, dan itu karena kau! Dasar pembunuh!" teriak si pria dengan suara baritonnya.

Beberapa orang berpakaian hitam yang sejak tadi ada di sana, mencoba menenangkan emosi sang pria.

Tak lama kemudian, seorang pria paruh baya dengan beberapa helai rambut yang sudah memutih di kepalanya, mendekat dan menyentuh pundak si pria.

"Tenang, Dean. Tenang. Semua ini sudah menjadi takdir dari Tuhan." Pelan suara pria tersebut dengan kesedihan yang begitu terlihat di wajahnya.

"Tidak, Tuan. Calon tunanganku jelas masih akan hidup jika bukan karena wanita ini yang memaksanya pergi." Pria itu kembali menatap nyalang seraya menunjuk penuh kemarahan.

"Lebih baik kita pergi sekarang." Seorang pria yang setia berdiri bersama Noura, mencoba membujuk dan mengajaknya pergi.

Awalnya wanita itu menolak sebab ia ingin melihat sahabatnya untuk terakhir kali. Namun, tatapan dingin dari pria bernama Dean serta paksaan dari temannya membuatnya memutuskan untuk pergi. Namun entah mengapa, rasa dingin tiba-tiba menyapa lehernya ketika pria tadi masih menatapnya sembari mengatakan sesuatu yang tak bisa ia dengar.

Sejak itu, baik di sepanjang jalan hingga keesokan harinya di kantor, Noura kerap dipenuhi rasa khawatir. Entah mengapa, Noura merasa sesuatu yang buruk akan terjadi padanya.

Dan benar saja, ketika ia masih membayangkan pemakaman Rachel yang tak bisa ia datangi, tiba-tiba pintu ruangannya terbuka dengan keras.

Brak!

Sesosok lelaki berpakaian serba hitam, berdiri dengan tatapan pongah. Kacamata yang juga berwarna hitam, ia lepas saat langkah kakinya mulai menapaki ruangan.

"Kau! Ada perlu apa datang ke sini? Belum puas kah Anda menganggap saya pembunuh, mengusir saya dan sekarang dengan tidak sopan memaksa masuk ke ruangan saya?" ucap Noura menatap Dean kesal.

"Tanda tangani surat ini." ucap sang pria tanpa basa-basi sembari menyodorkan sebuah map cokelat di tangannya.

Noura hanya bisa menatap pria yang ia tau bernama Dean itu dengan bingung. Surat apa? Mengapa pria itu terkesan tak memberi pilihan lain?

"Perjanjian apa dan kenapa?" tanya Noura sesekali melihat lembaran kertas, lalu menengok ke arah Dean yang masih juga tidak menatapnya.

Pertanyaan Noura justru membuat sang pria tersenyum kecil sembari menautkan alisnya. Wajah yang sejak awal tak menunjukkan ekspresi, justru kini berubah menjadi menakutkan.

"Kau harus membayar apa yang telah kau lakukan pada calon istriku, Nona Naura. Jika calon istriku kau buat mati, maka kau yang harus menggantikannya."

Seketika Noura merasakan langit yang dipijaknya runtuh. Menggantikan posisi Rachel sebagai istri dari seorang Dean, tak pernah sekali pun ada dalam benaknya. Terlebih alasan di balik itu semua sudah Noura bayangkan adalah sesuatu yang amat sangat mengerikan.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status