Beranda / CEO / Istri Palsu Tuan Presdir / Bab 82. Istri Palsu Tuan Presdir

Share

Bab 82. Istri Palsu Tuan Presdir

Penulis: FitrianiYuriKwon
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Apa kita akan tinggal di sini, Kak?" tanya Zea sambil keluar dari mobil.

"Iya, apa kau suka?" tanya Sean sambil mengeluarkan barang-barang mereka dari dalam mobil.

"Suka, Kak. Suasananya bagus!"

Tidak lama kemudian mobil yang ditumpangi Zavier dan Shania bersama si kembar menyusul masuk pekarangan rumah.

"Mommy!" Ketiganya keluar dari mobil dengan senyuman sumringgah.

"Hai, anak-anak Mommy." Zea berjongkok menyamakan tinggi badannya dengan ketiga bocah kembar itu. "Apa kalian suka Indonesia?" tanyanya mengusap kepala Ziva dengan sayang. Gadis kecil itu begitu mirip dengannya, bahkan duplikat wajah Zea kecil tercetak jelas pada Ziva.

"Suka, Mom!" jawab ketiganya kompak.

"Apakah ini rumah kita, Mom?" tanya Zayn melihat suasana baru rumah yang akan mereka tempati selama di Indonesia.

"Iya, Son. Apa kalian menyukainya?"

"Ayah, apa ada kolam berenang?" tanya Zaen, lelaki kecil ini memang hobby sekali berenang. Apalagi sejak kecil memang sudah diajarkan oleh Sean.

"Tentu! Rumah in
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Bab 83. Istri Palsu Tuan Presdir

    "Apa kita akan tinggal di sini, Kak?" tanya Zea sambil keluar dari mobil. "Iya, apa kau suka?" tanya Sean sambil mengeluarkan barang-barang mereka dari dalam mobil. "Suka, Kak. Suasananya bagus!"Tidak lama kemudian mobil yang ditumpangi Zavier dan Shania bersama si kembar menyusul masuk pekarangan rumah. "Mommy!" Ketiganya keluar dari mobil dengan senyuman sumringgah. "Hai, anak-anak Mommy." Zea berjongkok menyamakan tinggi badannya dengan ketiga bocah kembar itu. "Apa kalian suka Indonesia?" tanyanya mengusap kepala Ziva dengan sayang. Gadis kecil itu begitu mirip dengannya, bahkan duplikat wajah Zea kecil tercetak jelas pada Ziva. "Suka, Mom!" jawab ketiganya kompak. "Apakah ini rumah kita, Mom?" tanya Zayn melihat suasana baru rumah yang akan mereka tempati selama di Indonesia. "Iya, Son. Apa kalian menyukainya?" "Ayah, apa ada kolam berenang?" tanya Zaen, lelaki kecil ini memang hobby sekali berenang. Apalagi sejak kecil memang sudah diajarkan oleh Sean. "Tentu! Rumah ini

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Bab 84. Istri Palsu Tuan Presdir

    "Dad!" Leigh yang tengah asyik membaca buku di ruang kerjanya, sontak mengangkat kepala. "Daddy," panggil Zavier.Buku yang di tangan Leigh langsung jatuh di lantai. Tubuhnya menuntun lelaki tua itu berdiri tanpa dia sadari. Mulutnya terasa kaku untuk mengeluarkan kata-kata. "Zavier!" Benarkah itu putra yang selama ini menghilang tiba-tiba ada di depan matanya?"Dad!" Zavier berhambur memeluk pria tua itu. Sungguh dia sangat merindukan ayahnya. "Aku sangat merindukanmu, Dad," ucapnya memeluk erat tubuh pria tua itu. "Zavier!" Leigh membalas pelukan anaknya sambil menangis. Dia pun sangat rindu, apalagi Zavier anak bungsu yang begitu dekat dengannya. "Daddy!" Leigh mengungkapkan rasa rindu yang terasa menerpa dadanya. Hubungannya dan Zayyan kembali renggang setelah anaknya itu tahu bahwa dirinya terlibat dalam kasus penyembunyian Zea. Padahal Leigh hanya berniat melindungi dan tak ada niat memisahkan. Jika bisa, dia bahkan ingin Zayyan dan Zea bersama hingga maut memisahkan. Namu

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Bab 85. Istri Palsu Tuan Presdir

    Di sebuah ruangan mewah, tampak seorang pria tampan tengah menatap kekosongan ke arah jendela ruangannya yang begitu transparan dan menampilkan seluk beluk, kepadatan kota Jakarta. Di tangannya terdapat gelas yang berisi vodka, sesekali dia sesat dengan tatapan kosong dan hampa. "Selamat siang, Tuan," sapa sang asisten yang sedari tadi menunggu seperti manekin. "Kenapa?" "Ada tuan Josua, tuan Samuel dan tuan Niko yang ingin bertemu dengan Anda," lapornya. "Suruh mereka masuk!" "Baik, Tuan." Lelaki itu meletakan gelas di tangannya di atas meja. Tak lupa tangan dia selipkan di kedua saku celananya. Tidak lama kemudian masuk tiga pemuda tampan ke dalam ruangannya. Ketiganya langsung membungkuk hormat. "Selamat siang, Tuan," sapa mereka secara bersamaan. "Ada apa?" Dia melipat kedua tangan di dada. Tatapannya nyaris seperti elang yang menyeramkan. "Mereka sudah kembali, Tuan," jawab salah satunya. Lelaki itu langsung terdiam. Entah apa yang membuatnya tak bisa berkata-kata? Sel

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Bab 86. Istri Palsu Tuan Presdir

    "Apa yang kau lakuka, Grace?" tanya Leigh heran melihat sang istri yang ada di ruang rahasia yang bahkan tak pernah di masuki oleh orang lain, selain dirinya dan almarhum sang istri. "Tidak apa-apa," kilah Grace terlihat gugup. Wajah wanita tua itu tampak pucat fasih. Leigh memasukan kedua tangannya di saku celana. Dia berjalan menghampiri wanita itu dengan tatapan licik. "Kau tahu, bukan? Tidak ada yang boleh masuk ke dalam ruangan ini tanpa seizinku?" ujarnya dengan nyalang dan tatapan yang begitu tajam. "Aku... aku..." Wajah wanita itu semakin tampak gugup dan juga takut. Apalagi tatapan Leigh yang begitu tajam, seolah mampu menembus indera penglihatannya. "Apa yang kau cari di sini? Katakan padaku!" Pria paruh baya itu mencengkeram kuat dagu istrinya. Sedikitpun tak ada rasa cinta di hati pria yang masih gagah tersebut. "Sakit, Leigh!" jerit Grace memegang tangan Leigh yang berada di dagunya. "Cepat katakan!" sentak Leigh dengan mata memerah. Ruangan privasi ini memang dia

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Bab 87. Istri Palsu Tuan Presdir

    Zayyan keluar dari mobil, ketika Leo membuka pintu untuknya. Mereka sudah sampai di apartemen mewah milik Zayyan. Selama enam tahun belakangan ini, Zayyan memang memilih pindah. Hal itu dia lakukan adalah untuk melupakan semua hal tentang Zea. Kaki jenjangnya membawa dia masuk ke dalam apartemen tersebut. Zayyan hanya hidup bersama Ar dan Leo serta beberapa pelayan pribadi dan pengawal yang dia bawa dari mansion. Tujuan dia pindah bukan semata ingin melupakan Zea, tetapi ingin menghindari sang ayah. Rasa kecewa di dalam hati Zayyan telah membuatnya membenci pria paruh baya tersebut."Son," panggilnya melihat Ar yang sudah duduk dengan laptop di atas pangkuannya. "Daddy," balas Ar tersenyum manis. Pria kecil yang sudah berusia sepuluh tahun itu tumbuh menjadi sangat pintar, cerdas dan juga tampan. Sekarang dia sudah duduk di kelas menengah pertama. Dia memiliki keahlian di bidang IT dan menyukai olah raga e-sport. "Kau sedang apa, Son?" Zayyan duduk di sofa samping putra kesayanga

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Bab 88. Istri Palsu Tuan Presdir

    "Ayah!" Zea berhambur masuk ke dalam ruangan rawat inap Miko. Miko yang tampak terkejut dan tak bisa bergerak hanya bisa mengerjabkan matanya berulang kali. Apakah dia bermimpi? Atau salah lihat? Apakah itu benar-benar anaknya Zea yang dia pergi dan hilang selama beberapa tahun terakhir?"Ayah, apa yang terjadi?" Tangis Zea tumpah ruah. Wanita itu memeluk sang ayah dengan erat sembari meluapkan. "Ayah maafkan aku. Maafkan aku, Ayah," ucapnya dengan penuh rasa penyesalan.Ada rasa bersalah yang terselip di antara rongga dada Zea melihat kondisi sang ayah. Andai saja waktu itu dia tidak pergi meninggalkan ayahnya. Pastilah Miko takkan mengalami ini semua. Ayahnya itu pasti masih sehat seperti biasa. Zea melepaskan pelukannya. Hatinya bagai ditumpahi cuka asam saat melihat tubuh ayahnya yang kurus dan terurus, apalagi dengan banyak selang yang mengalir di tubuh ayahnya itu. "Ayah!" Zea mengenggam tangan kurus Miko yang tinggal tulang. "Apa yang terjadi? Kenapa Ayah bisa seperti ini?"

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Bab 89. Istri Palsu Tuan Presdir

    Zayyan terkejut mendengar ucapan putranya itu. Apakah ini anak kembarnya yang dibicarakan oleh ketiga anak buahnya? Seketika jantung Zayyan berdegup kencang, ada rasa panas yang menjalar dari telinga hingga ke mata. "Dad, kenapa diam?" tanya Ar melihat sang ayah yang hanya diam dengan tatapan kosong. "Kenapa mata Daddy memerah?" sambungnya kemudian. "Hem, tidak apa-apa, Son. Hanya kelilipan," jawab Zayyan asal. "Iya sudah ayo kita makan!" ajaknya."Iya, Dad." Ayah dan anak itu berjalan menuju meja makan. Zayyan masih memakai kemeja putih yang dia gulung sampai siku. Keduanya duduk dan Zayyan mengambilkan makanan untuk putranya seperti dulu. Sesibuk apapun urusan kantor, dia tidak pernah lalai dengan waktunya bersama Ar. Bagi Zayyan, waktu bersama putranya itu adalah yang terbaik. Apalagi mereka memang hanya berdua saja dan tak memiliki siapa-siapa lagi. "Dad," panggil Ar di tengah-tengah makannya. "Iya, Son? Kenapa?" tanya Zayyan dengan nada yang begitu lembut. "Ar merindukan m

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Bab 90. Istri Palsu Tuan Presdir

    Saat kehilangan seseorang yang dicintai, air mata tak boleh benar-benar kering. Menangis boleh, malah harus, tetapi ingatlah jangan sampai meratap. Sebab, tak ada orang yang bisa menghindari hal tersebut.Begitu juga dengan Zea, kehilangan sang ayah membuat dia juga hidup tanpa arah dan tujuan. Sekearang, tempatnya untuk bersandar atau sekedar bercerita segala penat juga luka, tak ada lagi di dunia ini. "Mommy!" Ketiga anak kembar itu berhambur ke arah Zea. Zea langsung menoleh dan mengusap pipinya dengan kasar. Dia langsung berjongkok dan menyamakan tingginya dengan ketiga anak kembarnya itu. "Mommy yang kuat!" seu Zayn menyemangati. "Mommy tidak pernah sendirian," sambung Zaen yang juga ikut memberi semangat. "Ada kami, Mommy," ujar Ziva. Zea memaksakan senyumnya. Di titik rapuh dalam hidupnya, dia bersyukur karena memiliki ketiga anak yang hebat dan selalu bisa menghibur dirinya. Setidaknya, luka yang ada dalam dada Zea, sedikit terobati melihat senyum ketiga anaknya itu. "T

Bab terbaru

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Chapter bonus 8. (Ending)

    Satu tahun kemudian ...Samuel, Josua, Niko dan juga Sean, keempat pria tampan dengan sejuta pesona itu keluar dari ruangan rias. Mereka memakai tuxedo dengan warna yang sama. Dilengkapi dasi kupu-kupu yang membuat tampilan mereka begitu memukau. Saat mereka berjalan ke arah karpet, merah jepretan kamera saling menggema dan bersahutan untuk memotret pria-pria tampan yang menyerupai dewa Yunani itu. Hari ini, Sean, Josua, Niko dan juga Samuel mengakhiri masa lajang mereka. Pria-pria matang yang berusia dewasa itu akhirnya memutuskan untuk berkeluarga, walau sebelumnya banyak pertimbangan. Namun, siapa sangka sekarang telah menentukan siapa yang akan menjadi pasangan hidupnya. "Ayah!" sapa si kembar melambaikan tangannya dari jarak jauh. Sean tersenyum melihat anak-anak Zea yang begitu antusias menyambut hari bahagianya. Sekarang, ia benar-benar sudah bisa melepaskan semua perasaan cintanya pada wanita yang pernah bersemayam begitu lama. Sean sudah menemukan wanita yang tepat untuk

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Chapter bonus 7.

    "Kenapa lama sekali sih?" Samuel melirik arloji yang ada di tangannya. Menunggu adalah hal paling membosankan. Lelaki itu tampak gelisah, apalagi waktu terus berjalan. Dia bisa terlambat dan nanti akan diledek oleh Josua dan juga Niko. Malam ini, Josua dan Niko sengaja mengajak Samuel untuk bertemu di sebuah restoran membawa pasangan masing-masing. Jika Samuel belum juga menemukan calon pasangan hidupnya. Maka, Josua dan Niko akan mencarikan sendiri, calon yang tepat untuk sahabat mereka tersebut. Derap langkah kaki membuat Samuel mengangkat pandangannya. Seketika lelaki itu mematung bahkan tanpa sadar berdiri dari duduknya. Mulutnya terbuka lebar dan mengangga karena melihat perubahan yang begitu signifikan pada asisten sekaligus gadis berkacamata tebal yang selalu mengikuti perintahnya. "Sudah selesai, Tuan!" ujar salah satu pelayan butik. "Hem!" Samuel berdehem sambil memperbaiki dasinya yang setengah bergerak.Riri tersenyum kaku, jujur saja dia tak nyaman dengan dress ini.

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Chapter bonus 6.

    Sean keluar dari ruangannya. Jam sudah menunjukkan pukul siang tengah hari. Waktunya ia makan siang. Langkah lelaki itu terhenti saat melihat Ema duduk di bangku tunggu depan ruangan ibunya. Bersama seorang pria berseragam polisi yang tidak lain adalah Bima. Entah, kenapa ia tidak suka melihat lelaki itu. "Itu kan 'pria kemarin? Apa itu kekasihnya?" ujar Sean, nada bicaranya tampak tak suka. Tidak mungkin dia menyukai Ema. Pertemuan mereka hanya kebetulan, bukan keinginan. Tampak Ema berbicara serius dengan Bima. Sesekali Bima mengusap punggung gadis itu untuk menyalurkan kekuatan padanya. Sean menghampiri mereka berdua. Ia sedikit penasaran, apa yang dibicarakan oleh kedua orang itu. "Dokter Sean," sapa Ema sambil berdiri. Sean mengangguk. "Bagaimana keadaan Ibu?" tanyanya tanpa menoleh ke arah Bima. Sean seperti sedang bermusuhan dengan orang yang baru saja ditemui dan kenal. Sementara Bima memperhatikan Sean dari ujung kaki sampai ujung rambut. Satu kata, Sean tidak hanya t

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Chapter bonus 5

    "Terima kasih, Dok." Ema melepaskan sealbeat di tubuhnya. "Aku ingin menjengguk ibumu juga." Tanpa menunggu jawaban dari Ema. Sean turun keluar duluan dari mobil. "Apa, Dok?" Ema ikut keluar dari mobil. "Tapi di ini sudah malam, Dok," sambungnya. "Memangnya kenapa kalau malam?" Sean menaikan kedua alisnya. "Apa Dokter tidak ingin istirahat?" tanya Ema mendesah pelan. "Ini rumah sakitku, aku bisa istirahat di ruanganku nanti!" jawab lelaki itu sombong, lalu dia berjalan duluan. Ema menghela napas panjang lalu mengikuti langkah kaki Sean. Sampai di depan ruangan sang ibu, Ema berhenti sejenak. Dia mengelus dadanya, seakan ada rasa sakit yang terasa mencengkeram di sana. "Ada apa?" tanya Sean heran. "Tidak apa-apa, Dok. Saya hanya sedang mengontrol emosi, supaya tidak terlihat sedih di depan ibu." Anak mana yang tidak akan sedih melihat wanita yang sudah melahirkannya terbaring lemah di atas ranjang. Sean manggut-manggut paham. Dia masih berdiri di belakang Ema yang hanya tingg

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Chapter bonus 4.

    "Kau mengingatku, Niko?" Gadis itu tersenyum mengejek ke arah lekakis yang tampak syok melihat wajahnya. "Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Niko terdengar begitu dingin. Gadis itu malah tersenyum santai, sembari mengigit apel di tangannya. Dia suka melihat wajah kesal dan marah Niko padanya. Hal itu menjadi kesenangan tersendiri pada diri gadis tersebut. "Kenapa kau menggagalkan pengiriman senjataku, Nara?" tanya Niko marah. "Seharusnya kau berterima kasih padaku, Niko," ujar gadis bernama Nara itu. Rambut panjang yang sengaja dikuncir kuda. Matanya coklat dengan hidung mancung. Senyumnya manis, apalagi memakai pakaian ketat ala seorang bodyguard. "Maksudmu?" Gadis itu melempar ponselnya ke arah Niko. Lelaki tersebut mengambil ponsel itu dengan cepat. "Lihatlah!" Niko melihat video yang ada di layar ponsel milik Nara. Pupil matanya hampir saja keluar ketika melihat apa yang ada di sana. "Kau pikir pengiriman senjatamu aman? Untung saja tuan Zayyan segera m

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Chapter bonus 3.

    Sean terdiam mendengar jawaban Ema. Entah, kenapa hatinya merasa tergerak mendengar penuturan gadis itu. "Anda ingin pesan apa, Dok?" tanya Ema lagi yang masih memegang kertas dan juga pulpen di tangannya.Sean terdiam sejenak, lalu dia menatap Ema. "Duduklah!" suruhnya. "Hah?!" "Duduklah!" titahnya lagi. Ema menurut dengan wajah polosnya. Sebenarnya dia bingung, kenapa Sean malah memintanya duduk? "Ada yang bisa saya bantu, Dok?" tanya Ema tak nyaman. Sebab, para pelayan yang lain menatap ke arahnya. "Sudah makan?" Ema menggeleng karena memang dia belum makan. Setelah shif siang tadi. Dirinya langsung ke restoran hingga lupa makan malam. Sean lalu melambaikan tangannya pada salah satu waiters dan memesan makanan untuk mereka berdua. "Biar saya saja, Dok!" ujar Ema. "Jangan!" cegah Sean. "Duduklah, kita makan bersama," ucapnya. Walaupun dengan nada dingin, tetapi terdengar perhatian. "Tapi, Dok–""Menurutlah, Ema!" tekan Sean yang sedikit geram. Wanita di luar sana berlomb

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Chapter bonus 2.

    "Melihat tuan Zavier dan nona Shania yang menikah, aku jadi ingin menikah," ujar Niko mendesah. "Memang punya calon?" Josua melirik sahabatnya. "Ada, banyak," jawab Niko penuh percaya diri. Jika dia mau banyak sekali wanita yang mengantri untuk menjadi istrinya. Namun, wanita-wanita itu hanya mengincar harta dan ketampanannya saja. Niko ingin menemukan wanita yang tulus mencintai dirinya, seperti Zea mencintai Zayyan contohnya. Sementara Samuel terdiam saja. Dia melihat betapa cantik dan bahagianya Shania duduk di pelaminan bersama lelaki terbaik pilihannya. Lagi-lagi, pria itu tersenyum kecut karena selalu gagal dalam hal percintaan. Padahal selain jatuh cinta pada Zea berkali-kali, ia juga menyukai Shania dan berharap wanita itu akan menjadi pelabuhan terakhirnya. Namun, apalah daya jodoh memang tidak selalu bisa dipaksakan. "Hem!" Josua berdehem di dekat telinga Samuel. "Kenapa?" tanyanya. Walaupun sudah tahu, tetapi sengaja bertanya untuk sekedar basa-basi. "Tidak," kilah Sam

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Chapter bonus 1. Wedding Day Zavier & Shania

    Shania menatap pantulan dirinya di depan cermin. Gadis cantik berstatus model itu tampak tersenyum lebar, ketika gaun mewah tersebut melekat dengan sempurna di tubuh ramping dan juga mungilnya."Kak, apa aku sudah cantik?" tanyanya pada sang kakak yang sedari menunggunya. "Cantik!" balas Sean. "Apa kak Zavier akan terpesona padaku?" tanyanya lagi yang seolah belum puas. "Tidak," jawab Sean. Shania mendengkus kesal. Ia menatap kakaknya malas. "Kakak." "Sudahlah, jangan terlalu lama. Zavier sudah menunggu," ujar Sean terkekeh melihat wajah kesal adiknya. Lagian Shania terus bertanya, apa dia cantik? Apa Zavier akan terpesona padanya? Sean saja bosan dengan pertanyaan tersebut. "Ayo, Kak!" ajak Shania. "Tapi..." Gadis itu mendesah pelan. "Tapi, kenapa?" Sean menatap adiknya. Shania tersenyum kecut. Di hari bahagia harusnya dikelilingi oleh orang tua serta orang-orang yang menyayanginya. Namun, tidak dengan Shania sang ayah dan sang ibu bahkan tak meluangkan waktu sedikitpun untu

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Ekstra part 3. (Ending)

    Zayyan bangun pagi sekali. Sementara Zea masih terlelap nyaman. Sejak hamil, wanita ini tak hanya manja tapi juga sedikit pemalas. "Sayang, bangun!" panggil Zayyan"Sudah siang ya, Kak?" Zea sontak duduk sembari mengucek matanya. Wanita itu masih berusaha mengumpulkan sejuta nyawanya yang terasa hilang ke alam mimpi. "Iya, Sayang. Ayo cuci muka dulu!" Zayyan menyimak selimut mereka. "Iya, Kak." "Kakak gendong, ya." Zayyan langsung mengangkat tubuh wanita itu. Usia kehamilan Zea sudah memasuki bulan keenam. Jadi masa mengidamnya pun sudah berkurang hanya manjanya masih kuat. "Kak, maaf merepotkan mu," ucap Zea tak enak hati. "Sama sekali tidak, Sayang. Aku ingin kau terus manja-manja padaku." Zayyan mencolek dagu istrinya dengan gemas. "Ehem, tidak mungkin aku manja terus, Kak. Sudah ayo cuci muka, kita harus siapkan sarapan untuk anak-anak," ajak Zea. Setelah mencuci muka dan gosok gigi kedua pasangan itu keluar dari kamar mandi. Seperti biasa aktivitas pagi adalah mengur

DMCA.com Protection Status