Share

Istri Manja Kesayangan Om Arsen
Istri Manja Kesayangan Om Arsen
Penulis: C I T O S

Bab 1

“Papa, kok bisa-bisanya ngusulin perjodohan ini, sih? Gak bisa lah, aku gak setuju!" teriak Acha dengan keras.

Sebuah perjodohan tak terduga telah diatur untuk Acha, seorang gadis berumur 21 tahun, dengan Arsen, seorang CEO berumur 33 tahun. Pria yang lebih cocok menjadi pamannya sendiri! Bagaimana mungkin papanya tega melakukan ini?

"Sayang, jangan teriak-teriak dong! Papa bisa budek nih!" Nathan menutup telinganya, ia terlihat kesal pada putri kesayangannya itu.

Ia kemudian menarik nafas sejenak. “Papa nggak punya pilihan lain, Acha. Kakak kamu sudah punya pacar dan akan segera menikah. Mau ditaruh dimana wajah papa kalau keluarga Artanto mendengar perjodohannya tidak akan terjadi?"

Acha terlihat sangat kesal. “Tapi, Pa, Acha nggak mau menikah muda. Papa kan tau Acha masih kuliah. Gimana kalau orang-orang tau kalau Acha sudah menikah? Apalagi Om Arsen juga sudah tua, Pa. Batalin aja perjodohannya, ya?“ pinta Acha. Wajahnya terlihat memelas.

Nathan menarik nafas dalam. Pria itu semakin pusing memikirkan cara membujuk putri cantiknya agar mau menerima perjodohan yang sudah ia sepakati. Cindy yang duduk di sisi kanan pria paruh baya itu juga terlihat tidak setuju akan perjodohan ini.

“Memangnya tidak ada cara lain untuk menolak perjodohan ini? Kasihan Acha, Pa. Putri kita masih kecil,” ucap Cindy dengan lirih, ia pun terlihat bingung harus bagaimana.

“Papa juga bingung, Ma. Kalau Papa bisa menolak, Papa tidak mungkin mengorbankan Acha. Tapi mau bagaimana lagi? Kita tidak punya hak untuk membatalkan perjodohan ini.“

Acha yang sedari tadi berdiri, segera mendekat ke arah orangtuanya. Gadis bermata cokelat itu mendaratkan tubuhnya di samping sang ayah.

Wajahnya terlihat memelas membuat Nathan semakin terenyuh. Jujur saja, pria paruh baya itu pun sebenarnya tidak ingin putri bungsunya menikah begitu cepat. Tapi, perjodohan ini harus segera terlaksana.

“Pa... please, batalin perjodohan Acha sama Om Arsen. Acha belum mau menikah, Pa.“ Gadis itu memohon pada sang ayah.

Setelah terdiam cukup lama, Nathan menoleh ke arah putrinya dan menggenggam kedua tangan gadis itu. “Sayang, maafin Papa. Sekali ini saja, Acha menuruti permintaan Papa. Selama ini, Papa tidak pernah memaksakan Acha harus seperti yang Papa mau. Tapi situasi kali ini mengharuskan Papa untuk memaksa kamu. Mau ya, sayang? Papa mohon, hmm?“

Mata pria paruh baya itu terlihat sangat berharap, membuat Acha merasa bersalah. Dari dulu Nathan memang tidak pernah melarangnya apa pun. Pria paruh baya itu akan mengikuti semua keinginan Acha, selagi itu masih wajar.

“Pa, Acha nggak mau. Ini bukan zaman Siti Nurbaya, Papa. Mana ada cara kuno seperti ini lagi di zaman modern sekarang ini. Please, Pa, coba bicara dulu sama keluarga Om Arsen. Pasti mereka juga maklum kok, kalau keluarga kita menolaknya.“

Merasa sudah lelah membujuk putrinya, Nathan kemudian berdiri dan melepaskan genggaman tangannya dari tangan Acha. “Kamu tidak bisa menolaknya. Kamu tidak punya hak untuk membantah perintah Papa. Mengerti?!!“ ujar Nathan dengan dingin.

“Acha nggak mau, Pa!“

“Sudah Papa katakan, kamu tidak punya hak untuk menolaknya. Jangan buat Papa marah, Acha! Kamu harus tetap menerima perjodohan ini!“

Tanpa mendengar jawaban dari Acha, pria paruh baya itu segera berlalu pergi meninggalkan gadis itu bersama istrinya.

**

Hari yang sama sekali tidak diinginkan oleh Acha, tiba juga. Dia terlihat sangat cantik, dengan gaun berwarna putih, rancangan desainer ternama. Bernuansa vintage, dengan detail lengan panjang dan see through di bagian atas gaun, aksen payet dan juga bordir yang semakin menambah kesempurnaan gaun tersebut. Membuat Acha seperti permaisuri, mewah dan elegan.

“Kakak cantik sekali, semakin sempurna dengan gaun ini,” ucap penata rias yang baru saja selesai mendandani Acha.

Tidak ada sepatah katapun yang terucap dari bibir gadis itu. Di dalam pikirannya sedang menyusun beragam strategi agar bisa melarikan diri dari acara pemberkatan itu.

Setelah Acha selesai didandani, sang ibu tampak tersenyum lembut padanya. Ia menangkup tangan sang anak.

“Mama yakin ini adalah keputusan terbaik untuk kamu. Kamu pasti akan bahagia bersama dengan Arsen.”

Acha hanya terdiam, terlalu marah untuk menanggapi kalimat dari ibunya. Jadi, ia memutuskan untuk tak menjawabnya dan berlalu pergi.

Rombongan keluarga Acha, sudah sampai di gereja. Sebentar lagi acara pemberkatan akan dimulai, Acha masih menunggu di salah satu ruang sebelum nantinya dia akan berjalan memasuki altar didampingi oleh ayahnya.

Di dalam sana Acha sendirian. Dia pun mencoba melihat situasi.

“Sepertinya aman, saatnya sekarang aku harus kabur dari sini.”

Acha sudah tak peduli akan konsekuensinya lagi. Dia keluar dari ruangan itu karena mendapatkan kesempatan.

“Ke mana dia? Acha, di mana kamu?”

Nathan yang sudah bersiap mendampingi Acha ke altar pemberkatan terkejut ketika mendapati putrinya itu tak terlihat di sana.

Semua orang heboh, karena Acha tidak ada di ruangan itu.

Arsen menatap dingin ke arah asistennya yang memberitahukannya kalau calon mempelai wanitanya kabur sebelum acara pemberkatan dimulai.

Di sisi lain, Acha yang berusaha menjauh dari gereja, kesulitan untuk berjalan lebih cepat lagi, karena gaun yang dia kenakan seolah mengikat langkahnya.

"Sial! Kenapa gaun ini berat sekali? Aku jadi tidak bisa berjalan lebih cepat lagi." Acha menggerutu, hatinya berdebar kencang dan panik memenuhi pikirannya, khawatir orang-orang akan segera menemukannya.

Baru saja Acha hendak melambaikan tangannya untuk memanggil taksi, tiba-tiba sebuah tangan kekar menariknya dengan kasar. Hampir saja ia terjatuh ke lantai, terperangkap dalam gaun yang menyiksanya.

"Mau kabur ke mana kamu?"

Acha mengerjapkan kedua matanya ketika mendapati bahwa Arsen yang berdiri di hadapannya.

“B-bagaimana mungkin Om bisa menemukanku?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status