Share

Bab 4

"Om... Aku nggak mau di unboxing ya..."

Kalimat itu yang pertama kali terucap dari mulut Acha saat Arsen baru saja keluar dari dalam kamar mandi.

Mendengar kalimat itu, Arsen tertawa dengan keras.

"Kok om ketawa? Emang ada yang lucu?" tanya gadis cantik yang baru saja menjadi istri dari Arsen.

"Ya, kamu ngapain ngomong kayak gitu?"

"Ya kan, kita ini sudah menikah. Om itu suami, aku itu istrinya om. Kalau udah suami istri kan, si istri bakalan di unboxing suaminya."

"Ya terus?" sahut Arsen dengan malas.

"Ya, terus kan aku masih perawan dan masih kuliah. Nanti kalau aku di-unboxing sama om, terus perut aku jadi besar gimana? Nanti semua teman-temanku bakalan tau kalau aku sudah menikah."

Arsen masih diam mendengarkan kalimat yang keluar dari Acha.

“Jadi…” Acha menaruh sebuah guling di tengah-tengah ranjang mereka. “Untuk mencegah hal itu terjadi, Om nggak boleh melewati batas ini ya.”

Arsen tertawa melihat kelakuan dari istrinya itu.

"Baiklah. Saya tidak akan unboxing kamu dulu kalau gitu. Udah ya, kamu nggak capek ngomong panjang lebar kayak gitu?" potong Arsen sebelum Acha melanjutkan kicauannya.

Acha mengangguk. "Iya, aku capek, Om. Aku haus, mau minum. " ujarnya pelan.

Arsen mendengus kecil, kemudian berjalan ke arah kulkas mini dan mengambilkan sebotol air mineral untuk istrinya.

"Sudah, Om. Terimakasih banyak," ucap Acha sambil menyodorkan botol air mineral yang masih tersisa itu kepada Arsen.

"Yasudah, ayo tidur. Saya lelah sekali hari ini," ajak pria itu dengan tegas.

Arsen lalu meletakkan botol yang diberikan istrinya tadi di atas nakas, tak lupa pula mematikan lampu kamar dan hanya menghidupkan lampu tidur yang berada di sisi tempat tidur mereka.

Lalu selanjutnya pria itu masuk ke dalam selimut dan merebahkan dirinya di samping sang istri, kemudian menutup kedua matanya.

Acha menatap ke arah Arsen. Dipikir-pikir lagi, ini adalah malam pertama Acha tidur tanpa sang ibu. Sekalipun sudah besar, ia memang masih ditemani oleh sang ibu.

Masalahnya, untuk pertama kalinya ia tidur bersama dengan orang lain yang bukan ibunya.

Acha menghela nafasnya, agak ragu juga. Namun pada akhirnya ia pun mencoba memanggil Arsen.

"Om... " panggil Acha pelan.

"Hmm.." gumam pria itu dengan malas.

"Om, aku nggak bisa tidur."

"Hmm..."

"Om.. Aku nggak bisa tidur,” ujar gadis itu pelan.

"Pejamkan matanya biar gampang tidurnya."

"Udah, aku tetap nggak bisa tidur, Om."

"Ya sudah, coba kamu hitung domba. "

"Oke, Om… " jawab Acha.

Gadis itu mulai menghitung domba supaya bisa tertidur.

"1 anak domba, 2 anak domba, 3 anak domba, 4 anak domba, 5 anak domba, 99 anak domba, 110 anak domba... 200 anak domba.. 390 anak domba.. 499 anak domba.."

Hingga saat menghitung yang ke 500 anak domba, gadis itu masih belum bisa tidur juga. Matanya semakin terang dan melotot, seakan-akan tengah mencari domba yang lain di depan matanya.

"Om..."

"Apa lagi?" gumam Arsen.

"Udah 500 anak dombanya.."

"Terus?"

"Dombanya sudah habis, Om. Gimana dong?"

"Ya, Tuhan, Acha... Saya ngantuk sekali ini, besok saya harus meeting pagi," ujar pria itu kesal kepada istri kecilnya, matanya bahkan sudah terbuka lebar sekarang.

"Tapi dombanya habis. Udah pada pergi semua, " jawab Acha tanpa merasa bersalah.

"Terus saya harus gimana?" sentak Arsen frustasi.

Acha yang terkejut karena sedikit dibentak, hanya bisa memeluk bantalnya dan berkata dengan sedih. “Mama nggak pernah bentak-bentak aku. Mama selalu peluk aku setiap kali mau tidur…”

Arsen menghela nafas panjang, kemudian memindahkan guling yang berada ditengah mereka dan membuangnya ke sisi bagian belakang tubuhnya, dan membuka tangannya dan menyuruh istrinya mendekat.

"Sini, peluk saya biar bisa tidur." ucap pria itu pelan.

Sepasang mata Acha membelalak terkejut. Ia memang selalu dipeluk sang ibu setiap kali akan tidur, namun sekarang yang menawarinya justru pria yang sudah menjadi suaminya itu.

Bagaimana ini?

Karena tidak adanya jawaban dari Acha, Arsen kemudian merapatkan tubuhnya, dan melingkarkan lengannya.

“Sudah, sekarang ayo tidur…”

Acha terdiam kaku. Ia bisa merasakan nafas hangat dari suaminya itu.

“Jangan tegang gitu. Cepat tidur, besok kamu ada kelas, kan?”

Berkali-kali Acha mengerjapkan kedua matanya. Kali ini usapan lembut Arsen di kepalanya mampu membuatnya sedikit lebih tenang.

Acha yang juga merasa mulai mengantuk akhirnya menutup kedua matanya perlahan. Tubuhnya mulai rileks, dan sebelum benar-benar tertidur, ia berbisik pelan, “Terima kasih, Om Arsen…”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status