Share

Bab 2

“Lepaskan aku, Om! Aku tidak menginginkan pernikahan ini!”

Acha memohon agar Arsen membebaskannya dari rencana pernikahan yang sebentar lagi akan dimulai.

“Jangan bertingkah konyol Acha, jika kamu tidak ingin mempermalukan orang tuamu! Aku tidak main-main dengan ucapanku ini.” Arsen memberi penekanan di setiap kata-katanya.

“Tapi aku tidak mau nikah sama Om.”

“Sayangnya, orang tuamu dan juga keluarga besarku sudah sepakat mengenai perjodohan ini. Dan kamu tidak berhak untuk menolakku, sekarang ikut denganku masuk ke dalam!” Sentak Arsen, pria jangkung itu menarik tangan Acha untuk kembali masuk ke dalam gereja.

“Lepasin dulu tanganku, aku bisa jalan sendiri, Om!” Acha berontak, mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Arsen.

Arsen tidak menjawab, ia hanya terus mengeratkan genggamannya.

“Aku tidak akan kabur lagi, memangnya Om tidak melihat gaunku berat seperti ini?”

Namun tak ada jawaban dari pria itu.

Acha merasa sangat kesal, dan dia juga marah. Tapi tak bisa berbuat apa-apa setelah rencananya untuk kabur ketahuan oleh calon suaminya itu.

Begitu mereka masuk, kedua orangtua Acha yang terlihat panik langsung berjalan cepat menghampiri putrinya itu.

“Kamu dari mana saja Acha? Pemberkatannya sebentar lagi akan dimulai.” Nathan bicara dengan nada suara pelan, dia merasa lega karena Acha tidak menghilang dan mempermalukan dirinya.

“Maaf, Om. Tadi Acha ada kendala sedikit. Tapi semuanya sudah beres.” Tanpa diduga, Arsenlah yang mewakili Acha yang terlihat kebingungan dalam menjawab.

“Pada semua tamu undangan yang sudah hadir, saya mewakili Acha meminta maaf jika sudah membuat kalian cemas dan juga membuat kegaduhan. Calon istri saya ini tidak pergi kemana-mana. Masalahnya juga sudah beres. Bukan begitu, Acha?”

Arsen yang masih mengeratkan genggaman tangannya, kini tersenyum kepada Acha.

Acha menganggukan kepalanya, dia bisa melihat kepanikan dan juga kecemasan dari wajah kedua orang tuanya. Ia terpaksa mengiyakan kebohongan yang baru saja dilakukan oleh Arsen.

Terlihat raut wajah yang dipenuhi kelegaan di wajah Nathan. “Syukurlah, papa kira kamu ke mana. Ya sudah, kalau begitu kalian majulah ke depan. Acara pemberkatan akan dimulai.”

Dengan perasaan dongkol dan juga kesal, Acha terpaksa mengikuti serangkaian acara pemberkatan pernikahannya dengan Arsen.

“Tuhan, kenapa Kau justru membiarkan pernikahan ini terjadi? Bukankah Kau sendiri tahu bahwa aku tidak menginginkannya?” Acha menggerutu dalam hatinya sendiri.

Rasanya, Acha ingin menangis saja. Namun ia teringat dengan ancaman Arsen, dan tidak ingin jika sesuatu yang buruk terjadi pada keluarganya.

“Silakan pasangkan cincinnya, mulai hari ini dan detik ini. Kalian berdua sudah sah menjadi sepasang suami istri,” ucap pastor setelah doa selesai.

Arsen memasangkan cincin di jari manis Acha, tidak ada sedikitpun senyuman di bibir gadis itu. Yang ada hanya wajah masam, memendam kesal karena pernikahan itu tetap saja terjadi.

Acha yang diam saja sejak awal proses pemberkatan, dia sampai tidak fokus dan Cindy harus turun tangan.

“Pasangkan cincinnya di jari manis Arsen,” bisik Cindy di telinga Acha.

Aca tersadar, dia pun memasangkan cincin itu di jari manis pria yang sekarang sudah sah menjadi suaminya.

“Cium…. Cium…cium.” Sorak sorai dari tamu undangan, dan juga tepuk tangan dari mereka sesaat setelah sepasang pengantin itu memasangkan cincin di jari manis pasangannya.

Acha melihat Arsen dengan tatapan memohon, seolah meminta agar Arsen tidak melakukan itu.

“Tidak…. Tolong jangan biarkan pria ini menciumku, Tuhan.” Acha berdoa, memohon dengan sungguh-sungguh agar apa yang ditakutkannya memang tidaklah terjadi.

Arsen maju satu langkah, sedangkan Acha terlihat begitu panik. Tapi dia hanya dia mematung, berharap keajaiban Tuhan menolongnya dan juga menghindarkannya dari apa yang akan dilakukan oleh Arsen.

Saat kepala arsen semakin dekat di hadapan wajah Acha, reflek Acha menggelengkan kepalanya, hembusan nafas Arsen terasa hangat di pipi Acha, hingga suara yang dalam terdengar di telinga gadis itu.

“Aku tidak akan menciummu di hadapan semua orang. Aku akan menciummu saat hanya ada kita di dalam kamar…”

Pria itu tersenyum tipis, sepertinya ia sangat senang menggoda Acha yang sedang kesal karena pernikahan ini tetap terjadi.

Melihat itu, orang-orang bertepuk tangan untuk yang kesekian kalinya. Mereka seperti merasakan kebahagiaan atas pernikahan yang baru saja terjadi.

Acha menghembuskan nafasnya frustasi. Karena tak ada lagi yang bisa dilakukan oleh Acha. Membayangkan apa yang akan terjadi di kamar pengantin nanti, membuat Acha frustasi.

Acha melirik pria yang kini sudah menjadi suaminya itu, dan ia pun membatin kesal. “Bagaimana caranya aku kabur dari malam pertama ini?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status