Share

Bab 5

Pagi hari yang begitu cerah, terlihat awan putih yang bergerak di atas langit.

Matahari pun memancarkan sinarnya yang sangat terang, hingga menembus ke dalam kamar pasangan pengantin baru. Suhu ruangan yang semakin dingin tidak juga membangunkan keduanya.

Acha yang menggumam pelan merasa sedikit terusik karena cahaya matahari, semakin mendekat ke arah Arsen dan menaruh kepalanya di atas tubuh pria itu tanpa disadarinya. Arsen yang merasa ada beban berat yang menimpa dadanya dan pelukan di pinggangnya, seketika terbangun. Dilihatnya Acha tengah tertidur di atas dadanya dengan bibir yang sedikit terbuka.

Pria itu hanya membiarkannya tanpa ingin membangunkan gadis itu sama sekali, raut wajahnya terlihat dingin tanpa ekspresi. Ia hanya menunggu Acha segera bangun. Tangan Acha semakin merambat ke seluruh tubuh pria itu, hingga membuat Arsen mengeram kesal. Bisa bisanya sang istri menyentuhnya tanpa sadar!

Sentuhan tangan Acha semakin turun, hingga ia merasakan ada benda lunak yang di tangannya. Matanya yang tadi masih terpejam tiba tiba membola kaget, memikirkan benda apa yang berada dalam genggamannya.

"Apa, nih?" gumam gadis itu, dahinya bahkan mengernyit bingung.

"Udah bangun?" Suara dingin terdengar jelas di telinga gadis itu, membuatnya menelan ludah gugup.

"Mampus gue," gerutu Acha pelan. Arsen yang mendengarnya menarik salah satu sudut bibirnya.

Dengan gugup dan cemas, Acha segera mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah Arsen yang juga menatapnya tajam. Acha kembali menelan ludahnya, bahkan bibirnya juga bergetar memikirkan kemungkinan buruk yang akan terjadi.

"Kamu masih mau tidur di atas dada saya? Kepala kamu berat," sindir Arsen dengan wajahnya yang datar. Pria itu merasa tidak bersalah sama sekali.

Mendengar sindiran Arsen, dengan cepat Acha segera menarik kepalanya dari atas dada pria itu, dan mengambil posisi duduk. Gadis itu merasa canggung, ia bahkan menunduk malu tidak berani menatap mata Arsen yang hendak bangun.

"Ehemmm..." Arsen berdehem, tangannya terlipat di depan dada, melihat Acha yang tertunduk malu.

"Maaf, Om," cicit Acha pelan, sesekali matanya melirik ke arah pria itu, terutama pada bagian bawah yang sempat disentuhnya tadi.

Seketika gadis itu kembali menelan ludah, mengingat kembali benda kenyal yang membuat kedua pipinya bersemu merah. Arsen yang menyadari tatapan mata gadis itu mengarah pada bagian bawahnya, mendengus kesal lalu menjentikkan jarinya di dahi gadis itu.

"Awwww.. Sakit, om," pekik Acha sembari mengusap keningnya yang terasa berdenyut karena ulah suaminya. Matanya menatap kesal pada pria itu.

"Kenapa? Mau lagi?" Suara dingin pria itu mampu membuat Acha cemas, ia takut Arsen akan memuluskan rencananya untuk menjentikkan dahinya lagi.

"Om jahat banget, pagi pagi udah buat Acha kesal."

Arsen mendengus sinis, "Dasar jorok, lihat tuh iler kamu membekas sampai pipi." Pria itu lalu segera beranjak dari tempat tidur hendak membersihkan tubuhnya di kamar mandi.

Acha yang masih duduk di atas ranjang tampak frustasi, tangannya mengacak acak rambutnya hingga berantakan. Sorot matanya yang tajam menatap ke arah pintu kamar mandi yang sudah tertutup rapat, dadanya bahkan kembang kempis merasa kesal akan kelakuan pria itu.

"Dasar suami kulkas! Jahat!" Acha mengeram kesal, tangannya meninju udara melampiaskan kekesalannya pada Arsen.

20 menit kemudian, akhirnya Arsen keluar dari dalam kamar mandi. Pria itu terlihat sangat segar dengan rambutnya yang masih sedikit basah. Acha menatap ke arah tubuh Arsen yang bertelanjang dada, hanya selembar handuk yang melilit dipinggangnya, menampilkan perut kotak kotak yang membuat Acha menelan ludah.

"Liur kamu menetes." Pria itu mengangkat sebelah sudut bibirnya, mengejek Acha yang dengan refleks mengecek sudut bibirnya.

Merasa dipermainkan, Acha berteriak marah dan melemparkan sebuah bantal kepada Arsen yang bersikap tenang. Pria itu hanya menggedikkan bahunya tidak peduli, mencari baju dalam koper hitam yang terletak di sudut kamar.

"Mandi cepat!" perintah Arsen tegas, namun Acha tidak menghiraukannya. Gadis itu masih kesal karena suaminya mempermainkannya.

Arsen yang melihat istrinya tidak juga bergerak dari atas tempat tidur, menghentikan kegiatannya dan menatap dingin kepada Acha yang terlihat sedang menantangnya.

"Saya tunggu 15 menit, kalau kamu tidak mandi juga, saya akan tinggal! Saya masih ada urusan penting!" Suara pria itu terdengar begitu tegas, membuat bulu kuduk Acha meremang.

Dengan kesal, Acha segera beranjak dari tempat tidur, kakinya dihentakkan kuat agar Arsen tau bahwa dia sedang marah. Gadis cantik itu aegera masuk ke dalam kamar mandi dan menutup pintu deegan sangat kencang, hingga membuat Arsen sedikit tersentak kaget.

"Dasar tua bangka! Suami kulkas!! Es salju!" jerit Acha saat berada di dalam kamar mandi.

"Saya dengar, Acha!" Arsen berteriak menanggapi jeritan gadis itu.

"Eh, dia malah denger lagi, aduh." Acha terdiam panik, dia pikir Arsen tidak mendengar teriakannya.

"Bodo amat! Siapa suruh jadi tua bangka!" Ucap Acha lagi, lalu segera membuka seluruh pakaiannya dan kemudian memasuki shower box untuk membersihkan tubuhnya.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status