Anna menatap penuh harap agar pria di depannya membantu, meskipun Anna juga tidak tahu apakah pria itu baik atau tidak.
“Kumohon, Tuan. Tolong aku.” Sekali lagi Anna memelas dengan ekspresi wajah ketakutan, apalagi pakaiannya juga berantakan.
“Kemari kamu, Jalang!” Pria hidung belang tadi hendak menggapai tangan Anna.
Namun, siapa sangka jika pria yang ada di lift tiba-tiba keluar lalu menarik tangan Anna. Memosisikan diri di antara Anna dan pria hidung belang tadi.
Pria tua itu terkejut. Dia menatap tak senang pada pria yang sudah mengganggunya.
“Hei, anak muda. Menyingkir dari sini dan serahkan dia. Dia itu milikku, kalau kamu mau wanita, sana cari di klub malam!” hardik pria itu.
Tatapan tajam pria yang diminta tolong Anna terasa begitu menusuk, bahkan pria tua mata keranjang tadi sampai menelan ludah susah payah.
“Pergi!” Bariton suara pria bernama Kaisar Raffasya Bramanty itu terdengar dalam dan tegas.
“Pergi? Kamu pikir aku ini bodoh! Jangan menakutiku dengan tatapanmu itu. Aku sudah membayarnya mahal, lalu mau kamu ambil untuk keuntunganmu? Cuih!” Pria tua itu meludah ke samping untuk menghina permintaan Kai.
Anna semakin panik. Mendengar apa yang dikatakan oleh pria tua itu, apakah pria di depannya sekarang ini akan menyerahkannya pada pria hidung belang itu? Apalagi Anna melihat Kai yang melirik ke arahnya, dia menelan ludah susah payah karena ketakutan.
Kai merogoh saku jas, lalu mengeluarkan sebuah kartu nama. Lalu dengan gaya angkuh berkata, “Nyawamu bisa kubeli jika ingin. Berapa kamu membayarnya, akan kuganti tiga kali lipat!”
Anna terkejut. Apa dia salah mengira? Apa maksud pria di depannya ingin membayarnya tiga kali lipat? Ataukah ini hanya gertakan untuk menakuti pria tua itu?
Pria hidung belang itu mengambil kartu nama dari Kai, lalu terkejut setengah mati ketika melihat nama lengkap pria di depannya ini.
“Kuhitung sampai tiga.” Kai memberi peringatan lagi.
Pria itu melirik pada Anna. Dia seperti tak mau mengambil resiko, sehingga berbalik pergi ke kamarnya.
Anna menghela napas lega melihat pria tua itu pergi, setidaknya dia bisa terlepas dari tua bangka bau tanah yang ingin memperkosanya.
Anna ingin berterima kasih, tapi sebelum dia membuka suara, pria di depannya membalikkan badan dengan cepat, lalu mencengkram lengannya dengan kuat.
Anna terkejut. Dia ingin memberontak, tapi ingat jika pria itu sudah menolongnya. Belum lagi pria ini menahan tangannya begitu kencang, membuat Anna tak berkutik saat diajak masuk lift.
“Kita mau ke mana?” tanya Anna.
Kai tidak menjawab, membuat Anna memperhatikan tombol yang Kai tekan. Kenapa Kai mengajaknya naik ke lantai atas? Dia menatap pria itu dengan ekspresi wajah panik, apa Kai ingin memanfaatkannya, bukankah pria itu tadi mengatakan jika akan membayarnya tiga kali lipat?
Anna masih merasakan genggaman Kai yang begitu erat. Pria itu bahkan tak melepas tangannya, sepanjang lift melaju naik ke lantai atas. Sampai akhirnya pintu lift terbuka, Kai kembali menarik tangan Anna agar berjalan mengikutinya ke salah satu presidential room di ruangan itu.
Perasaan Anna semakin bercampur aduk. Apa kini dia harus melayani pria yang menolongnya, setelah dia bebas dari pria tua yang membelinya. Anna benar-benar gemetar dan ketakutan.
Saat sampai di dalam kamar, Kai akhirnya melepas tangan Anna. Dia menatap pada Anna yang menundukkan kepala.
“Kamu ingin menjual dirimu?”
Suara tegas Kai membuat kedua bahu Anna bergidik karena terkejut. Dia tidak menjawab, hanya diam dengan terus menundukkan kepala. Dia menggeleng pelan.
Kai menatap datar pada Anna yang hanya diam.
“Kamu harus mengganti uang yang nantinya akan kukeluarkan untuk menebusmu dari pria tua itu.”
Anna memberanikan diri menatap pada Kai. Anna akui, setiap Kai bicara mampu membuat seluruh tubuhnya menegang, takut. Dia benar-benar belum pernah sekalipun bertemu dengan pria dingin seperti Kai, bahkan bosnya di tempat bekerja saja tidak seperti ini.
“Aku pasti akan mengganti uang Anda, tapi tidak bisa sekarang. Aku harap Anda bisa sabar menunggu sampai aku mengumpulkan semua uangnya,” ucap Anna mencoba tetap tenang meski seluruh tubuhnya gemetar.
Anna melihat Kai diam. Tatapan pria itu benar-benar membuat tubuhnya terasa beku. Apa Kai sama seperti pria tua tadi, menginginkan tubuhnya sebagai balasan?
“Menunggu? Apa kamu pikir bisa mengganti uang yang kukeluarkan?” tanya Kai masih menatap datar pada Anna.
Anna diam seraya menggigit bibir bawahnya. Tentu dia tak yakin, gajinya sebulan tidak seberapa, ditambah masih harus untuk mencukupi biaya sehari-hari.
“Aku akan berusaha,” balas Anna lirih.
“Kembalikan uangku dalam satu minggu.”
Bola mata Anna membulat. Seminggu? Apa pria ini ingin Anna merampok?
“Ak-aku tidak mungkin bisa mengembalikan uang Anda dalam seminggu,” ucap Anna panik dan bingung.
Anna berpikir, sepertinya Kai sama saja dengan pria tua tadi, memanfaatkan ketidakmampuannya untuk mendapatkan dirinya. Haruskah dia menyesal karena ditolong Kai?
“Sudah kuduga.”
Dua kata yang mampu membuat Anna semakin gemetar ketakutan.
Anna melihat Kai melangkah maju, membuatnya secara impulsif mundur, apalagi tatapan pria itu terus tertuju padanya tak teralihkan.
Anna benar-benar ketakutan ketika melihat Kai tiba-tiba melepas jas yang dipakai pria itu.
“Aku butuh istri.”
Anna menatap bingung. Saat itu, jas milik Kai tersemat di pundaknya. Pria itu memakaikan jas pada tubuh Anna?
“Kamu harus menjadi istri kontrakku selama dua tahun untuk mengganti semua uang yang kukeluarkan untuk pria itu, lalu setelahnya, kamu bebas.”
Anna sangat terkejut. Istri kontrak, kenapa Kai memintanya menjadi istri kontrak? “Kenapa Anda ingin aku menjadi istri kontrak?” tanya Anna memastikan. Mungkinkah Kai hanya ingin ada yang memuaskan di atas ranjang, tanpa ada ikatan cinta tapi tetap sah di pandangan orang lain? Bisa saja begitu, mengingat Kai sepertinya bukan orang biasa.Anna melihat Kai menatapnya datar, membuat Anna memegang jas yang tersemat di pundaknya semakin erat, takut jika pria itu tiba-tiba menerkamnya.“Apa kamu pikir punya hak bertanya? Satu lagi, jika kamu menolak, maka kukembalikan kamu pada pria tua itu.”Anna sangat panik. Dia harus bagaimana? Kalau Anna menolak permintaan Kai, maka dia harus melayani pria hidung belang tadi, lalu bagaimana dengan nasibnya setelah itu? Bagaimana juga pandangan Alvian–kekasih Anna, jika tahu dia sudah tidak perawan karena dijual ibu tirinya, tapi jika dia menjadi istri kontrak Kai, tetap saja dia mungkin tidak akan perawan lagi setelahnya. Apa yang harus Anna lakukan?
Anna benar-benar tak menyangka Kai masuk ke rumah itu. Dia terus menatap pada Kai, sampai pria itu menghampiri lalu berdiri di sampingnya.“Siapa kamu?” tanya Mila dengan tatapan curiga. Dia lalu memperhatikan jas yang dipakai Anna, mungkinkah jas itu milik pria yang baru saja datang ini.“Tunangan Anna.”Anna terkejut, tunggu! Dia belum pernah menyebutkan namanya, dari mana pria ini tahu namanya?“Apa? Tunangan?” Mila tertawa mencibir.“Wah, Anna. Apa kamu membayar orang ini untuk bersandiwara?” tanya Nindy mencibir.Anna diam menahan rasa kesal dan emosi yang bercokol di dada.“Mulai saat ini, Anna akan tinggal bersamaku. Jika kalian berani menyentuhnya apalagi menjualnya lagi, kupastikan kalian akan tinggal di pinggir jalan setelahnya!” ancam Kai dengan tatapan mengintimidasi.Mila dan Nindy sangat terkejut, apalagi tatapan mata Kai begitu menakutkan.Kai menoleh pada Anna, lalu berkata, “Ambil barang pentingmu, tinggalkan pakaian yang kamu miliki. Kamu tidak membutuhkannya di ruma
Anna memandang bangunan di hadapannya. Setelah sarapan, Kai mengajaknya ke KUA, jadi dia benar-benar akan berakhir menjadi istri Kai, meski itu hanya sebuah kontrak pernikahan.“Ayo!” ajak Kai dengan suara dingin.Anna menoleh pada Kai. Dia mengangguk lalu berjalan mengikuti Kai.Anna tidak memiliki saudara kandung, sehingga Kai membayar penghulu untuk menikahkan mereka agar sah secara hukum.Anna tidak banyak bertanya, hanya menjawab saat penghulu bertanya. Dia benar-benar sudah tak ada rasa apa pun, semuanya terasa sama saja baginya. Dia memang mendambakan sebuah cinta dan pernikahan, tapi bukan pernikahan dingin seperti ini.“Kamu sudah resmi menjadi istriku, jadi apa pun yang terjadi, kamu harus mengikuti semua ucapanku, sesuai dengan perjanjian yang kamu sepakati.” Kai menyodorkan surat nikah mereka pada Anna.Anna memandang surat nikah itu, lalu mengambilnya dari tangan Kai.“Iya,” balas Anna lesu.Anna memandangi surat nikah itu. Dia tidak pernah menyangka akan menikah sekilat
Keesokan harinya. Anna keluar dari kamar karena merasa lapar. Dia berjalan menuju dapur, ingin mencari sesuatu yang setidaknya bisa sedikit mengganjal perutnya.Namun, saat baru saja akan menginjakkan kaki di pintu dapur, Anna mendengar dua pelayan di dapur sedang membicarakan tentang dirinya.“Tidak tahu itu, Tuan. Kenapa membawa wanita seperti itu ke rumah? Ya, meski tidak jelek-jelek amat, tapi aku yakin dia itu wanita miskin.”“Betul, mana kayak sok polos begitu. Atau jangan-jangan dia merayu Tuan, makanya Tuan membawanya pulang. Kita tahulah, kalau Tuan itu sangat dingin ke semua orang, apalagi wanita. Ngapain juga tiba-tiba bawa wanita itu.”“Dih, amit-amit. Aku malas sekali jika diminta melayaninya.”Anna masih bergeming mendengarkan semua gunjingan itu. Anna menghela napas pelan, dia hanya ingin hidup tenang dan tidak mau membuat keributan di rumah itu sampai kontrak pernikahannya berakhir.Anna masuk dapur, saat itu dia melihat dua pelayan yang baru saja menggunjingnya langsu
Anna menelan ludah saat menunggu jawaban Kai. Kenapa begitu menakutkan saat melihat tatapan dari pria itu.“Keluar dari pekerjaanmu!” Setelah memberi perintah, Kai berjalan menuruni anak tangga.Anna terkejut. Apa maksudnya itu?“Tunggu! Kenapa aku harus keluar dari pekerjaanku?” tanya Anna memberanikan diri karena jika dia tidak bekerja, lalu bagaimana caranya dia mencukupi kebutuhan hidupnya.Anna melihat Kai hanya diam. Dia tetap mengejar sampai mereka tiba di ruang makan.Anna menatap Kai yang tak membalas sama sekali ucapannya. Memangnya dia tidak berhak bertanya.“Duduk!” perintah Kai.Anna menarik kursi agak jauh dari Kai, lalu duduk di sana.“Duduk di sini!” perintah Kai seraya menatap tajam pada Anna yang duduk jauh darinya.Anna berdiri lagi, lantas berjalan menuju kursi yang Kai maksud. Dia lantas menarik kursi kemudian duduk di sana.“Aku tidak bisa jika harus berhenti bekerja. Aku juga perlu bekerja untuk mencukupi kebutuhanku,” ujar Anna langsung menyampaikan keberatanny
"Bu, kenapa mengajakku ke sini?" Anna menatap panik saat Mila—ibu tiri Anna, memaksanya pergi ke salah satu kamar di sebuah hotel.Ayahnya baru meninggal satu Minggu yang lalu, tapi ibu tirinya tiba-tiba mengajak Anna ke hotel, tentu saja hal ini membuat Anna takut."Utang untuk biaya ayahmu waktu berobat sangat besar. Aku tidak sanggup bayar, jadi sebagai anak, kamu harus membayarnya."Tunggu, apa maksudnya membayar? Tapi kenapa di hotel?Annalise Lindsey berumur 29 tahun, sejak kecil dia tumbuh bersama mendiang ayahnya. Lima belas tahun lalu sang ayah menikah dengan janda anak satu setelah lama hidup hanya berdua dengan Anna, lalu tiga tahun lalu sang ayah mengidap kanker usus yang mengharuskan ayahnya menjalani pengobatan hingga menghabiskan banyak biaya, meski akhirnya tujuh hari lalu sang ayah meninggal."Tapi kenapa di sini?" Anna bingung."Sudah, tidak usah banyak bicara! Ada pria yang mau membayarmu, jadi lakukan saja tugasmu di dalam sana!”Anna benar-benar sangat tidak menya
Anna menelan ludah saat menunggu jawaban Kai. Kenapa begitu menakutkan saat melihat tatapan dari pria itu.“Keluar dari pekerjaanmu!” Setelah memberi perintah, Kai berjalan menuruni anak tangga.Anna terkejut. Apa maksudnya itu?“Tunggu! Kenapa aku harus keluar dari pekerjaanku?” tanya Anna memberanikan diri karena jika dia tidak bekerja, lalu bagaimana caranya dia mencukupi kebutuhan hidupnya.Anna melihat Kai hanya diam. Dia tetap mengejar sampai mereka tiba di ruang makan.Anna menatap Kai yang tak membalas sama sekali ucapannya. Memangnya dia tidak berhak bertanya.“Duduk!” perintah Kai.Anna menarik kursi agak jauh dari Kai, lalu duduk di sana.“Duduk di sini!” perintah Kai seraya menatap tajam pada Anna yang duduk jauh darinya.Anna berdiri lagi, lantas berjalan menuju kursi yang Kai maksud. Dia lantas menarik kursi kemudian duduk di sana.“Aku tidak bisa jika harus berhenti bekerja. Aku juga perlu bekerja untuk mencukupi kebutuhanku,” ujar Anna langsung menyampaikan keberatanny
Keesokan harinya. Anna keluar dari kamar karena merasa lapar. Dia berjalan menuju dapur, ingin mencari sesuatu yang setidaknya bisa sedikit mengganjal perutnya.Namun, saat baru saja akan menginjakkan kaki di pintu dapur, Anna mendengar dua pelayan di dapur sedang membicarakan tentang dirinya.“Tidak tahu itu, Tuan. Kenapa membawa wanita seperti itu ke rumah? Ya, meski tidak jelek-jelek amat, tapi aku yakin dia itu wanita miskin.”“Betul, mana kayak sok polos begitu. Atau jangan-jangan dia merayu Tuan, makanya Tuan membawanya pulang. Kita tahulah, kalau Tuan itu sangat dingin ke semua orang, apalagi wanita. Ngapain juga tiba-tiba bawa wanita itu.”“Dih, amit-amit. Aku malas sekali jika diminta melayaninya.”Anna masih bergeming mendengarkan semua gunjingan itu. Anna menghela napas pelan, dia hanya ingin hidup tenang dan tidak mau membuat keributan di rumah itu sampai kontrak pernikahannya berakhir.Anna masuk dapur, saat itu dia melihat dua pelayan yang baru saja menggunjingnya langsu
Anna memandang bangunan di hadapannya. Setelah sarapan, Kai mengajaknya ke KUA, jadi dia benar-benar akan berakhir menjadi istri Kai, meski itu hanya sebuah kontrak pernikahan.“Ayo!” ajak Kai dengan suara dingin.Anna menoleh pada Kai. Dia mengangguk lalu berjalan mengikuti Kai.Anna tidak memiliki saudara kandung, sehingga Kai membayar penghulu untuk menikahkan mereka agar sah secara hukum.Anna tidak banyak bertanya, hanya menjawab saat penghulu bertanya. Dia benar-benar sudah tak ada rasa apa pun, semuanya terasa sama saja baginya. Dia memang mendambakan sebuah cinta dan pernikahan, tapi bukan pernikahan dingin seperti ini.“Kamu sudah resmi menjadi istriku, jadi apa pun yang terjadi, kamu harus mengikuti semua ucapanku, sesuai dengan perjanjian yang kamu sepakati.” Kai menyodorkan surat nikah mereka pada Anna.Anna memandang surat nikah itu, lalu mengambilnya dari tangan Kai.“Iya,” balas Anna lesu.Anna memandangi surat nikah itu. Dia tidak pernah menyangka akan menikah sekilat
Anna benar-benar tak menyangka Kai masuk ke rumah itu. Dia terus menatap pada Kai, sampai pria itu menghampiri lalu berdiri di sampingnya.“Siapa kamu?” tanya Mila dengan tatapan curiga. Dia lalu memperhatikan jas yang dipakai Anna, mungkinkah jas itu milik pria yang baru saja datang ini.“Tunangan Anna.”Anna terkejut, tunggu! Dia belum pernah menyebutkan namanya, dari mana pria ini tahu namanya?“Apa? Tunangan?” Mila tertawa mencibir.“Wah, Anna. Apa kamu membayar orang ini untuk bersandiwara?” tanya Nindy mencibir.Anna diam menahan rasa kesal dan emosi yang bercokol di dada.“Mulai saat ini, Anna akan tinggal bersamaku. Jika kalian berani menyentuhnya apalagi menjualnya lagi, kupastikan kalian akan tinggal di pinggir jalan setelahnya!” ancam Kai dengan tatapan mengintimidasi.Mila dan Nindy sangat terkejut, apalagi tatapan mata Kai begitu menakutkan.Kai menoleh pada Anna, lalu berkata, “Ambil barang pentingmu, tinggalkan pakaian yang kamu miliki. Kamu tidak membutuhkannya di ruma
Anna sangat terkejut. Istri kontrak, kenapa Kai memintanya menjadi istri kontrak? “Kenapa Anda ingin aku menjadi istri kontrak?” tanya Anna memastikan. Mungkinkah Kai hanya ingin ada yang memuaskan di atas ranjang, tanpa ada ikatan cinta tapi tetap sah di pandangan orang lain? Bisa saja begitu, mengingat Kai sepertinya bukan orang biasa.Anna melihat Kai menatapnya datar, membuat Anna memegang jas yang tersemat di pundaknya semakin erat, takut jika pria itu tiba-tiba menerkamnya.“Apa kamu pikir punya hak bertanya? Satu lagi, jika kamu menolak, maka kukembalikan kamu pada pria tua itu.”Anna sangat panik. Dia harus bagaimana? Kalau Anna menolak permintaan Kai, maka dia harus melayani pria hidung belang tadi, lalu bagaimana dengan nasibnya setelah itu? Bagaimana juga pandangan Alvian–kekasih Anna, jika tahu dia sudah tidak perawan karena dijual ibu tirinya, tapi jika dia menjadi istri kontrak Kai, tetap saja dia mungkin tidak akan perawan lagi setelahnya. Apa yang harus Anna lakukan?
Anna menatap penuh harap agar pria di depannya membantu, meskipun Anna juga tidak tahu apakah pria itu baik atau tidak.“Kumohon, Tuan. Tolong aku.” Sekali lagi Anna memelas dengan ekspresi wajah ketakutan, apalagi pakaiannya juga berantakan.“Kemari kamu, Jalang!” Pria hidung belang tadi hendak menggapai tangan Anna.Namun, siapa sangka jika pria yang ada di lift tiba-tiba keluar lalu menarik tangan Anna. Memosisikan diri di antara Anna dan pria hidung belang tadi.Pria tua itu terkejut. Dia menatap tak senang pada pria yang sudah mengganggunya.“Hei, anak muda. Menyingkir dari sini dan serahkan dia. Dia itu milikku, kalau kamu mau wanita, sana cari di klub malam!” hardik pria itu.Tatapan tajam pria yang diminta tolong Anna terasa begitu menusuk, bahkan pria tua mata keranjang tadi sampai menelan ludah susah payah.“Pergi!” Bariton suara pria bernama Kaisar Raffasya Bramanty itu terdengar dalam dan tegas.“Pergi? Kamu pikir aku ini bodoh! Jangan menakutiku dengan tatapanmu itu. Aku
"Bu, kenapa mengajakku ke sini?" Anna menatap panik saat Mila—ibu tiri Anna, memaksanya pergi ke salah satu kamar di sebuah hotel.Ayahnya baru meninggal satu Minggu yang lalu, tapi ibu tirinya tiba-tiba mengajak Anna ke hotel, tentu saja hal ini membuat Anna takut."Utang untuk biaya ayahmu waktu berobat sangat besar. Aku tidak sanggup bayar, jadi sebagai anak, kamu harus membayarnya."Tunggu, apa maksudnya membayar? Tapi kenapa di hotel?Annalise Lindsey berumur 29 tahun, sejak kecil dia tumbuh bersama mendiang ayahnya. Lima belas tahun lalu sang ayah menikah dengan janda anak satu setelah lama hidup hanya berdua dengan Anna, lalu tiga tahun lalu sang ayah mengidap kanker usus yang mengharuskan ayahnya menjalani pengobatan hingga menghabiskan banyak biaya, meski akhirnya tujuh hari lalu sang ayah meninggal."Tapi kenapa di sini?" Anna bingung."Sudah, tidak usah banyak bicara! Ada pria yang mau membayarmu, jadi lakukan saja tugasmu di dalam sana!”Anna benar-benar sangat tidak menya