Anna memandang bangunan di hadapannya. Setelah sarapan, Kai mengajaknya ke KUA, jadi dia benar-benar akan berakhir menjadi istri Kai, meski itu hanya sebuah kontrak pernikahan.
“Ayo!” ajak Kai dengan suara dingin.
Anna menoleh pada Kai. Dia mengangguk lalu berjalan mengikuti Kai.
Anna tidak memiliki saudara kandung, sehingga Kai membayar penghulu untuk menikahkan mereka agar sah secara hukum.
Anna tidak banyak bertanya, hanya menjawab saat penghulu bertanya. Dia benar-benar sudah tak ada rasa apa pun, semuanya terasa sama saja baginya. Dia memang mendambakan sebuah cinta dan pernikahan, tapi bukan pernikahan dingin seperti ini.
“Kamu sudah resmi menjadi istriku, jadi apa pun yang terjadi, kamu harus mengikuti semua ucapanku, sesuai dengan perjanjian yang kamu sepakati.” Kai menyodorkan surat nikah mereka pada Anna.
Anna memandang surat nikah itu, lalu mengambilnya dari tangan Kai.
“Iya,” balas Anna lesu.
Anna memandangi surat nikah itu. Dia tidak pernah menyangka akan menikah sekilat ini dengan pria asing.
“Sopir akan mengantarmu pulang,” ucap Kai.
“Itu, aku mau membeli baju dulu, apa boleh?” tanya Anna meski tidak yakin uangnya cukup untuk membeli beberapa pakaian. Dia tidak punya tabungan dan hanya memiliki beberapa ratus ribu saja.
“Pulang, akan ada orang yang mengirim pakaian di rumah. Selama jadi istriku, jangan pernah pergi tanpa izinku!” perintah Kai dengan nada suara dingin. Tanpa menunggu balasan Anna, pria itu masuk ke mobil yang sudah menunggunya. Ada dua mobil di sana, salah satunya untuk mengantar Anna pulang.
Anna terkejut. Dia tidak bisa menelaah maksud ucapan Kai.
Namun, sebelum mobil Kai melaju, kaca jendela mobil pria itu turun, lalu Kai mengulurkan tangan.
“Berikan ponselmu!” perintah Kai tanpa menatap pada Anna.
Anna mengeluarkan ponsel dari tas, lalu memberikan pada Kai.
Kai mengetik sesuatu di ponsel Anna, lalu memberikan kembali benda pipih itu pada wanita yang sudah sah menjadi istrinya itu.
“Itu nomorku.” Setelah mengatakan itu, Kai kembali menurunkan kaca jendela, lalu mobil itu melaju meninggalkan tempat itu.
Anna bergeming. Dia memandang nomor Kai di log panggilan keluar. Pria itu menginginkan nomornya?
“Nona, ayo pulang!” ajak sopir yang akan mengantar Anna.
Anna mengangguk lalu masuk mobil.
“Apa kita bisa mampir ke suatu tempat dulu?” tanya Anna saat sopir sudah melajukan mobil meninggalkan KUA.
“Maaf, Nona. Saya tidak berani mengantar Anda ke tempat selain rumah tanpa izin Tuan,” jawab sopir seraya melirik Anna lewat kaca spion tengah.
Anna terlihat sedih. Dia memandang ponselnya. Semalam Anna mencoba menghubungi dan mengirim pesan pada Alvian, tapi kekasihnya itu belum membaca pesannya.
‘Kamu ke mana, Al? Aku benar-benar membutuhkanmu,’ batin Anna dengan tatapan sendu.
Mobil yang Anna tumpangi akhirnya sampai di rumah. Anna turun dari mobil setelah mengucap terima kasih, lantas berjalan masuk rumah. Dia terkejut di sana sudah ada beberapa wanita berseragam yang menyambutnya ramah.
“Kami di sini atas perintah Tuan Kai mengantar semua pakaian ini. Apa ada yang kurang?” tanya salah satu wanita berseragam sebuah toko itu.
Anna gelagapan bingung. Dia memandangi semua pakaian yang tergantung di sana, pakaian mewah dan elegan. Anna mengecek pakaian itu, ukurannya semua sesuai dengan ukuran tubuhnya. Dari mana Kai tahu?
“Selain pakaian yang ada di sini, apa ada yang Anda butuhkan lagi?” tanya pelayan itu.
Anna menoleh, lalu bertanya, “Apa tidak ada kaus dan celana saja? Aku lebih nyaman memakai pakaian itu.”
Pelayan itu bingung, lalu menoleh ke teman-temannya.
“Begini, ini pesanan Tuan Kai, jadi kami tidak bisa menukarnya. Tapi jika Anda menginginkan pakaian lain, kami akan melapor dulu pada Tuan Kai.”
Anna menghela napas kasar, pasrah.
Satu pelayan lain menghampiri Anna, lalu membuka kotak kecil berbahan beludru.
“Ini cincin pernikahan Anda.”
Anna terkejut lagi, Kai bahkan menyiapkan cincin pernikahan? Apa sebenarnya yang diinginkan dan dilakukan pria itu?
Anna tidak membantah. Dia memilih membiarkan saja apa yang hendak dilakukan Kai, dia juga memakai cincin yang disiapkan pria itu.
Saat akan kembali ke kamar, Anna melihat bingkai foto kecil terpajang di meja yang terdapat di ruang tamu, tapi Anna memilih mengabaikan, dia segera pergi ke kamarnya.
Semua pakaian, tas, sepatu, juga perhiasan yang ada di ruang tamu, kini sudah dipindah ke kamar Anna.
Anna diam memandangi semua barang itu, kenapa dia merasa seperti sedang menjual diri? Mendapatkan semua barang mewah itu tapi dia sendiri bak burung dalam sangkar, yang mungkin bisa dipermainkan begitu saja oleh pria yang kini menawannya.
Seharian Anna hanya berada di kamar. Bahkan dia melewatkan makan siang karena merasa canggung dan aneh tinggal di rumah itu. Lagi pula, tugasnya sekarang hanya melayani Kai, jadi selama pria itu belum pulang, maka tidak ada yang bisa dilakukannya.
Anna diam melamun dengan rasa bosan yang melanda. Jika biasanya dari pagi sampai siang dia akan terus bekerja di kafe lalu menjaga minimarket sampai malam, sekarang dia hanya duduk diam tanpa tahu harus melakukan apa.
Hingga saat Anna masih merenung, tiba-tiba pemikiran muncul di kepala.
“Dia sepertinya hanya menganggapku sebagai pelayan, nyatanya kamar kami terpisah padahal dia sah menikahiku. Tapi kenapa? Jika aku ini pelayan, kenapa dia harus memberiku status istri kontrak? Atau dia sebenarnya menyesal menawariku kontrak pernikahan? Apa dia jijik padaku?”
Pemikiran negatif muncul di kepala karena sikap Kai yang membingungkan. Dia hanya takut jika dijadikan pelampiasan saja, bagaimana jika ternyata Kai sudah memiliki kekasih atau mungkin beristri? Anna menggeleng cepat, dia benar-benar bingung kalau benar jadi seorang perebut laki orang.
**
Anna masih terus berada di kamar. Dia sampai tertidur di sofa karena Kai belum juga pulang meski malam sudah menjelang.
Anna bangun karena terkejut mendengar suara ponselnya. Dia mengambil ponsel dari atas meja, lalu melihat ada pesan masuk dari Kai.
[Malam ini aku tidak pulang.]
Anna mengerutkan alis. Dia semakin penasaran dengan sosok Kai.
“Apa tebakanku benar? Apa dia sudah punya istri dan sekarang pulang ke istri sahnya?”
Tiba-tiba rasa bersalah merayap di dada, apa dia jadi orang ketiga dan mungkin akan menghancurkan rumah tangga wanita lain?
Namun, jika memang Kai sudah menikah, kenapa Kai malah membuat perjanjian dengannya? Anna pusing, dia benar-benar tidak tahu kenapa Kai melakukan semua ini?
Anna mengetik pesan untuk dikirimkan pada Kai, tapi dia kembali menghapusnya.
“Untuk apa aku bertanya?”
Anna menggigit bibir bawahnya. Dia bingung jika tebakannya benar.
Hingga Anna mengingat foto yang dilihatnya di ruang keluarga. Anna tiba-tiba keluar dari kamar, lalu menuruni anak tangga menuju ruang keluarga. Saat sampai di sana, Anna memastikan kalau dia tidak salah melihat.
Anna melihat foto Kai bersama seorang wanita yang begitu anggun dan cantik. Wanita itu memeluk Kai, sedangkan pria itu merangkul pundak wanita itu.
“Jadi, apa wanita ini kekasih atau istrinya? Lalu, kenapa aku masih dijadikan istri? Dia berkata butuh istri, kan? Atau mungkin dia memang memiliki maksud lain dengan mengambil kesempatan dariku yang terdesak?”
Tiba-tiba saja rasa sakit menusuk dada. Anna tidak mengerti, kenapa dia tiba-tiba saja kecewa, apalagi jika benar dia sebenarnya hanya istri simpanan.
Keesokan harinya. Anna keluar dari kamar karena merasa lapar. Dia berjalan menuju dapur, ingin mencari sesuatu yang setidaknya bisa sedikit mengganjal perutnya.Namun, saat baru saja akan menginjakkan kaki di pintu dapur, Anna mendengar dua pelayan di dapur sedang membicarakan tentang dirinya.“Tidak tahu itu, Tuan. Kenapa membawa wanita seperti itu ke rumah? Ya, meski tidak jelek-jelek amat, tapi aku yakin dia itu wanita miskin.”“Betul, mana kayak sok polos begitu. Atau jangan-jangan dia merayu Tuan, makanya Tuan membawanya pulang. Kita tahulah, kalau Tuan itu sangat dingin ke semua orang, apalagi wanita. Ngapain juga tiba-tiba bawa wanita itu.”“Dih, amit-amit. Aku malas sekali jika diminta melayaninya.”Anna masih bergeming mendengarkan semua gunjingan itu. Anna menghela napas pelan, dia hanya ingin hidup tenang dan tidak mau membuat keributan di rumah itu sampai kontrak pernikahannya berakhir.Anna masuk dapur, saat itu dia melihat dua pelayan yang baru saja menggunjingnya langsu
Anna menelan ludah saat menunggu jawaban Kai. Kenapa begitu menakutkan saat melihat tatapan dari pria itu.“Keluar dari pekerjaanmu!” Setelah memberi perintah, Kai berjalan menuruni anak tangga.Anna terkejut. Apa maksudnya itu?“Tunggu! Kenapa aku harus keluar dari pekerjaanku?” tanya Anna memberanikan diri karena jika dia tidak bekerja, lalu bagaimana caranya dia mencukupi kebutuhan hidupnya.Anna melihat Kai hanya diam. Dia tetap mengejar sampai mereka tiba di ruang makan.Anna menatap Kai yang tak membalas sama sekali ucapannya. Memangnya dia tidak berhak bertanya.“Duduk!” perintah Kai.Anna menarik kursi agak jauh dari Kai, lalu duduk di sana.“Duduk di sini!” perintah Kai seraya menatap tajam pada Anna yang duduk jauh darinya.Anna berdiri lagi, lantas berjalan menuju kursi yang Kai maksud. Dia lantas menarik kursi kemudian duduk di sana.“Aku tidak bisa jika harus berhenti bekerja. Aku juga perlu bekerja untuk mencukupi kebutuhanku,” ujar Anna langsung menyampaikan keberatanny
"Bu, kenapa mengajakku ke sini?" Anna menatap panik saat Mila—ibu tiri Anna, memaksanya pergi ke salah satu kamar di sebuah hotel.Ayahnya baru meninggal satu Minggu yang lalu, tapi ibu tirinya tiba-tiba mengajak Anna ke hotel, tentu saja hal ini membuat Anna takut."Utang untuk biaya ayahmu waktu berobat sangat besar. Aku tidak sanggup bayar, jadi sebagai anak, kamu harus membayarnya."Tunggu, apa maksudnya membayar? Tapi kenapa di hotel?Annalise Lindsey berumur 29 tahun, sejak kecil dia tumbuh bersama mendiang ayahnya. Lima belas tahun lalu sang ayah menikah dengan janda anak satu setelah lama hidup hanya berdua dengan Anna, lalu tiga tahun lalu sang ayah mengidap kanker usus yang mengharuskan ayahnya menjalani pengobatan hingga menghabiskan banyak biaya, meski akhirnya tujuh hari lalu sang ayah meninggal."Tapi kenapa di sini?" Anna bingung."Sudah, tidak usah banyak bicara! Ada pria yang mau membayarmu, jadi lakukan saja tugasmu di dalam sana!”Anna benar-benar sangat tidak menya
Anna menatap penuh harap agar pria di depannya membantu, meskipun Anna juga tidak tahu apakah pria itu baik atau tidak.“Kumohon, Tuan. Tolong aku.” Sekali lagi Anna memelas dengan ekspresi wajah ketakutan, apalagi pakaiannya juga berantakan.“Kemari kamu, Jalang!” Pria hidung belang tadi hendak menggapai tangan Anna.Namun, siapa sangka jika pria yang ada di lift tiba-tiba keluar lalu menarik tangan Anna. Memosisikan diri di antara Anna dan pria hidung belang tadi.Pria tua itu terkejut. Dia menatap tak senang pada pria yang sudah mengganggunya.“Hei, anak muda. Menyingkir dari sini dan serahkan dia. Dia itu milikku, kalau kamu mau wanita, sana cari di klub malam!” hardik pria itu.Tatapan tajam pria yang diminta tolong Anna terasa begitu menusuk, bahkan pria tua mata keranjang tadi sampai menelan ludah susah payah.“Pergi!” Bariton suara pria bernama Kaisar Raffasya Bramanty itu terdengar dalam dan tegas.“Pergi? Kamu pikir aku ini bodoh! Jangan menakutiku dengan tatapanmu itu. Aku
Anna sangat terkejut. Istri kontrak, kenapa Kai memintanya menjadi istri kontrak? “Kenapa Anda ingin aku menjadi istri kontrak?” tanya Anna memastikan. Mungkinkah Kai hanya ingin ada yang memuaskan di atas ranjang, tanpa ada ikatan cinta tapi tetap sah di pandangan orang lain? Bisa saja begitu, mengingat Kai sepertinya bukan orang biasa.Anna melihat Kai menatapnya datar, membuat Anna memegang jas yang tersemat di pundaknya semakin erat, takut jika pria itu tiba-tiba menerkamnya.“Apa kamu pikir punya hak bertanya? Satu lagi, jika kamu menolak, maka kukembalikan kamu pada pria tua itu.”Anna sangat panik. Dia harus bagaimana? Kalau Anna menolak permintaan Kai, maka dia harus melayani pria hidung belang tadi, lalu bagaimana dengan nasibnya setelah itu? Bagaimana juga pandangan Alvian–kekasih Anna, jika tahu dia sudah tidak perawan karena dijual ibu tirinya, tapi jika dia menjadi istri kontrak Kai, tetap saja dia mungkin tidak akan perawan lagi setelahnya. Apa yang harus Anna lakukan?
Anna benar-benar tak menyangka Kai masuk ke rumah itu. Dia terus menatap pada Kai, sampai pria itu menghampiri lalu berdiri di sampingnya.“Siapa kamu?” tanya Mila dengan tatapan curiga. Dia lalu memperhatikan jas yang dipakai Anna, mungkinkah jas itu milik pria yang baru saja datang ini.“Tunangan Anna.”Anna terkejut, tunggu! Dia belum pernah menyebutkan namanya, dari mana pria ini tahu namanya?“Apa? Tunangan?” Mila tertawa mencibir.“Wah, Anna. Apa kamu membayar orang ini untuk bersandiwara?” tanya Nindy mencibir.Anna diam menahan rasa kesal dan emosi yang bercokol di dada.“Mulai saat ini, Anna akan tinggal bersamaku. Jika kalian berani menyentuhnya apalagi menjualnya lagi, kupastikan kalian akan tinggal di pinggir jalan setelahnya!” ancam Kai dengan tatapan mengintimidasi.Mila dan Nindy sangat terkejut, apalagi tatapan mata Kai begitu menakutkan.Kai menoleh pada Anna, lalu berkata, “Ambil barang pentingmu, tinggalkan pakaian yang kamu miliki. Kamu tidak membutuhkannya di ruma
Anna menelan ludah saat menunggu jawaban Kai. Kenapa begitu menakutkan saat melihat tatapan dari pria itu.“Keluar dari pekerjaanmu!” Setelah memberi perintah, Kai berjalan menuruni anak tangga.Anna terkejut. Apa maksudnya itu?“Tunggu! Kenapa aku harus keluar dari pekerjaanku?” tanya Anna memberanikan diri karena jika dia tidak bekerja, lalu bagaimana caranya dia mencukupi kebutuhan hidupnya.Anna melihat Kai hanya diam. Dia tetap mengejar sampai mereka tiba di ruang makan.Anna menatap Kai yang tak membalas sama sekali ucapannya. Memangnya dia tidak berhak bertanya.“Duduk!” perintah Kai.Anna menarik kursi agak jauh dari Kai, lalu duduk di sana.“Duduk di sini!” perintah Kai seraya menatap tajam pada Anna yang duduk jauh darinya.Anna berdiri lagi, lantas berjalan menuju kursi yang Kai maksud. Dia lantas menarik kursi kemudian duduk di sana.“Aku tidak bisa jika harus berhenti bekerja. Aku juga perlu bekerja untuk mencukupi kebutuhanku,” ujar Anna langsung menyampaikan keberatanny
Keesokan harinya. Anna keluar dari kamar karena merasa lapar. Dia berjalan menuju dapur, ingin mencari sesuatu yang setidaknya bisa sedikit mengganjal perutnya.Namun, saat baru saja akan menginjakkan kaki di pintu dapur, Anna mendengar dua pelayan di dapur sedang membicarakan tentang dirinya.“Tidak tahu itu, Tuan. Kenapa membawa wanita seperti itu ke rumah? Ya, meski tidak jelek-jelek amat, tapi aku yakin dia itu wanita miskin.”“Betul, mana kayak sok polos begitu. Atau jangan-jangan dia merayu Tuan, makanya Tuan membawanya pulang. Kita tahulah, kalau Tuan itu sangat dingin ke semua orang, apalagi wanita. Ngapain juga tiba-tiba bawa wanita itu.”“Dih, amit-amit. Aku malas sekali jika diminta melayaninya.”Anna masih bergeming mendengarkan semua gunjingan itu. Anna menghela napas pelan, dia hanya ingin hidup tenang dan tidak mau membuat keributan di rumah itu sampai kontrak pernikahannya berakhir.Anna masuk dapur, saat itu dia melihat dua pelayan yang baru saja menggunjingnya langsu
Anna memandang bangunan di hadapannya. Setelah sarapan, Kai mengajaknya ke KUA, jadi dia benar-benar akan berakhir menjadi istri Kai, meski itu hanya sebuah kontrak pernikahan.“Ayo!” ajak Kai dengan suara dingin.Anna menoleh pada Kai. Dia mengangguk lalu berjalan mengikuti Kai.Anna tidak memiliki saudara kandung, sehingga Kai membayar penghulu untuk menikahkan mereka agar sah secara hukum.Anna tidak banyak bertanya, hanya menjawab saat penghulu bertanya. Dia benar-benar sudah tak ada rasa apa pun, semuanya terasa sama saja baginya. Dia memang mendambakan sebuah cinta dan pernikahan, tapi bukan pernikahan dingin seperti ini.“Kamu sudah resmi menjadi istriku, jadi apa pun yang terjadi, kamu harus mengikuti semua ucapanku, sesuai dengan perjanjian yang kamu sepakati.” Kai menyodorkan surat nikah mereka pada Anna.Anna memandang surat nikah itu, lalu mengambilnya dari tangan Kai.“Iya,” balas Anna lesu.Anna memandangi surat nikah itu. Dia tidak pernah menyangka akan menikah sekilat
Anna benar-benar tak menyangka Kai masuk ke rumah itu. Dia terus menatap pada Kai, sampai pria itu menghampiri lalu berdiri di sampingnya.“Siapa kamu?” tanya Mila dengan tatapan curiga. Dia lalu memperhatikan jas yang dipakai Anna, mungkinkah jas itu milik pria yang baru saja datang ini.“Tunangan Anna.”Anna terkejut, tunggu! Dia belum pernah menyebutkan namanya, dari mana pria ini tahu namanya?“Apa? Tunangan?” Mila tertawa mencibir.“Wah, Anna. Apa kamu membayar orang ini untuk bersandiwara?” tanya Nindy mencibir.Anna diam menahan rasa kesal dan emosi yang bercokol di dada.“Mulai saat ini, Anna akan tinggal bersamaku. Jika kalian berani menyentuhnya apalagi menjualnya lagi, kupastikan kalian akan tinggal di pinggir jalan setelahnya!” ancam Kai dengan tatapan mengintimidasi.Mila dan Nindy sangat terkejut, apalagi tatapan mata Kai begitu menakutkan.Kai menoleh pada Anna, lalu berkata, “Ambil barang pentingmu, tinggalkan pakaian yang kamu miliki. Kamu tidak membutuhkannya di ruma
Anna sangat terkejut. Istri kontrak, kenapa Kai memintanya menjadi istri kontrak? “Kenapa Anda ingin aku menjadi istri kontrak?” tanya Anna memastikan. Mungkinkah Kai hanya ingin ada yang memuaskan di atas ranjang, tanpa ada ikatan cinta tapi tetap sah di pandangan orang lain? Bisa saja begitu, mengingat Kai sepertinya bukan orang biasa.Anna melihat Kai menatapnya datar, membuat Anna memegang jas yang tersemat di pundaknya semakin erat, takut jika pria itu tiba-tiba menerkamnya.“Apa kamu pikir punya hak bertanya? Satu lagi, jika kamu menolak, maka kukembalikan kamu pada pria tua itu.”Anna sangat panik. Dia harus bagaimana? Kalau Anna menolak permintaan Kai, maka dia harus melayani pria hidung belang tadi, lalu bagaimana dengan nasibnya setelah itu? Bagaimana juga pandangan Alvian–kekasih Anna, jika tahu dia sudah tidak perawan karena dijual ibu tirinya, tapi jika dia menjadi istri kontrak Kai, tetap saja dia mungkin tidak akan perawan lagi setelahnya. Apa yang harus Anna lakukan?
Anna menatap penuh harap agar pria di depannya membantu, meskipun Anna juga tidak tahu apakah pria itu baik atau tidak.“Kumohon, Tuan. Tolong aku.” Sekali lagi Anna memelas dengan ekspresi wajah ketakutan, apalagi pakaiannya juga berantakan.“Kemari kamu, Jalang!” Pria hidung belang tadi hendak menggapai tangan Anna.Namun, siapa sangka jika pria yang ada di lift tiba-tiba keluar lalu menarik tangan Anna. Memosisikan diri di antara Anna dan pria hidung belang tadi.Pria tua itu terkejut. Dia menatap tak senang pada pria yang sudah mengganggunya.“Hei, anak muda. Menyingkir dari sini dan serahkan dia. Dia itu milikku, kalau kamu mau wanita, sana cari di klub malam!” hardik pria itu.Tatapan tajam pria yang diminta tolong Anna terasa begitu menusuk, bahkan pria tua mata keranjang tadi sampai menelan ludah susah payah.“Pergi!” Bariton suara pria bernama Kaisar Raffasya Bramanty itu terdengar dalam dan tegas.“Pergi? Kamu pikir aku ini bodoh! Jangan menakutiku dengan tatapanmu itu. Aku
"Bu, kenapa mengajakku ke sini?" Anna menatap panik saat Mila—ibu tiri Anna, memaksanya pergi ke salah satu kamar di sebuah hotel.Ayahnya baru meninggal satu Minggu yang lalu, tapi ibu tirinya tiba-tiba mengajak Anna ke hotel, tentu saja hal ini membuat Anna takut."Utang untuk biaya ayahmu waktu berobat sangat besar. Aku tidak sanggup bayar, jadi sebagai anak, kamu harus membayarnya."Tunggu, apa maksudnya membayar? Tapi kenapa di hotel?Annalise Lindsey berumur 29 tahun, sejak kecil dia tumbuh bersama mendiang ayahnya. Lima belas tahun lalu sang ayah menikah dengan janda anak satu setelah lama hidup hanya berdua dengan Anna, lalu tiga tahun lalu sang ayah mengidap kanker usus yang mengharuskan ayahnya menjalani pengobatan hingga menghabiskan banyak biaya, meski akhirnya tujuh hari lalu sang ayah meninggal."Tapi kenapa di sini?" Anna bingung."Sudah, tidak usah banyak bicara! Ada pria yang mau membayarmu, jadi lakukan saja tugasmu di dalam sana!”Anna benar-benar sangat tidak menya