Kai menatap dingin pada Alvian. Dia tahu siapa Alvian, karena itu Kai melakukan sidak dadakan. Apalagi pagi tadi Alvian sempat mengamuknya, kini Kai akan menunjukkan siapa dirinya.“Apa kamu digaji hanya untuk bersantai?” Kai masih menatap tajam pada Alvian.Staff lain semuanya menunduk. Mereka tidak ada yang berani menatap pada Kai.“Ma-maaf, saya tidak bermaksud seperti itu, Pak.” Alvian menjawab seraya terus menunduk.“Apa aku harus memecatmu karena kamu tidak bertanggung jawab?”Alvian sangat terkejut. Dia langsung menatap Kai lalu berlutut.“Jangan, Pak. Saya berjanji akan bertanggung jawab dan tidak mengulang kesalahan saya.” Alvian bersimpuh di lantai sambil menundukkan kepala.Kai menatap dingin. Dia tidak bisa gegabah menghukum Alvian.“Baiklah. Kali ini aku maafkan kesalahanmu, tapi jika kamu mengulanginya, maka kamu akan menerima konsekuensinya!” Kai bicara dengan nada begitu tegas.Alvian menatap Kai dengan senyum semringah. Dia kembali membungkuk dan berterima kasih.Kai
Kai ada di ruang kerjanya setelah siang tadi melakukan sidak. Ketika dia sedang fokus dengan berkas di meja, Kai mendengar suara ketukan pintu.“Masuk!” Kai mempersilakan.Pintu ruangan itu terbuka. Tian masuk membawa setumpuk berkas lagi.“Berkasnya sudah saya pilah, Anda tidak cek ulang sebelum menandatanganinya,” ucap Tian sambil meletakkan berkas di meja.Kai hanya memandang berkas-berkas itu, lalu kembali fokus pada berkas yang sedang dibacanya.“Nanti malam Anda ada acara pesta perayaan peluncuran produk parfum baru milik Tuan Anser. Saya hanya mengingatkan saja,” kata Tian.Kai diam sejenak. Dia hampir melupakan undangan dari rekan bisnisnya itu.“Aku akan datang,” balas Kai.Tian mengangguk. Dia pamit keluar dari ruangan Kai.Kai mengambil ponsel yang ada di meja. Dia membaca pesan terakhirnya yang dikirimkan pada Anna. Wanita itu hanya membalas singkat.Kai mengetik pesan lagi, kemudian mengirimkan ke Anna, lalu kembali bekerja.Di rumah. Anna seharian berada di kamar dengan r
Kai menatap Rachel, putri dari rekan bisnisnya yang juga teman kuliahnya dulu. Dia hanya menanggapi sapaan Rachel dengan senyum tipis.“Sepertinya kamu sangat sibuk setelah ikut terjun di dunia bisnis?” tanya Anser saat melihat Kai seperti tak berminat menanggapi sapaan Rachel.Rachel menoleh pada Anser. Dia tersenyum kecil, lalu membalas, “Ya, begitulah. Demi satu tujuan.”Rachel menyesap wine di gelas yang dipegangnya, tapi lirikan matanya tertuju pada Kai.“Tujuan kita kesuksesan dan uang. Ayo, bersulang untuk kemajuan kita di masa depan.” Anser mengangkat gelasnya ke depan.Rachel juga mengangkat gelasnya. Kai tidak mungkin menolak, sehingga dia ikut bersulang bersama dua orang itu.Acara pesta itu berjalan dengan lancar. Anser dan Kai bekerjasama memasarkan produk milik perusahaan Anser, sehingga mereka bisa saling mendapat keuntungan.“Kepalaku agak pusing, apa aku bisa menumpang mobilmu?” tanya Rachel seraya memegangi kepala.“Kamu tidak bawa mobil?” tanya balik Kai dengan suar
Anna menatap takut pada Kai yang seperti ingin menerkamnya. Apakah dia harus pasrah jika pria itu mengambil miliknya malam ini?“Anna.”Anna mencium aroma alkohol begitu kuat dari napas Kai. Dia semakin menelan ludah.“Ya-ya, Tuan.” Anna tergagap, tetap menanggapi meski tahu itu tak ada guna.“Kamu masih seperti dulu, hanya saja ….” Anna melihat Kai berhenti bicara, pria itu juga mendekatkan wajah ke arahnya. Anna memejamkan mata karena panik, tapi dia terkejut saat Kai jatuh di atas tubuhnya.Anna segera membuka mata ketika tertimpa tubuh Kai yang sangat berat. Pria itu tak sadarkan diri.“Kenapa Anda harus pingsan di sini?” Anna menggerutu. Dia mencoba menyingkirkan tubuh Kai dari atasnya.Sekuat tenaga Anna menyingkirkan Kai, sampai akhirnya pria itu berhasil digeser dan kini berbaring di ranjang Anna.Anna buru-buru bangun. Dia sudah panas dingin karena ketakutan jika dirudapaksa pria itu, padahal dia istri sah Kai.“Tunggu, apa maksudnya aku masih seperti dulu? Apa dia mengenalku
Kai melihat Anna yang membungkukkan badan beberapa kali, sebelum istrinya itu pergi dari kamar.“Tidak sopan sekali dia, kenapa masuk kamar tanpa izin dan ketuk pintu dulu?”Kai langsung menatap pada wanita yang masih ada di pelukannya. Dia seketika melepas, lalu segera bangun dan duduk sambil memegangi kepalanya yang pusing.Wanita itu terkejut Kai mendorongnya begitu saja. Dia hampir terjungkal jatuh ke lantai, sehingga membuatnya memasang wajah kesal.“Bisa-bisanya kamu mendorongku!” amuk wanita bernama Queen itu.Kai menoleh pada Queen–adik kandung Kai.“Kenapa kamu di sini?” tanya Kai seraya memegangi kepala.“Disuruh Mami antar barangmu yang ketinggalan, dibeliin susah-susah dari luar negeri, malah tidak dibawa,” gerutu Queen.Kai menatap datar. Dia menggaruk kepala, lalu memandang sekitar. Kai baru sadar jika berada di kamar Anna.“Kenapa aku di sini?” “Mana aku tahu. Aku datang juga kamu sudah di sini, tuh tadi pelayan barumu yang kasih tahu,” ujar Queen agak sewot karena san
“Tunggu!” Kai mencegah.Queen keheranan, kenapa Kai menghalanginya.“Kenapa? Kamu bilang dia istrimu, bukankah seharusnya kami saling berkenalan?” tanya Queen keheranan.Kai menghela napas pelan, lalu berkata, “Sebenarnya kami masih menikah kontrak.”Queen melongo dengan mulut menganga.“Bagaimana bisa kamu berpikiran seperti itu?” tanya Queen keheranan. “Anna tidak pernah menyukaiku. Dia menerima pernikahan ini karena terpaksa. Aku hanya mau melihat dulu, sampai mana dia bisa bertahan menjadi istriku,” ujar Kai.Queen mengerutkan dahi. Dia benar-benar tidak paham dengan maksud ucapan Kai.“Hm … dia tidak menyukaimu, ya? Bagaimana kalau di tes?” Queen menaik-turunkan kedua alisnya setelah memberi ide itu.Kai mengerutkan alis. Apa yang ingin dilakukan adiknya yang ekstrovert ini.**Anna masih di kamar memunguti pecahan vas yang tak sengaja dijatuhkannya. Dia tiba-tiba merasa cemas, wanita yang dikiranya kekasih bahkan mungkin istri Kai datang, akankah rahasianya sebagai wanita simpan
Anna tidak tenang seharian. Apalagi Kai pergi bersama Queen setelah wanita itu datang ke rumah. Anna semakin berpikir dengan keras, demi keberlangsungan hidupnya di masa depan, Anna sepertinya memang tetap harus bekerja.Ya, dia harus berani menentang keputusan Kai yang melarangnya bekerja. Lagi pula, tidak ada yang bisa menjamin kehidupannya kelak setelah berpisah dari Kai, kan?Anna menunggu Kai pulang hingga sore hari. Tepat pukul lima sore, akhirnya pria itu pulang ke rumah.“Anda sudah pulang.” Anna tiba-tiba muncul di hadapan kai.Kai terkejut. Dia sampai mengerutkan alis karena Anna muncul tiba-tiba seperti itu.Kai hanya menatap datar. Dia ingin melangkah ke kamarnya, tapi Anna kembali menghadang.“Tuan, ada yang mau aku bicarakan,” ucap Anna.Kai memperhatikan Anna, apa wanita ini mau membahas soal kejadian pagi tadi.Kai tidak menjawab, tapi berbalik arah menuju ke ruang kerjanya.Anna pun mengikuti, diamnya Kai dianggap jika pria itu setuju bicara dengannya.“Apa yang mau k
Melihat tatapan Kai yang tajam, membuat Anna menelan ludah lagi. Namun, Anna juga harus berani mengungkap keinginannya. “Aku ingin bekerja lagi. Aku sepertinya tidak bisa jika harus berhenti bekerja,” ucap Anna menyampaikan keinginannya.Kai menatap datar.“Apa uang di kartu yang kuberikan kurang?” tanya Kai.Anna terkesiap. “Ti-tidak kurang, hanya saja aku merasa jika tak bisa bergantung hanya dengan uang darimu. Aku bukan hanya butuh uang, tapi juga butuh berinteraksi dengan orang di luar sana seperti yang biasa aku lakukan. Aku tidak bisa terus-menerus di rumah.” Anna benar-benar menggunakan seluruh keberaniannya untuk bicara pada Kai.Kai diam menatap pada Anna. Dia sudah memberikan kemudahan untuk Anna, tapi kenapa Anna malah ingin bekerja?“Kamu ingin bekerja?” tanya Kai memastikan.“Iya,” jawab Anna penuh percaya diri.“Mulai besok jadi asistenku.” Setelah mengatakan itu, Kai membalikkan badan lagi untuk meninggalkan ruang kerjanya.Anna sangat syok, kenapa malah diminta menj
Anna dan Kai pergi ke perusahaan milik Reino. Mereka di mobil yang terparkir di seberang jalan perusahaan, mengamati aktivitas yang terjadi di luar perusahaan itu.“Kamu benar-benar mau menemui Alex?” tanya Kai memastikan. Dia menatap Anna yang duduk di kursi samping kemudi.Anna tak langsung menjawab. Dia masih mengamati tempat itu.“Mau tidak mau, aku harus menemuinya, Kai.” Anna akhirnya bicara, tatapannya sudah beralih ke suaminya itu. “Aku tidak mau harta mereka, aku hanya ingin hakku sebagai anak.”Kai selalu yakin kalau Anna tidak matrealistis. Kai mendukung keinginan Anna itu.“Aku akan menemanimu menemuinya,” kata Kai.Anna menggeleng. “Ini urusan keluarga, aku akan menghadapinya sendiri.”“Kamu yakin?” tanya Kai memastikan. Takut kalau terjadi sesuatu pada Anna jika tak berada dalam pengawasannya.Anna mengangguk mantap. “Aku bisa mengatasinya.”Kai ragu, tapi karena Anna memaksa pergi sendiri, akhirnya Kai mengizinkan tapi tetap mengawasi.Anna turun dari mobil. Dia berjala
Saat siang hari. Pelayan Fransisca memanggil Anna dan Kai untuk bergabung di ruang makan.Anna dan Kai mengikuti langkah pelayan itu sampai mereka tiba di ruang makan. Fransisca sudah menunggu mereka dan tersenyum melihat kedatangan Anna dan Kai.“Ayo, duduklah. Kita makan siang dulu,” ajak Fransisca mempersilakan.Anna mengangguk. Dia duduk bersama Kai lalu pelayan mulai melayani mereka.“Aku tidak tahu makanan kesukaanmu, jadi aku harap kamu tidak kecewa dengan menu yang disajikan,” ucap Fransisca sebelum memulai makan siang.Anna menggeleng pelan. “Aku tidak pilih-pilih makanan, Bi.”“Baguslah.” Fransisca terlihat senang.Mereka makan siang bersama, tidak ada pembahasan apa pun saat di meja makan. Anna juga tidak berani membuka pertanyaan karena takut menyinggung.Setelah makan, Fransisca mengajak Anna dan Kai duduk di ruang keluarga.Anna masih menunggu sampai Fransisca memulai pembicaraan.“Aku bertemu mamamu sekali saja setelah dia dipindah ke sini. Setelahnya aku tidak tahu bag
Keesokan harinya. Anna dan Kai naik pesawat penerbangan pagi menuju kota tempat Stefanie tinggal. Anna duduk di dekat jendela sambil memandang ke luar pesawat yang masih menunggu lepas landas.Kai melihat Anna yang hanya diam. Dia meraih telapak tangan Anna, lalu meletakkannya di pangkuan.“Memikirkan apa?” tanya Kai saat Anna menoleh padanya.Anna menggeleng pelan. “Entahlah, banyak sekali yang memenuhi kepalaku sekarang. Rasanya seperti mau meledak.”Kai mengusap lembut rambut Anna. Menghadapi masalah keluarga memang lebih berat daripada masalah perusahaan, tentu Kai memahami posisi Anna saat ini.“Kita berusaha menemui mamamu, tapi apa pun hasilnya nanti, kuharap kamu jangan bersedih berkepanjangan,” kata Kai tidak ingin Anna terlalu kecewa.Anna mengangguk pelan. “Aku hanya mau memastikan Mama baik-baik saja, bisa melihatnya sekali saja untuk mengobati rindu, setelahnya aku pasrah walau aku masih berharap bisa bersama Mama lagi.”“Aku tahu,” balas Kai, “tapi semua di luar kehendak
Kai sangat mencemaskan kondisi Anna, apalagi wajah Anna memang sangat pucat.“Ayo ke rumah sakit,” ajak Kai sambil menggenggam telapak tangan Anna.Anna menatap Kai yang panik, dia mencoba tersenyum untuk menenangkan.“Tidak usah, lagian ini pusing biasa. IGD tidak menerima pasien yang hanya masuk angin,” seloroh Anna diakhiri tawa kecil meski wajahnya pucat.Kai menatap tak senang karena Anna menyepelekan kondisi kesehatan.“Masuk angin pun, kalau salah penanganan, bisa membahayakan, paham.” Kai kukuh ingin membawa Anna ke rumah sakit.Anna menatap dalam pada suaminya, dia mencoba memahami kecemasan yang sedang Kai rasakan.Anna tersenyum kecil. “Begini saja, kalau besok pagi kondisiku masih kurang baik, kita ke rumah sakit, ya.”Kai menatap ragu, tapi karena Anna tidak mau pergi sekarang, dia akhirnya mengalah,“Baiklah, kalau nanti malam kamu merasa sakit, kita harus pergi memeriksakannya,” ucap Kai mengalah.Anna mengangguk-anggukkan kepala.“Aku mau mandi dulu,” kata Anna siap be
Saat sore hari. Anna dan Kai pergi ke kantor polisi setelah mendapat informasi soal penetapan tersangka pada Justin.Anna sangat syok, dia tak menyangka Justin benar-benar terlibat kasus yang menjerat Rachel.Anna dan Kai sudah menunggu di ruang kunjungan, lalu beberapa saat kemudian Justin masuk ruang kunjungan dengan kedua tangan terborgol.Justin tersenyum pada Anna, lalu duduk berhadapan dengan Anna tapi tak bersikap ramah pada Kai.“Kamu benar-benar terlibat?” tanya Anna tak menyangka.Justin tersenyum tipis. “Aku sudah janji akan menjawab jujur, aku hanya berusaha jujur.”“Aku tidak terkejut,” ucap Kai.“Aku tidak meminta pendapatmu,” balas Justin ketus, “aku hanya berusaha menepati janjiku pada Anna.”Kai kesal. Dia menatap tajam pada Justin, apa Justin menyukai Anna?Anna benar-benar masih tak percaya, dia benar-benar tidak pernah membayangkan jika Justin benar-benar terlibat.“Bagaimana bisa?” tanya Anna meminta penjelasan.Justin mengalihkan pandangan dari Kai pada Anna. Dia
“Tunggu.” Anna mencegah Justin yang mau ikut polisi.Justin menghentikan langkah. Lalu membalikkan badan ke arah Anna begitu juga dengan polisi.“Ada apa?” tanya Justin sambil menatap Anna. Tatapan matanya memperlihatkan jika dia tak marah sama sekali pada Anna.Anna menghampiri Justin, dia berdiri tepat di hadapan atasannya itu.“Aku tidak tahu kamu bersalah atau bukan, aku hanya berharap kamu tidak terlibat karena meski mungkin kamu membenciku karena suamiku, tapi aku menganggapmu pria baik,” ucap Anna.Anna hanya tak ingin menambah musuh. Jika bisa dicegah dengan sikap baik, maka Anna akan berusaha meminimalisir kemungkinan Justin membencinya dan Kai.Justin tersenyum getir, dia tak menyangka jika Anna menganggapnya baik padahal awalnya Justin ingin memanfaatkan Anna.“Aku akan bicara jujur menjawab semua pertanyaan polisi,” ucap Justin, “terima kasih sudah memercayaiku,” imbuhnya.Anna mengangguk, lalu dia membiarkan Justin pergi dengan polisi.Semua staff di sana berdiri karena t
Di kota tempat Stefanie tinggal. Dia masih dirawat di rumah sakit yang dijaga ketat oleh beberapa bodyguard. Bahkan Reino dibuat tak bisa keluar masuk sembarangan, Reino ikut dipantau oleh pengawal bayaran Abraham.“Apa kamu anggap mamamu ini sebagai tahanan, Alex? Bagaimana bisa kamu memperlakukanku seperti ini?” Stefanie menatap datar pada Alex.Stefanie terkejut saat mengetahui kalau sudah dipindah kota saat pertama kali membuka mata. Bahkan saat dia menanyakan keberadaan dan kabar Anna, Alex langsung membentaknya.“Ini demi kesembuhan Mama, sebaiknya Mama nurut apa kata dokter agar pemulihan kesehatan Mama lebih cepat,” ucap Alex dengan tenang.Stefanie benar-benar tidak tahu, kenapa Alex berbuat demikian.“Apa kamu bahagia melihat mama terkurung di sini seperti orang yang sedang dihukum?” tanya Stefanie dengan tatapan dingin pada Alex.Alex tetap tenang. Dia membuka penutup tempat makanan milik Stefanie, lalu mengambil sendok.“Makanlah dulu,” kata Alex.Stefanie benar-benar tak
Kai pergi ke perusahaan Frederic setelah mengurus pekerjaan di perusahaan. Kedatangannya di sana tentu membuat semua orang heboh, apalagi semua orang sudah tahu kalau Kai yang membuat Rachel menjadi buronan.“Pak Frederic di ruangannya?” tanya Kai saat staff resepsionis menghampirinya.“Ada, Pak. Apa perlu saya hubungi dulu agar Pak Frederic tahu jika Anda datang? Anda belum membuat janji, bukan?” tanya resepsionis itu takut-takut.Kai tak menjawab. Dia mengayunkan langkah begitu saja menuju lift diikuti Tian di belakangnya.Kai dan Tian menuju lantai tempat ruangan Frederic berada. Dia tak mau membuang kesempatan menemui pria itu, Kai harus memastikan Frederic tidak berulah seperti Rachel.Saat sampai di lantai tempat ruangan Frederic berada, asisten pribadi Frederic langsung menghampiri.“Anda mau bertemu Pak Frederic?” tanya asisten itu.Kai hanya memberikan tatapan dingin.“Biarkan Pak Kai masuk,” ucap Tian seraya memberi isyarat agar asisten Frederic tidak mencegah.Pria paruh ba
Anna pergi menjemput Nindy di apartemen, setelahnya mereka pergi ke kantor polisi untuk menemui Mila.“Nindy.” Mila langsung memeluk saat bisa melihat putrinya itu lagi.“Ibu baik-baik saja di sini, kan? Tidak ada yang jahat di dalam, kan?” tanya Nindy begitu lega akhirnya bisa melihat sang ibu.“Iya, ibu tidak apa-apa. Tidak ada yang jahat,” ucap Mila seraya melepas pelukan agar bisa menatap pada Nindy.Anna hanya diam memandang Mila dan Nindy. Jika dibilang iri, ya kali ini Anna iri. Meski Mila jahat, tapi Mila sangat menyayangi Nindy. Dia iri karena Nindy mendapat kasih sayang begitu melimpah dari Mila terlepas dari semua sikap jahat keduanya.Anna tiba-tiba teringat Stefanie. Bagaimana kabar sang mama sekarang? Apakah sudah sadar? Apakah mendapatkan perawatan yang baik?Tanpa Anna duga, Mila dan Nindy menatap bersamaan pada Anna.Mila dan Nindy saling tatap sejenak, lalu Nindy berbisik kalau Anna sedih sebab ibu kandungnya tertusuk karena berusaha menyelamatkan Anna dari Rachel.M