Anna menatap takut pada Kai yang seperti ingin menerkamnya. Apakah dia harus pasrah jika pria itu mengambil miliknya malam ini?“Anna.”Anna mencium aroma alkohol begitu kuat dari napas Kai. Dia semakin menelan ludah.“Ya-ya, Tuan.” Anna tergagap, tetap menanggapi meski tahu itu tak ada guna.“Kamu masih seperti dulu, hanya saja ….” Anna melihat Kai berhenti bicara, pria itu juga mendekatkan wajah ke arahnya. Anna memejamkan mata karena panik, tapi dia terkejut saat Kai jatuh di atas tubuhnya.Anna segera membuka mata ketika tertimpa tubuh Kai yang sangat berat. Pria itu tak sadarkan diri.“Kenapa Anda harus pingsan di sini?” Anna menggerutu. Dia mencoba menyingkirkan tubuh Kai dari atasnya.Sekuat tenaga Anna menyingkirkan Kai, sampai akhirnya pria itu berhasil digeser dan kini berbaring di ranjang Anna.Anna buru-buru bangun. Dia sudah panas dingin karena ketakutan jika dirudapaksa pria itu, padahal dia istri sah Kai.“Tunggu, apa maksudnya aku masih seperti dulu? Apa dia mengenalku
Kai melihat Anna yang membungkukkan badan beberapa kali, sebelum istrinya itu pergi dari kamar.“Tidak sopan sekali dia, kenapa masuk kamar tanpa izin dan ketuk pintu dulu?”Kai langsung menatap pada wanita yang masih ada di pelukannya. Dia seketika melepas, lalu segera bangun dan duduk sambil memegangi kepalanya yang pusing.Wanita itu terkejut Kai mendorongnya begitu saja. Dia hampir terjungkal jatuh ke lantai, sehingga membuatnya memasang wajah kesal.“Bisa-bisanya kamu mendorongku!” amuk wanita bernama Queen itu.Kai menoleh pada Queen–adik kandung Kai.“Kenapa kamu di sini?” tanya Kai seraya memegangi kepala.“Disuruh Mami antar barangmu yang ketinggalan, dibeliin susah-susah dari luar negeri, malah tidak dibawa,” gerutu Queen.Kai menatap datar. Dia menggaruk kepala, lalu memandang sekitar. Kai baru sadar jika berada di kamar Anna.“Kenapa aku di sini?” “Mana aku tahu. Aku datang juga kamu sudah di sini, tuh tadi pelayan barumu yang kasih tahu,” ujar Queen agak sewot karena san
“Tunggu!” Kai mencegah.Queen keheranan, kenapa Kai menghalanginya.“Kenapa? Kamu bilang dia istrimu, bukankah seharusnya kami saling berkenalan?” tanya Queen keheranan.Kai menghela napas pelan, lalu berkata, “Sebenarnya kami masih menikah kontrak.”Queen melongo dengan mulut menganga.“Bagaimana bisa kamu berpikiran seperti itu?” tanya Queen keheranan. “Anna tidak pernah menyukaiku. Dia menerima pernikahan ini karena terpaksa. Aku hanya mau melihat dulu, sampai mana dia bisa bertahan menjadi istriku,” ujar Kai.Queen mengerutkan dahi. Dia benar-benar tidak paham dengan maksud ucapan Kai.“Hm … dia tidak menyukaimu, ya? Bagaimana kalau di tes?” Queen menaik-turunkan kedua alisnya setelah memberi ide itu.Kai mengerutkan alis. Apa yang ingin dilakukan adiknya yang ekstrovert ini.**Anna masih di kamar memunguti pecahan vas yang tak sengaja dijatuhkannya. Dia tiba-tiba merasa cemas, wanita yang dikiranya kekasih bahkan mungkin istri Kai datang, akankah rahasianya sebagai wanita simpan
Anna tidak tenang seharian. Apalagi Kai pergi bersama Queen setelah wanita itu datang ke rumah. Anna semakin berpikir dengan keras, demi keberlangsungan hidupnya di masa depan, Anna sepertinya memang tetap harus bekerja.Ya, dia harus berani menentang keputusan Kai yang melarangnya bekerja. Lagi pula, tidak ada yang bisa menjamin kehidupannya kelak setelah berpisah dari Kai, kan?Anna menunggu Kai pulang hingga sore hari. Tepat pukul lima sore, akhirnya pria itu pulang ke rumah.“Anda sudah pulang.” Anna tiba-tiba muncul di hadapan kai.Kai terkejut. Dia sampai mengerutkan alis karena Anna muncul tiba-tiba seperti itu.Kai hanya menatap datar. Dia ingin melangkah ke kamarnya, tapi Anna kembali menghadang.“Tuan, ada yang mau aku bicarakan,” ucap Anna.Kai memperhatikan Anna, apa wanita ini mau membahas soal kejadian pagi tadi.Kai tidak menjawab, tapi berbalik arah menuju ke ruang kerjanya.Anna pun mengikuti, diamnya Kai dianggap jika pria itu setuju bicara dengannya.“Apa yang mau k
Melihat tatapan Kai yang tajam, membuat Anna menelan ludah lagi. Namun, Anna juga harus berani mengungkap keinginannya. “Aku ingin bekerja lagi. Aku sepertinya tidak bisa jika harus berhenti bekerja,” ucap Anna menyampaikan keinginannya.Kai menatap datar.“Apa uang di kartu yang kuberikan kurang?” tanya Kai.Anna terkesiap. “Ti-tidak kurang, hanya saja aku merasa jika tak bisa bergantung hanya dengan uang darimu. Aku bukan hanya butuh uang, tapi juga butuh berinteraksi dengan orang di luar sana seperti yang biasa aku lakukan. Aku tidak bisa terus-menerus di rumah.” Anna benar-benar menggunakan seluruh keberaniannya untuk bicara pada Kai.Kai diam menatap pada Anna. Dia sudah memberikan kemudahan untuk Anna, tapi kenapa Anna malah ingin bekerja?“Kamu ingin bekerja?” tanya Kai memastikan.“Iya,” jawab Anna penuh percaya diri.“Mulai besok jadi asistenku.” Setelah mengatakan itu, Kai membalikkan badan lagi untuk meninggalkan ruang kerjanya.Anna sangat syok, kenapa malah diminta menj
Anna terdiam. Dia tidak berani bicara meski hanya sepatah kata semenjak kejadian tadi di ruang ganti Kai. Sejujurnya Anna malu karena tak sengaja memuji ketampanan pria itu.Mereka sudah berada di meja makan, tapi tidak ada aktivitas sarapan sama sekali, sampai Anna mendengar suara dehaman dari Kai.“Siapa yang masak?” tanya Kai karena penampilan makanan yang dihidangkan tampak asing.Anna langsung tersadar, lalu menjawab, “Aku, karena merasa jika Anda sesekali harus merasakan masakanku.”Kai menatap makanan di meja dengan agak ragu. Dia lalu melirik Anna yang masih menatapnya dengan senyum bodoh di wajah.Kai membuka piring, saat akan mengambil lauk, Anna dengan sigap mengambilkan.“Cobalah, jika tak sesuai dengan lidah Anda, nanti aku akan belajar lagi,” ucap Anna penuh semangat.Kai merasa ada yang aneh. Dia meletakkan alat makan, lalu menyangga dagu dengan punggung tangan, di mana kedua sikunya bertumpu di meja.“Kamu menginginkan sesuatu?” tanya Kai menebak.Anna langsung menatap
Anna membuatkan kopi untuk Kai, lalu meletakkan di meja.“Aku harus melakukan apa lagi?” tanya Anna bingung.Kai memandang pada Anna. Dia berpikir, lalu menjawab, “Urutkan berkas ini berdasarkan tanggalnya.”Kai menepuk tumpukan stopmap di mejanya.Anna memandang tumpukan berkas itu. Dia segera mengambil semuanya untuk dipindah ke meja tamu, agar bisa segera menyusun seperti yang Kai katakan.Anna duduk di sofa itu, lalu mulai memilah berkas sesuai dengan yang Kai perintahkan.Kai melirik pada Anna yang sedang fokus memilah berkas. Wanita itu terlihat sangat serius, sampai membuat Kai tak melepas pandangan dari Anna.Anna sedang memilah, lalu tanpa sadar menoleh pada Kai. Saat itu Anna menyadari kalau Kai menatap padanya. “Anda membutuhkan yang lain?” tanya Anna.Kai terkesiap. Dia langsung berdeham.“Tidak, aku hanya ingin memastikan kamu tidak salah pilah,” ucap Kai salah tingkah.“Oh, kalau hanya memilah begini, aku bisa. Gimana-gimana juga dulu aku sekolah di jurusan akutansi,” u
Kai dan Anna langsung pergi setelah makan siang. Sepanjang makan, Anna hanya diam apalagi Rachel terus mengajak bicara Kai seperti mereka memang sangat akrab. Hal itu membuat Anna tidak nyaman, dia merasa seperti menjadi orang ketiga di antara Kai dan Rachel.“Siapa yang menyuruhmu menyebut sebagai asisten?”Anna terkejut mendengar pertanyaan Kai. Dia menoleh pada Kai yang duduk di sampingnya.“Aku memang asisten Anda, kan? Lagi pula, Anda menikah hanya untuk membantuku, jadi kurasa pernikahan ini tidak perlu dipublikasikan, jangan sampai orang-orang berpandangan buruk tentang Anda,” ucap Anna menjelaskan.Kai menatap pada Anna. Tatapan matanya berbeda, seperti ada rasa kesal dan marah.Anna takut, tapi tidak berani bicara lagi. Dia akhirnya diam menunduk dan Kai pun tidak bicara lagi.Setelah makan siang, Kai tidak bicara lagi pada Anna. Bahkan Anna sampai bingung karena selama di ruang kerja, Kai tidak memerintahnya atau yang lain, membuat Anna hanya bisa melakukan kesibukan seperti
Anna pergi ke Queen Mall. Dia bertemu dengan Bella dan Anser yang ternyata sudah menunggunya.“Ah … kupikir suamimu tidak jadi mengizinkan datang.” Bella langsung memeluk.“Maaf terlambat, aku menunggu suamiku pergi dulu karena tadi ada keperluan, baru aku berangkat,” ucap Anna karena tak enak hati.“Tidak apa, tidak apa, yang penting kamu di sini. Senangnya kita bisa jalan-jalan,” ucap Bella sangat senang sampai memegang kedua tangan Anna lalu menggoyangkannya.Anna tersenyum manis. Dia selalu senang melihat betapa aktif dan cerianya Bella, membuat suasana hatinya ikut cerah.Anna memandang ke Anser. Pria itu sudah tersenyum sejak dirinya datang. Anna mengangguk sopan pada Anser yang memang lebih tua darinya.“Aku mau nonton bioskop dulu, ayo pergi!” Bella menggandeng tangan Anna dan melupakan keberadaan sang kakak.Anna berjalan mengikuti langkah Bella, sedangkan Anser memilih berjalan di belakang Anna.Mereka pergi ke bioskop. Anna dan Bella membawa minuman juga makanan, sedangkan
Keesokan harinya, Anna sudah berada di ruang makan menyiapkan sarapan seperti biasanya. Namun, saat melihat Kai datang untuk sarapan, Anna tiba-tiba saja merasa canggung.“Pagi,” sapa Kai yang bersikap santai dan lebih hangat dari sebelumnya.Anna sampai terkejut. Dia sempat terdiam beberapa saat sebelum akhirnya membalas sapaan Kai dengan sebuah anggukan.Keduanya mulai sarapan bersama. Anna merasakan sikap Kai yang berbeda, mungkinkah karena pembicaraan mereka semalam.“Aku jadi jalan bersama temanku besok,” kata Anna mengingatkan sekalian meminta izin ulang.Kai menatap pada Anna, lalu membalas, “Pergi saja.”Anna diam sejenak. Tiba-tiba saja dia ingat pertemuannya dengan Rachel. Mungkinkah selagi Anna pergi, Kai akan pergi juga menemui Rachel untuk bermain golf?Anna mencoba menepis rasa penasarannya, bagaimanapun dia tidak berhak tahu. Anna juga tak berani bertanya, sehingga dia memilih hanya diam.Setelah sarapan, Anna dan Kai pergi ke kantor seperti biasa. Meski sikap Kai mengh
Anna masih menatap pada Kai, menuntut balasan untuk menghilangkan rasa penasaran karena Kai seperti mengenalnya sedangkan Anna tidak.“Mungkin kamu lupa, tapi tidak denganku,” ujar Kai.Dahi Anna semakin berkerut halus. “Meski pertama kali bertemu lagi denganmu aku sempat tidak yakin kalau itu kamu, tapi ternyata tebakanku benar,” ujar Kai dengan tatapan terus tertuju pada Anna.Anna semakin bingung. Dia benar-benar tidak paham dengan semua ucapan Kai. Anna mencoba mengingat, tapi dia benar-benar mendapatkan gambaran kapan bertemu Kai sebelum kejadian di hotel.“Entah dulu atau sekarang, aku akan tetap menyukaimu, Anna. Sepertinya takdir memang sengaja mempertemukan kita malam itu di hotel. Malam itu aku juga tidak tahu, kenapa ingin mengecek kondisi hotel dan ternyata malah bertemu denganmu,” ujar Kai lagi.Anna benar-benar syok. Bukan dia tak menghargai perasaan Kai, tapi Anna hanya merasa tak pantas.“Kamu salah jika menyukaiku. Kamu benar-benar bisa mendapatkan wanita yang lebih
Anna keluar dari kamar karena ingin pergi ke dapur mengambil air minum. Dia sudah terlihat mengantuk, hingga beberapa kali tampak mengusap tengkuk.Saat berjalan melewati ruang kerja Kai. Anna melihat pintu ruang kerja Kai tak tertutup rapat, dia juga mendengar suara Kai dari dalam.“Dia belum tidur?” gumam Anna penasaran.Saat Anna mendekat ke pintu ruang kerja Kai, dia mendengar suara Kai menyebut namanya, membuat Anna mematung di depan pintu ruang kerja Kai.Anna mendengar semua apa yang Kai ucapkan, meski Anna tidak tahu dengan siapa pria itu bicara. Dia bergeming, tubuhnya terasa beku mendengar semua yang keluar dari bibir Kai.Hingga saat Kai mengucapkan kalimat terakhir, Anna mendadak panik karena takut Kai tahu kalau dirinya ada di sana.Namun, karena kurang hati-hati, Anna malah menendang meja kecil di samping pintu ruang kerja Kai, membuatnya jatuh ke lantai tapi Anna berusaha untuk tak berteriak meski kakinya sakit.Kai segera mengakhiri panggilan saat mendengar suara terja
Anna kembali ke private room setelah Rachel pergi lebih dulu. Tiba-tiba saja Anna merasa sangat bodoh, bahkan pikirannya kacau dan tubuhnya seperti kehilangan tenaga.Kai masih menunggu Anna. Dia keheranan kenapa Anna sangat lama, saat hendak berdiri untuk mencari Anna, Kai melihat pintu ruangan terbuka.Kai hendak membuka mulut, tapi ternyata Anna sudah lebih dulu bicara.“Apa kita bisa pulang sekarang? Tiba-tiba saja aku merasa tidak enak badan,” ucap Anna saat sudah sampai di hadapan Kai.Kai menatap pada Anna yang memang seperti dalam kondisi kurang baik. Dia mengangguk lalu mengajak Anna pulang. Kai urung membahas soal Queen.Anna berjalan bersama Kai menuju parkiran. Dia tidak tahu, kenapa bisa kesal dan marah.Mereka sudah dalam perjalanan pulang. Kai sesekali melirik pada Anna. Dia melihat Anna yang hanya diam seraya memandang pada jalanan yang mereka lewati.Kai sebenarnya merasa aneh. Tiba-tiba saja Anna diam seperti ada masalah, membuatnya penasaran dengan apa yang terjadi.
Rachel tersenyum melihat Anna terkejut, lalu berkata, “Ternyata kamu itu mudah sekali terkejut, ya? Padahal aku juga hanya bicara biasa.”“Mungkin kamu terkejut karena aku berani ajak Kai untuk bermain golf, ya?” Rachel tertawa kecil.“Ti-tidak,” jawab Anna agak canggung.Rachel tersenyum seraya mematikan kran air, lalu mengambil tisu untuk diberikan pada Anna agar bisa membersihkan air yang memercik di baju Anna.“Aku dan Kai itu sudah kenal sejak kuliah. Papanya juga rekan bisnisku. Bahkan kalau jodoh, Papa mau menjodohkan kami,” ujar Rachel dengan tatapan penuh bangga. Dia memandang ekspresi wajah Anna, menyelidik apa yang akan Anna katakan setelah mendengar ucapannya.Anna bergeming. Kai sudah menikah dengannya dan Queen, lalu untuk apa Rachel mau dijodohkan dengan Kai lagi? Apa Kai akan menikah untuk yang ketiga kalinya?“Bukannya Pak Kai sudah menikah dengan Queen? Memangnya kamu mau jadi istri keduanya? Padahal kamu masih muda dan cantik?” tanya Anna dengan tatapan bingung.Rac
Anna benar-benar terkejut karena Kai ada di depan kamarnya. Namun, meski begitu dia mencoba bersikap biasa. Tidak biasanya Kai berdiri di sana seolah menunggu dirinya keluar dari kamar.“Apa kamu butuh sesuatu?” tanya Anna setelah berhasil meredam keterkejutannya.“Kamu tidak perlu memasak malam ini,” ujar Kai yang berdiri dengan satu tangan dimasukkan ke saku celana.Anna mengedipkan mata beberapa kali mendengar ucapan Kai.“Kenapa?” tanya Anna keheranan.“Kita makan di luar,” jawab Kai.Anna terkesiap. Kenapa makan di luar padahal bisa masak di rumah? Dan, ini sangat mendadak sekali.“Bersiap-siaplah,” ujar Kai lagi lalu hendak melangkahkan kaki kembali ke kamar.“Memangnya tidak apa-apa kalau kita makan di luar?” tanya Anna ragu dan takut, “bagaimana kalau ada kenalanmu yang melihat, lalu berburuk sangka?”Kai menghentikan langkah lalu kembali menatap pada Anna yang cemas.“Kita hanya mau makan malam, tidak akan membuat orang berburuk sangka,” balas Kai dengan tenang, “sekarang ber
Saat sore hari, Mila berada di rumahnya sedang sangat senang karena menerima kiriman uang dari Anna. Dia beberapa kali menghubungi Nindy, tapi putrinya itu tidak membalas panggilannya.“Ke mana dia? Kalau marah pasti kabur,” gerutu Mila.Mila terlalu menyayangi Nindy, sehingga putrinya itu manja meski sudah tahu kalau keluarga mereka tidak mampu.Saat Mila masih memikirkan ke mana putrinya pergi, ternyata Nindy pulang membawa banyak paper bag di kedua tangannya. Seketika Mila melongo, kenapa putrinya belanja banyak barang. “Dari mana kamu dapat uang buat belanja sebanyak itu?” tanya Mila agak syok.Nindy menatap pada Mila, lalu membalas, “Ibu tidak usah tahu, yang penting aku puas karena bisa belanja. Mana dapat barang-barang bagus juga.”Nindy meletakkan barang-barang yang dibelinya di atas sofa, rata-rata dia membeli tas, sepatu, dan pakaian.Mila sangat syok. Dia memandangi paper bag itu lalu beralih menatap pada putrinya.“Jangan bilang kamu jadi simpanan pria kaya, makanya bisa
Kai sudah sampai di perusahaan. Dia langsung pergi ke ruang kerjanya dan melihat Anna yang sedang merapikan meja.“Kamu sudah kembali,” sapa Anna.Kai memperhatikan Anna. Istrinya itu bersikap biasa seperti tidak terjadi sesuatu. Kai berjalan menghampiri Anna yang berdiri di dekat meja.“Apa terjadi sesuatu saat aku pergi?” tanya Kai saat sudah berdiri di hadapan Anna.“Semua berjalan dengan lancar, tidak ada masalah apa pun,” ucap Anna lalu memandang meja, memastikan tidak ada yang berantakan atau Kai akan marah.Kai menatap tidak senang. Ekspresi wajahnya memperlihatkan ketidakpuasannya pada jawaban Anna yang tidak jujur akan masalah yang sebenarnya sedang terjadi.Bukankah wajar jika Kai kesal, mengingat Anna bisa dengan mudah bercerita dan meminjam uang pada Tian, tapi tidak bisa bercerita kepadanya dan malah menutupi.“Apa kamu tidak pernah percaya padaku?” tanya Kai dengan tatapan menyelidik.Anna terkesiap. Dia memandang Kai yang memasang wajah tak senang. Dia bingung, kenapa K