Anna membuatkan kopi untuk Kai, lalu meletakkan di meja.“Aku harus melakukan apa lagi?” tanya Anna bingung.Kai memandang pada Anna. Dia berpikir, lalu menjawab, “Urutkan berkas ini berdasarkan tanggalnya.”Kai menepuk tumpukan stopmap di mejanya.Anna memandang tumpukan berkas itu. Dia segera mengambil semuanya untuk dipindah ke meja tamu, agar bisa segera menyusun seperti yang Kai katakan.Anna duduk di sofa itu, lalu mulai memilah berkas sesuai dengan yang Kai perintahkan.Kai melirik pada Anna yang sedang fokus memilah berkas. Wanita itu terlihat sangat serius, sampai membuat Kai tak melepas pandangan dari Anna.Anna sedang memilah, lalu tanpa sadar menoleh pada Kai. Saat itu Anna menyadari kalau Kai menatap padanya. “Anda membutuhkan yang lain?” tanya Anna.Kai terkesiap. Dia langsung berdeham.“Tidak, aku hanya ingin memastikan kamu tidak salah pilah,” ucap Kai salah tingkah.“Oh, kalau hanya memilah begini, aku bisa. Gimana-gimana juga dulu aku sekolah di jurusan akutansi,” u
Kai dan Anna langsung pergi setelah makan siang. Sepanjang makan, Anna hanya diam apalagi Rachel terus mengajak bicara Kai seperti mereka memang sangat akrab. Hal itu membuat Anna tidak nyaman, dia merasa seperti menjadi orang ketiga di antara Kai dan Rachel.“Siapa yang menyuruhmu menyebut sebagai asisten?”Anna terkejut mendengar pertanyaan Kai. Dia menoleh pada Kai yang duduk di sampingnya.“Aku memang asisten Anda, kan? Lagi pula, Anda menikah hanya untuk membantuku, jadi kurasa pernikahan ini tidak perlu dipublikasikan, jangan sampai orang-orang berpandangan buruk tentang Anda,” ucap Anna menjelaskan.Kai menatap pada Anna. Tatapan matanya berbeda, seperti ada rasa kesal dan marah.Anna takut, tapi tidak berani bicara lagi. Dia akhirnya diam menunduk dan Kai pun tidak bicara lagi.Setelah makan siang, Kai tidak bicara lagi pada Anna. Bahkan Anna sampai bingung karena selama di ruang kerja, Kai tidak memerintahnya atau yang lain, membuat Anna hanya bisa melakukan kesibukan seperti
“Ada apa sampai kamu ikut pulang ke apartemenku?” tanya Queen seraya menyajikan secangkir kopi untuk sang kakak.Kai tidak menjawab. Dia memilih mencicipi kopi yang baru saja disajikan.Queen memperhatikan sikap sang kakak, lalu berkata, “Apa kamu ke sini karena sedang marah pada istrimu? Kamu tidak mungkin ke sini jika tak ada masalah apa pun.”Queen mencoba menebak karena tahu kebiasaan sang kakak.“Tidak ada,” jawab Kai seraya meletakkan cangkir kembali di meja.“Tidak ada tapi kenapa ke sini?” Queen mencebik kesal pada Kai.“Kalian bertengkar?” tanya Queen tetap memaksa ingin tahu.Kai menghela napas kasar seraya melirik pada Queen, lalu menyandarkan punggungnya.“Aku hanya tidak senang karena dia tidak mengakuiku sebagai suami,” ucap Kai.Queen langsung mengerutkan alis.“Tunggu!” Queen mencoba mencerna yang terjadi.“Kamu sendiri yang bilang kalau kalian menikah kontrak. Bahkan kamu masih menyembunyikannya dari Mami dan Papi. Ya, wajar misal dia pun menyembunyikan statusnya dari
Kai sangat syok melihat Anna berpakaian seksi ada di atas ranjangnya. Dia bergeming di tempatnya.“Apa yang sedang kamu lakukan?” tanya Kai.Anna turun dari ranjang. Dia sudah memakai baju tidur berbahan tipis yang tersedia di kamarnya, lalu menggunakannya untuk menggoda Kai.Anna sebenarnya tidak yakin Kai akan pulang malam ini, dia merasa beruntung karena pria itu pulang.Anna berjalan menghampiri Kai, lalu berdiri berhadapan dengan pria itu.“Aku hanya mau menyelesaikan urusan kita,” ucap Anna.Kai mengerutkan dahi. Penampilan Anna sangat berbeda, bahkan aroma parfum tercium begitu kuat di indera penciumannya. Apa Anna menggodanya? Apa dia benar-benar ahli dalam hal ini? Dan, mungkinkah tebakan Queen benar. Tidak, Kai yakin ada penjelasan dari sikap Anna.Anna mengulurkan tangan, lalu menyentuh tepian jas Kai.“Anda bilang butuh anak dariku, kan? Jika begitu, kita harus tidur bersama, kan? Jika Anda saja tidak pernah menyentuhku bagaimana bisa aku memberi anak untuk Anda dan istri
Keesokan harinya. Anna sibuk di ruang makan menyiapkan sarapan untuk Kai. Dia bersikap seperti biasa seolah tidak terjadi sesuatu sama sekali malam tadi.Kai melihat Anna yang baru saja selesai menyajikan hidangan di meja. Dia tidak bicara dan memilih segera duduk di kursinya.Sama halnya dengan Kai, Anna juga tidak bicara atau bertanya, sehingga keduanya sama-sama diam dan membuat ruang makan itu terasa begitu hening dan dingin, hanya ada suara sendok dan garpu beradu dengan piring.Anna berpakaian rapi. Dia tetap akan bekerja seperti biasa meski masih kesal pada sikap Kai semalam.Kai hanya melirik pada Anna yang sedang sarapan dengan tenang. Dia tidak berkata apa-apa dan memilih segera menghabiskan secangkir kopi buatan Anna.Setelah sarapan, mereka pergi ke perusahaan. Keduanya masih saja diam, selama dalam perjalanan menuju perusahaan, tidak ada sepatah kata pun yang mereka keluarga dari bibir.“Selamat pagi, Pak.” Tian menyapa Kai.Namun, ada yang aneh. Tian menyadari kalau Kai
“Ada apa dengan kakimu?” tanya Kai seraya menatap Anna yang merapat di dinding.Anna dan Kai berada di lift menuju lantai tempat ruangan Kai berada.Anna memilih diam. Dia masih marah karena kejadian semalam. Sejujurnya, semua ini masih mengganjal di pikiran Anna, dia tidak mengerti dengan keinginan Kai. Jika ingin anak darinya, kenapa tidak mau menyentuhnya. Lalu, mau hamil dari mana dia?“Kamu berani tak menjawab pertanyaanku?” Kai menatap tak senang.Anna melihat tatapan Kai, tapi dia tidak peduli. Dia tetap diam seraya menjaga jarak dari pria itu.Saat pintu lift terbuka di lantai ruangan Kai berada, Anna terkejut karena Kai langsung menarik tangannya untuk mengajak keluar dari lift.“Aku bisa jalan sendiri,” ucap Anna hendak melepas tangannya dari Kai.Namun, Kai tidak melepas dan masih menggandeng tangan Anna menuju ruangannya.Anna panik dan cemas jika ada yang melihat, tapi untungnya tidak ada staff yang melihat karena kebanyakan staff masih beristirahat.Saat sampai di ruanga
Anna pergi ke alamat yang Mila kirimkan. Dia baru saja turun dari taksi, lalu berjalan ke arah Mila yang duduk di salah satu bangku taman.Anna menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskan perlahan. Dia mencoba bersikap tenang untuk menghadapi kemauan ibu tirinya itu.“Ibu mau apa?” tanya Anna saat sudah berhadapan dengan Mila.Mila berdiri ketika melihat Anna. Tatapan mata wanita menunjukkan rasa tak senang sama sekali. Dia lantas memindai penampilan Anna, Mila yakin kalau pakaian yang melekat di tubuh Anna semuanya bermerk.“Kamu ini memang tidak tahu diri, ya! Kamu kabur setelah apa yang kami lakukan untuk ayahmu. Kamu menelantarkan kami yang sudah merawat ayahmu yang sakit-sakitan. Memang ya, benar kata orang, merawat anak orang lain memang balasannya kek gini, tidak tahu diri!” amuk Mila dengan begitu emosi.“Seharusnya kamu tuh bersyukur masih punya kami. Kamu tidak sebatang kara, ada yang bisa kamu akui sebagai keluarga. Tapi lihat sekarang, kamu sudah hidup enak, makanya tidak
Kai baru saja selesai bertemu dengan klien. Dia segera pergi setelah mendapatkan hasil kesepakatan dengan kliennya.“Anda mau ke tempat lain atau mau langsung kembali ke perusahaan?” tanya Tian saat berjalan menuju parkiran.“Langsung ke perusahaan!” perintah Kai.Tian mengangguk. Sopir yang sudah menunggu juga langsung membuka mobil untuk Kai. Mereka segera meninggalkan restoran.Sepanjang perjalanan. Tian melihat Kai hanya diam seraya memandang jalanan. Ada yang berbeda dari sikap Kai, biasanya atasannya itu akan mengecek ulang proposal setelah selesai bertemu klien, tapi sekarang malah melamun.Tian juga melihat Kai diam saat tadi berangkat untuk menemui klien. Mungkinkah Kai sedang memikirkan Anna, sampai membuat Tian penasaran, apa yang sebenarnya terjadi dengan wanita itu.Saat mobil yang ditumpanginya Kai sampai di perusahaan. Kai melihat Anna berjalan agak pincang memasuki lobi perusahaan.“Bukankah itu Bu Anna?” Tian menoleh pada Kai yang duduk di belakang.Kai memperhatikan
Anna pergi ke Queen Mall. Dia bertemu dengan Bella dan Anser yang ternyata sudah menunggunya.“Ah … kupikir suamimu tidak jadi mengizinkan datang.” Bella langsung memeluk.“Maaf terlambat, aku menunggu suamiku pergi dulu karena tadi ada keperluan, baru aku berangkat,” ucap Anna karena tak enak hati.“Tidak apa, tidak apa, yang penting kamu di sini. Senangnya kita bisa jalan-jalan,” ucap Bella sangat senang sampai memegang kedua tangan Anna lalu menggoyangkannya.Anna tersenyum manis. Dia selalu senang melihat betapa aktif dan cerianya Bella, membuat suasana hatinya ikut cerah.Anna memandang ke Anser. Pria itu sudah tersenyum sejak dirinya datang. Anna mengangguk sopan pada Anser yang memang lebih tua darinya.“Aku mau nonton bioskop dulu, ayo pergi!” Bella menggandeng tangan Anna dan melupakan keberadaan sang kakak.Anna berjalan mengikuti langkah Bella, sedangkan Anser memilih berjalan di belakang Anna.Mereka pergi ke bioskop. Anna dan Bella membawa minuman juga makanan, sedangkan
Keesokan harinya, Anna sudah berada di ruang makan menyiapkan sarapan seperti biasanya. Namun, saat melihat Kai datang untuk sarapan, Anna tiba-tiba saja merasa canggung.“Pagi,” sapa Kai yang bersikap santai dan lebih hangat dari sebelumnya.Anna sampai terkejut. Dia sempat terdiam beberapa saat sebelum akhirnya membalas sapaan Kai dengan sebuah anggukan.Keduanya mulai sarapan bersama. Anna merasakan sikap Kai yang berbeda, mungkinkah karena pembicaraan mereka semalam.“Aku jadi jalan bersama temanku besok,” kata Anna mengingatkan sekalian meminta izin ulang.Kai menatap pada Anna, lalu membalas, “Pergi saja.”Anna diam sejenak. Tiba-tiba saja dia ingat pertemuannya dengan Rachel. Mungkinkah selagi Anna pergi, Kai akan pergi juga menemui Rachel untuk bermain golf?Anna mencoba menepis rasa penasarannya, bagaimanapun dia tidak berhak tahu. Anna juga tak berani bertanya, sehingga dia memilih hanya diam.Setelah sarapan, Anna dan Kai pergi ke kantor seperti biasa. Meski sikap Kai mengh
Anna masih menatap pada Kai, menuntut balasan untuk menghilangkan rasa penasaran karena Kai seperti mengenalnya sedangkan Anna tidak.“Mungkin kamu lupa, tapi tidak denganku,” ujar Kai.Dahi Anna semakin berkerut halus. “Meski pertama kali bertemu lagi denganmu aku sempat tidak yakin kalau itu kamu, tapi ternyata tebakanku benar,” ujar Kai dengan tatapan terus tertuju pada Anna.Anna semakin bingung. Dia benar-benar tidak paham dengan semua ucapan Kai. Anna mencoba mengingat, tapi dia benar-benar mendapatkan gambaran kapan bertemu Kai sebelum kejadian di hotel.“Entah dulu atau sekarang, aku akan tetap menyukaimu, Anna. Sepertinya takdir memang sengaja mempertemukan kita malam itu di hotel. Malam itu aku juga tidak tahu, kenapa ingin mengecek kondisi hotel dan ternyata malah bertemu denganmu,” ujar Kai lagi.Anna benar-benar syok. Bukan dia tak menghargai perasaan Kai, tapi Anna hanya merasa tak pantas.“Kamu salah jika menyukaiku. Kamu benar-benar bisa mendapatkan wanita yang lebih
Anna keluar dari kamar karena ingin pergi ke dapur mengambil air minum. Dia sudah terlihat mengantuk, hingga beberapa kali tampak mengusap tengkuk.Saat berjalan melewati ruang kerja Kai. Anna melihat pintu ruang kerja Kai tak tertutup rapat, dia juga mendengar suara Kai dari dalam.“Dia belum tidur?” gumam Anna penasaran.Saat Anna mendekat ke pintu ruang kerja Kai, dia mendengar suara Kai menyebut namanya, membuat Anna mematung di depan pintu ruang kerja Kai.Anna mendengar semua apa yang Kai ucapkan, meski Anna tidak tahu dengan siapa pria itu bicara. Dia bergeming, tubuhnya terasa beku mendengar semua yang keluar dari bibir Kai.Hingga saat Kai mengucapkan kalimat terakhir, Anna mendadak panik karena takut Kai tahu kalau dirinya ada di sana.Namun, karena kurang hati-hati, Anna malah menendang meja kecil di samping pintu ruang kerja Kai, membuatnya jatuh ke lantai tapi Anna berusaha untuk tak berteriak meski kakinya sakit.Kai segera mengakhiri panggilan saat mendengar suara terja
Anna kembali ke private room setelah Rachel pergi lebih dulu. Tiba-tiba saja Anna merasa sangat bodoh, bahkan pikirannya kacau dan tubuhnya seperti kehilangan tenaga.Kai masih menunggu Anna. Dia keheranan kenapa Anna sangat lama, saat hendak berdiri untuk mencari Anna, Kai melihat pintu ruangan terbuka.Kai hendak membuka mulut, tapi ternyata Anna sudah lebih dulu bicara.“Apa kita bisa pulang sekarang? Tiba-tiba saja aku merasa tidak enak badan,” ucap Anna saat sudah sampai di hadapan Kai.Kai menatap pada Anna yang memang seperti dalam kondisi kurang baik. Dia mengangguk lalu mengajak Anna pulang. Kai urung membahas soal Queen.Anna berjalan bersama Kai menuju parkiran. Dia tidak tahu, kenapa bisa kesal dan marah.Mereka sudah dalam perjalanan pulang. Kai sesekali melirik pada Anna. Dia melihat Anna yang hanya diam seraya memandang pada jalanan yang mereka lewati.Kai sebenarnya merasa aneh. Tiba-tiba saja Anna diam seperti ada masalah, membuatnya penasaran dengan apa yang terjadi.
Rachel tersenyum melihat Anna terkejut, lalu berkata, “Ternyata kamu itu mudah sekali terkejut, ya? Padahal aku juga hanya bicara biasa.”“Mungkin kamu terkejut karena aku berani ajak Kai untuk bermain golf, ya?” Rachel tertawa kecil.“Ti-tidak,” jawab Anna agak canggung.Rachel tersenyum seraya mematikan kran air, lalu mengambil tisu untuk diberikan pada Anna agar bisa membersihkan air yang memercik di baju Anna.“Aku dan Kai itu sudah kenal sejak kuliah. Papanya juga rekan bisnisku. Bahkan kalau jodoh, Papa mau menjodohkan kami,” ujar Rachel dengan tatapan penuh bangga. Dia memandang ekspresi wajah Anna, menyelidik apa yang akan Anna katakan setelah mendengar ucapannya.Anna bergeming. Kai sudah menikah dengannya dan Queen, lalu untuk apa Rachel mau dijodohkan dengan Kai lagi? Apa Kai akan menikah untuk yang ketiga kalinya?“Bukannya Pak Kai sudah menikah dengan Queen? Memangnya kamu mau jadi istri keduanya? Padahal kamu masih muda dan cantik?” tanya Anna dengan tatapan bingung.Rac
Anna benar-benar terkejut karena Kai ada di depan kamarnya. Namun, meski begitu dia mencoba bersikap biasa. Tidak biasanya Kai berdiri di sana seolah menunggu dirinya keluar dari kamar.“Apa kamu butuh sesuatu?” tanya Anna setelah berhasil meredam keterkejutannya.“Kamu tidak perlu memasak malam ini,” ujar Kai yang berdiri dengan satu tangan dimasukkan ke saku celana.Anna mengedipkan mata beberapa kali mendengar ucapan Kai.“Kenapa?” tanya Anna keheranan.“Kita makan di luar,” jawab Kai.Anna terkesiap. Kenapa makan di luar padahal bisa masak di rumah? Dan, ini sangat mendadak sekali.“Bersiap-siaplah,” ujar Kai lagi lalu hendak melangkahkan kaki kembali ke kamar.“Memangnya tidak apa-apa kalau kita makan di luar?” tanya Anna ragu dan takut, “bagaimana kalau ada kenalanmu yang melihat, lalu berburuk sangka?”Kai menghentikan langkah lalu kembali menatap pada Anna yang cemas.“Kita hanya mau makan malam, tidak akan membuat orang berburuk sangka,” balas Kai dengan tenang, “sekarang ber
Saat sore hari, Mila berada di rumahnya sedang sangat senang karena menerima kiriman uang dari Anna. Dia beberapa kali menghubungi Nindy, tapi putrinya itu tidak membalas panggilannya.“Ke mana dia? Kalau marah pasti kabur,” gerutu Mila.Mila terlalu menyayangi Nindy, sehingga putrinya itu manja meski sudah tahu kalau keluarga mereka tidak mampu.Saat Mila masih memikirkan ke mana putrinya pergi, ternyata Nindy pulang membawa banyak paper bag di kedua tangannya. Seketika Mila melongo, kenapa putrinya belanja banyak barang. “Dari mana kamu dapat uang buat belanja sebanyak itu?” tanya Mila agak syok.Nindy menatap pada Mila, lalu membalas, “Ibu tidak usah tahu, yang penting aku puas karena bisa belanja. Mana dapat barang-barang bagus juga.”Nindy meletakkan barang-barang yang dibelinya di atas sofa, rata-rata dia membeli tas, sepatu, dan pakaian.Mila sangat syok. Dia memandangi paper bag itu lalu beralih menatap pada putrinya.“Jangan bilang kamu jadi simpanan pria kaya, makanya bisa
Kai sudah sampai di perusahaan. Dia langsung pergi ke ruang kerjanya dan melihat Anna yang sedang merapikan meja.“Kamu sudah kembali,” sapa Anna.Kai memperhatikan Anna. Istrinya itu bersikap biasa seperti tidak terjadi sesuatu. Kai berjalan menghampiri Anna yang berdiri di dekat meja.“Apa terjadi sesuatu saat aku pergi?” tanya Kai saat sudah berdiri di hadapan Anna.“Semua berjalan dengan lancar, tidak ada masalah apa pun,” ucap Anna lalu memandang meja, memastikan tidak ada yang berantakan atau Kai akan marah.Kai menatap tidak senang. Ekspresi wajahnya memperlihatkan ketidakpuasannya pada jawaban Anna yang tidak jujur akan masalah yang sebenarnya sedang terjadi.Bukankah wajar jika Kai kesal, mengingat Anna bisa dengan mudah bercerita dan meminjam uang pada Tian, tapi tidak bisa bercerita kepadanya dan malah menutupi.“Apa kamu tidak pernah percaya padaku?” tanya Kai dengan tatapan menyelidik.Anna terkesiap. Dia memandang Kai yang memasang wajah tak senang. Dia bingung, kenapa K