Terima kasih yang sudah membaca buku terbaru saya. Jangan lupa tinggalkan komentarnya, terima kasih lagi
Anna tidak tenang seharian. Apalagi Kai pergi bersama Queen setelah wanita itu datang ke rumah. Anna semakin berpikir dengan keras, demi keberlangsungan hidupnya di masa depan, Anna sepertinya memang tetap harus bekerja.Ya, dia harus berani menentang keputusan Kai yang melarangnya bekerja. Lagi pula, tidak ada yang bisa menjamin kehidupannya kelak setelah berpisah dari Kai, kan?Anna menunggu Kai pulang hingga sore hari. Tepat pukul lima sore, akhirnya pria itu pulang ke rumah.“Anda sudah pulang.” Anna tiba-tiba muncul di hadapan kai.Kai terkejut. Dia sampai mengerutkan alis karena Anna muncul tiba-tiba seperti itu.Kai hanya menatap datar. Dia ingin melangkah ke kamarnya, tapi Anna kembali menghadang.“Tuan, ada yang mau aku bicarakan,” ucap Anna.Kai memperhatikan Anna, apa wanita ini mau membahas soal kejadian pagi tadi.Kai tidak menjawab, tapi berbalik arah menuju ke ruang kerjanya.Anna pun mengikuti, diamnya Kai dianggap jika pria itu setuju bicara dengannya.“Apa yang mau k
Melihat tatapan Kai yang tajam, membuat Anna menelan ludah lagi. Namun, Anna juga harus berani mengungkap keinginannya. “Aku ingin bekerja lagi. Aku sepertinya tidak bisa jika harus berhenti bekerja,” ucap Anna menyampaikan keinginannya.Kai menatap datar.“Apa uang di kartu yang kuberikan kurang?” tanya Kai.Anna terkesiap. “Ti-tidak kurang, hanya saja aku merasa jika tak bisa bergantung hanya dengan uang darimu. Aku bukan hanya butuh uang, tapi juga butuh berinteraksi dengan orang di luar sana seperti yang biasa aku lakukan. Aku tidak bisa terus-menerus di rumah.” Anna benar-benar menggunakan seluruh keberaniannya untuk bicara pada Kai.Kai diam menatap pada Anna. Dia sudah memberikan kemudahan untuk Anna, tapi kenapa Anna malah ingin bekerja?“Kamu ingin bekerja?” tanya Kai memastikan.“Iya,” jawab Anna penuh percaya diri.“Mulai besok jadi asistenku.” Setelah mengatakan itu, Kai membalikkan badan lagi untuk meninggalkan ruang kerjanya.Anna sangat syok, kenapa malah diminta menj
Anna terdiam. Dia tidak berani bicara meski hanya sepatah kata semenjak kejadian tadi di ruang ganti Kai. Sejujurnya Anna malu karena tak sengaja memuji ketampanan pria itu.Mereka sudah berada di meja makan, tapi tidak ada aktivitas sarapan sama sekali, sampai Anna mendengar suara dehaman dari Kai.“Siapa yang masak?” tanya Kai karena penampilan makanan yang dihidangkan tampak asing.Anna langsung tersadar, lalu menjawab, “Aku, karena merasa jika Anda sesekali harus merasakan masakanku.”Kai menatap makanan di meja dengan agak ragu. Dia lalu melirik Anna yang masih menatapnya dengan senyum bodoh di wajah.Kai membuka piring, saat akan mengambil lauk, Anna dengan sigap mengambilkan.“Cobalah, jika tak sesuai dengan lidah Anda, nanti aku akan belajar lagi,” ucap Anna penuh semangat.Kai merasa ada yang aneh. Dia meletakkan alat makan, lalu menyangga dagu dengan punggung tangan, di mana kedua sikunya bertumpu di meja.“Kamu menginginkan sesuatu?” tanya Kai menebak.Anna langsung menatap
Anna membuatkan kopi untuk Kai, lalu meletakkan di meja.“Aku harus melakukan apa lagi?” tanya Anna bingung.Kai memandang pada Anna. Dia berpikir, lalu menjawab, “Urutkan berkas ini berdasarkan tanggalnya.”Kai menepuk tumpukan stopmap di mejanya.Anna memandang tumpukan berkas itu. Dia segera mengambil semuanya untuk dipindah ke meja tamu, agar bisa segera menyusun seperti yang Kai katakan.Anna duduk di sofa itu, lalu mulai memilah berkas sesuai dengan yang Kai perintahkan.Kai melirik pada Anna yang sedang fokus memilah berkas. Wanita itu terlihat sangat serius, sampai membuat Kai tak melepas pandangan dari Anna.Anna sedang memilah, lalu tanpa sadar menoleh pada Kai. Saat itu Anna menyadari kalau Kai menatap padanya. “Anda membutuhkan yang lain?” tanya Anna.Kai terkesiap. Dia langsung berdeham.“Tidak, aku hanya ingin memastikan kamu tidak salah pilah,” ucap Kai salah tingkah.“Oh, kalau hanya memilah begini, aku bisa. Gimana-gimana juga dulu aku sekolah di jurusan akutansi,” u
Kai dan Anna langsung pergi setelah makan siang. Sepanjang makan, Anna hanya diam apalagi Rachel terus mengajak bicara Kai seperti mereka memang sangat akrab. Hal itu membuat Anna tidak nyaman, dia merasa seperti menjadi orang ketiga di antara Kai dan Rachel.“Siapa yang menyuruhmu menyebut sebagai asisten?”Anna terkejut mendengar pertanyaan Kai. Dia menoleh pada Kai yang duduk di sampingnya.“Aku memang asisten Anda, kan? Lagi pula, Anda menikah hanya untuk membantuku, jadi kurasa pernikahan ini tidak perlu dipublikasikan, jangan sampai orang-orang berpandangan buruk tentang Anda,” ucap Anna menjelaskan.Kai menatap pada Anna. Tatapan matanya berbeda, seperti ada rasa kesal dan marah.Anna takut, tapi tidak berani bicara lagi. Dia akhirnya diam menunduk dan Kai pun tidak bicara lagi.Setelah makan siang, Kai tidak bicara lagi pada Anna. Bahkan Anna sampai bingung karena selama di ruang kerja, Kai tidak memerintahnya atau yang lain, membuat Anna hanya bisa melakukan kesibukan seperti
“Ada apa sampai kamu ikut pulang ke apartemenku?” tanya Queen seraya menyajikan secangkir kopi untuk sang kakak.Kai tidak menjawab. Dia memilih mencicipi kopi yang baru saja disajikan.Queen memperhatikan sikap sang kakak, lalu berkata, “Apa kamu ke sini karena sedang marah pada istrimu? Kamu tidak mungkin ke sini jika tak ada masalah apa pun.”Queen mencoba menebak karena tahu kebiasaan sang kakak.“Tidak ada,” jawab Kai seraya meletakkan cangkir kembali di meja.“Tidak ada tapi kenapa ke sini?” Queen mencebik kesal pada Kai.“Kalian bertengkar?” tanya Queen tetap memaksa ingin tahu.Kai menghela napas kasar seraya melirik pada Queen, lalu menyandarkan punggungnya.“Aku hanya tidak senang karena dia tidak mengakuiku sebagai suami,” ucap Kai.Queen langsung mengerutkan alis.“Tunggu!” Queen mencoba mencerna yang terjadi.“Kamu sendiri yang bilang kalau kalian menikah kontrak. Bahkan kamu masih menyembunyikannya dari Mami dan Papi. Ya, wajar misal dia pun menyembunyikan statusnya dari
Kai sangat syok melihat Anna berpakaian seksi ada di atas ranjangnya. Dia bergeming di tempatnya.“Apa yang sedang kamu lakukan?” tanya Kai.Anna turun dari ranjang. Dia sudah memakai baju tidur berbahan tipis yang tersedia di kamarnya, lalu menggunakannya untuk menggoda Kai.Anna sebenarnya tidak yakin Kai akan pulang malam ini, dia merasa beruntung karena pria itu pulang.Anna berjalan menghampiri Kai, lalu berdiri berhadapan dengan pria itu.“Aku hanya mau menyelesaikan urusan kita,” ucap Anna.Kai mengerutkan dahi. Penampilan Anna sangat berbeda, bahkan aroma parfum tercium begitu kuat di indera penciumannya. Apa Anna menggodanya? Apa dia benar-benar ahli dalam hal ini? Dan, mungkinkah tebakan Queen benar. Tidak, Kai yakin ada penjelasan dari sikap Anna.Anna mengulurkan tangan, lalu menyentuh tepian jas Kai.“Anda bilang butuh anak dariku, kan? Jika begitu, kita harus tidur bersama, kan? Jika Anda saja tidak pernah menyentuhku bagaimana bisa aku memberi anak untuk Anda dan istri
Keesokan harinya. Anna sibuk di ruang makan menyiapkan sarapan untuk Kai. Dia bersikap seperti biasa seolah tidak terjadi sesuatu sama sekali malam tadi.Kai melihat Anna yang baru saja selesai menyajikan hidangan di meja. Dia tidak bicara dan memilih segera duduk di kursinya.Sama halnya dengan Kai, Anna juga tidak bicara atau bertanya, sehingga keduanya sama-sama diam dan membuat ruang makan itu terasa begitu hening dan dingin, hanya ada suara sendok dan garpu beradu dengan piring.Anna berpakaian rapi. Dia tetap akan bekerja seperti biasa meski masih kesal pada sikap Kai semalam.Kai hanya melirik pada Anna yang sedang sarapan dengan tenang. Dia tidak berkata apa-apa dan memilih segera menghabiskan secangkir kopi buatan Anna.Setelah sarapan, mereka pergi ke perusahaan. Keduanya masih saja diam, selama dalam perjalanan menuju perusahaan, tidak ada sepatah kata pun yang mereka keluarga dari bibir.“Selamat pagi, Pak.” Tian menyapa Kai.Namun, ada yang aneh. Tian menyadari kalau Kai
Anna dan Kai pergi ke perusahaan milik Reino. Mereka di mobil yang terparkir di seberang jalan perusahaan, mengamati aktivitas yang terjadi di luar perusahaan itu.“Kamu benar-benar mau menemui Alex?” tanya Kai memastikan. Dia menatap Anna yang duduk di kursi samping kemudi.Anna tak langsung menjawab. Dia masih mengamati tempat itu.“Mau tidak mau, aku harus menemuinya, Kai.” Anna akhirnya bicara, tatapannya sudah beralih ke suaminya itu. “Aku tidak mau harta mereka, aku hanya ingin hakku sebagai anak.”Kai selalu yakin kalau Anna tidak matrealistis. Kai mendukung keinginan Anna itu.“Aku akan menemanimu menemuinya,” kata Kai.Anna menggeleng. “Ini urusan keluarga, aku akan menghadapinya sendiri.”“Kamu yakin?” tanya Kai memastikan. Takut kalau terjadi sesuatu pada Anna jika tak berada dalam pengawasannya.Anna mengangguk mantap. “Aku bisa mengatasinya.”Kai ragu, tapi karena Anna memaksa pergi sendiri, akhirnya Kai mengizinkan tapi tetap mengawasi.Anna turun dari mobil. Dia berjala
Saat siang hari. Pelayan Fransisca memanggil Anna dan Kai untuk bergabung di ruang makan.Anna dan Kai mengikuti langkah pelayan itu sampai mereka tiba di ruang makan. Fransisca sudah menunggu mereka dan tersenyum melihat kedatangan Anna dan Kai.“Ayo, duduklah. Kita makan siang dulu,” ajak Fransisca mempersilakan.Anna mengangguk. Dia duduk bersama Kai lalu pelayan mulai melayani mereka.“Aku tidak tahu makanan kesukaanmu, jadi aku harap kamu tidak kecewa dengan menu yang disajikan,” ucap Fransisca sebelum memulai makan siang.Anna menggeleng pelan. “Aku tidak pilih-pilih makanan, Bi.”“Baguslah.” Fransisca terlihat senang.Mereka makan siang bersama, tidak ada pembahasan apa pun saat di meja makan. Anna juga tidak berani membuka pertanyaan karena takut menyinggung.Setelah makan, Fransisca mengajak Anna dan Kai duduk di ruang keluarga.Anna masih menunggu sampai Fransisca memulai pembicaraan.“Aku bertemu mamamu sekali saja setelah dia dipindah ke sini. Setelahnya aku tidak tahu bag
Keesokan harinya. Anna dan Kai naik pesawat penerbangan pagi menuju kota tempat Stefanie tinggal. Anna duduk di dekat jendela sambil memandang ke luar pesawat yang masih menunggu lepas landas.Kai melihat Anna yang hanya diam. Dia meraih telapak tangan Anna, lalu meletakkannya di pangkuan.“Memikirkan apa?” tanya Kai saat Anna menoleh padanya.Anna menggeleng pelan. “Entahlah, banyak sekali yang memenuhi kepalaku sekarang. Rasanya seperti mau meledak.”Kai mengusap lembut rambut Anna. Menghadapi masalah keluarga memang lebih berat daripada masalah perusahaan, tentu Kai memahami posisi Anna saat ini.“Kita berusaha menemui mamamu, tapi apa pun hasilnya nanti, kuharap kamu jangan bersedih berkepanjangan,” kata Kai tidak ingin Anna terlalu kecewa.Anna mengangguk pelan. “Aku hanya mau memastikan Mama baik-baik saja, bisa melihatnya sekali saja untuk mengobati rindu, setelahnya aku pasrah walau aku masih berharap bisa bersama Mama lagi.”“Aku tahu,” balas Kai, “tapi semua di luar kehendak
Kai sangat mencemaskan kondisi Anna, apalagi wajah Anna memang sangat pucat.“Ayo ke rumah sakit,” ajak Kai sambil menggenggam telapak tangan Anna.Anna menatap Kai yang panik, dia mencoba tersenyum untuk menenangkan.“Tidak usah, lagian ini pusing biasa. IGD tidak menerima pasien yang hanya masuk angin,” seloroh Anna diakhiri tawa kecil meski wajahnya pucat.Kai menatap tak senang karena Anna menyepelekan kondisi kesehatan.“Masuk angin pun, kalau salah penanganan, bisa membahayakan, paham.” Kai kukuh ingin membawa Anna ke rumah sakit.Anna menatap dalam pada suaminya, dia mencoba memahami kecemasan yang sedang Kai rasakan.Anna tersenyum kecil. “Begini saja, kalau besok pagi kondisiku masih kurang baik, kita ke rumah sakit, ya.”Kai menatap ragu, tapi karena Anna tidak mau pergi sekarang, dia akhirnya mengalah,“Baiklah, kalau nanti malam kamu merasa sakit, kita harus pergi memeriksakannya,” ucap Kai mengalah.Anna mengangguk-anggukkan kepala.“Aku mau mandi dulu,” kata Anna siap be
Saat sore hari. Anna dan Kai pergi ke kantor polisi setelah mendapat informasi soal penetapan tersangka pada Justin.Anna sangat syok, dia tak menyangka Justin benar-benar terlibat kasus yang menjerat Rachel.Anna dan Kai sudah menunggu di ruang kunjungan, lalu beberapa saat kemudian Justin masuk ruang kunjungan dengan kedua tangan terborgol.Justin tersenyum pada Anna, lalu duduk berhadapan dengan Anna tapi tak bersikap ramah pada Kai.“Kamu benar-benar terlibat?” tanya Anna tak menyangka.Justin tersenyum tipis. “Aku sudah janji akan menjawab jujur, aku hanya berusaha jujur.”“Aku tidak terkejut,” ucap Kai.“Aku tidak meminta pendapatmu,” balas Justin ketus, “aku hanya berusaha menepati janjiku pada Anna.”Kai kesal. Dia menatap tajam pada Justin, apa Justin menyukai Anna?Anna benar-benar masih tak percaya, dia benar-benar tidak pernah membayangkan jika Justin benar-benar terlibat.“Bagaimana bisa?” tanya Anna meminta penjelasan.Justin mengalihkan pandangan dari Kai pada Anna. Dia
“Tunggu.” Anna mencegah Justin yang mau ikut polisi.Justin menghentikan langkah. Lalu membalikkan badan ke arah Anna begitu juga dengan polisi.“Ada apa?” tanya Justin sambil menatap Anna. Tatapan matanya memperlihatkan jika dia tak marah sama sekali pada Anna.Anna menghampiri Justin, dia berdiri tepat di hadapan atasannya itu.“Aku tidak tahu kamu bersalah atau bukan, aku hanya berharap kamu tidak terlibat karena meski mungkin kamu membenciku karena suamiku, tapi aku menganggapmu pria baik,” ucap Anna.Anna hanya tak ingin menambah musuh. Jika bisa dicegah dengan sikap baik, maka Anna akan berusaha meminimalisir kemungkinan Justin membencinya dan Kai.Justin tersenyum getir, dia tak menyangka jika Anna menganggapnya baik padahal awalnya Justin ingin memanfaatkan Anna.“Aku akan bicara jujur menjawab semua pertanyaan polisi,” ucap Justin, “terima kasih sudah memercayaiku,” imbuhnya.Anna mengangguk, lalu dia membiarkan Justin pergi dengan polisi.Semua staff di sana berdiri karena t
Di kota tempat Stefanie tinggal. Dia masih dirawat di rumah sakit yang dijaga ketat oleh beberapa bodyguard. Bahkan Reino dibuat tak bisa keluar masuk sembarangan, Reino ikut dipantau oleh pengawal bayaran Abraham.“Apa kamu anggap mamamu ini sebagai tahanan, Alex? Bagaimana bisa kamu memperlakukanku seperti ini?” Stefanie menatap datar pada Alex.Stefanie terkejut saat mengetahui kalau sudah dipindah kota saat pertama kali membuka mata. Bahkan saat dia menanyakan keberadaan dan kabar Anna, Alex langsung membentaknya.“Ini demi kesembuhan Mama, sebaiknya Mama nurut apa kata dokter agar pemulihan kesehatan Mama lebih cepat,” ucap Alex dengan tenang.Stefanie benar-benar tidak tahu, kenapa Alex berbuat demikian.“Apa kamu bahagia melihat mama terkurung di sini seperti orang yang sedang dihukum?” tanya Stefanie dengan tatapan dingin pada Alex.Alex tetap tenang. Dia membuka penutup tempat makanan milik Stefanie, lalu mengambil sendok.“Makanlah dulu,” kata Alex.Stefanie benar-benar tak
Kai pergi ke perusahaan Frederic setelah mengurus pekerjaan di perusahaan. Kedatangannya di sana tentu membuat semua orang heboh, apalagi semua orang sudah tahu kalau Kai yang membuat Rachel menjadi buronan.“Pak Frederic di ruangannya?” tanya Kai saat staff resepsionis menghampirinya.“Ada, Pak. Apa perlu saya hubungi dulu agar Pak Frederic tahu jika Anda datang? Anda belum membuat janji, bukan?” tanya resepsionis itu takut-takut.Kai tak menjawab. Dia mengayunkan langkah begitu saja menuju lift diikuti Tian di belakangnya.Kai dan Tian menuju lantai tempat ruangan Frederic berada. Dia tak mau membuang kesempatan menemui pria itu, Kai harus memastikan Frederic tidak berulah seperti Rachel.Saat sampai di lantai tempat ruangan Frederic berada, asisten pribadi Frederic langsung menghampiri.“Anda mau bertemu Pak Frederic?” tanya asisten itu.Kai hanya memberikan tatapan dingin.“Biarkan Pak Kai masuk,” ucap Tian seraya memberi isyarat agar asisten Frederic tidak mencegah.Pria paruh ba
Anna pergi menjemput Nindy di apartemen, setelahnya mereka pergi ke kantor polisi untuk menemui Mila.“Nindy.” Mila langsung memeluk saat bisa melihat putrinya itu lagi.“Ibu baik-baik saja di sini, kan? Tidak ada yang jahat di dalam, kan?” tanya Nindy begitu lega akhirnya bisa melihat sang ibu.“Iya, ibu tidak apa-apa. Tidak ada yang jahat,” ucap Mila seraya melepas pelukan agar bisa menatap pada Nindy.Anna hanya diam memandang Mila dan Nindy. Jika dibilang iri, ya kali ini Anna iri. Meski Mila jahat, tapi Mila sangat menyayangi Nindy. Dia iri karena Nindy mendapat kasih sayang begitu melimpah dari Mila terlepas dari semua sikap jahat keduanya.Anna tiba-tiba teringat Stefanie. Bagaimana kabar sang mama sekarang? Apakah sudah sadar? Apakah mendapatkan perawatan yang baik?Tanpa Anna duga, Mila dan Nindy menatap bersamaan pada Anna.Mila dan Nindy saling tatap sejenak, lalu Nindy berbisik kalau Anna sedih sebab ibu kandungnya tertusuk karena berusaha menyelamatkan Anna dari Rachel.M