Dijual Ibu Tiri

"Bu, kenapa mengajakku ke sini?" Anna menatap panik saat Mila—ibu tiri Anna, memaksanya pergi ke salah satu kamar di sebuah hotel.

Ayahnya baru meninggal satu Minggu yang lalu, tapi ibu tirinya tiba-tiba mengajak Anna ke hotel, tentu saja hal ini membuat Anna takut.

"Utang untuk biaya ayahmu waktu berobat sangat besar. Aku tidak sanggup bayar, jadi sebagai anak, kamu harus membayarnya."

Tunggu, apa maksudnya membayar? Tapi kenapa di hotel?

Annalise Lindsey berumur 29 tahun, sejak kecil dia tumbuh bersama mendiang ayahnya. Lima belas tahun lalu sang ayah menikah dengan janda anak satu setelah lama hidup hanya berdua dengan Anna, lalu tiga tahun lalu sang ayah mengidap kanker usus yang mengharuskan ayahnya menjalani pengobatan hingga menghabiskan banyak biaya, meski akhirnya tujuh hari lalu sang ayah meninggal.

"Tapi kenapa di sini?" Anna bingung.

"Sudah, tidak usah banyak bicara! Ada pria yang mau membayarmu, jadi lakukan saja tugasmu di dalam sana!”

Anna benar-benar sangat tidak menyangka ibu tirinya sangat kejam menjualnya. Belum juga Anna membantah, dia sudah didorong masuk kamar hotel itu. Bahkan pintu kamar itu langsung tertutup rapat, Anna ingin membukanya tapi sepertinya ditahan dari luar.

“Bu, jangan lakukan ini!” Anna mencoba menarik pintu itu agar terbuka, tapi tidak berhasil.

Anna panik dan takut. Saat dia masih berusaha membuka pintu, tiba-tiba terdengar suara pria dari arah belakang punggungnya.

“Wah, ternyata kamu memang punya tubuh yang bagus, sesuai dengan yang wanita itu katakan.”

Anna membalikkan badan. Dia melihat pria tua berbadan gempal menatap rakus padanya.

“Aku mau keluar dari sini,” ucap Anna dengan bibir bergetar.

“Keluar? Kenapa terburu-buru?” tanya pria tua itu seraya melangkah maju menghampiri Anna.

Anna benar-benar panik dan ketakutan. Kenapa ibunya memperlakukannya seperti ini, sedangkan Anna selalu menuruti semua perintah wanita itu?

“Kita belum bersenang-senang, jadi jangan pergi. Ayo, layani aku dulu, nanti kamu bisa pulang dengan uang banyak kalau aku puas.” Pria itu tiba-tiba menarik tangan Anna, lalu mengajaknya masuk ke arah ranjang.

Anna semakin panik. Dia mencoba melepas genggaman tangan pria itu.

“Kamu masih perawan, kan? Kalau benar, aku akan membayarmu dua kali lipat.”

Bola mata Anna membulat sempurna. Jadi, dia benar-benar dijual.

“Tidak!” Anna menarik kasar tangannya dari genggaman pria itu.

Pria itu menoleh dengan tatapan tak senang karena suara bentakkan dari Anna.

“Wanita itu sudah mendapat uang muka, kamu berani menolakku, hah!” hardik pria itu.

Anna panik, tapi dia berusaha untuk tenang dan kuat.

“Maaf, tapi aku tidak bisa. Aku bukan barang yang bisa dijual seenaknya,” ucap Anna membela harga dirinya.

Pria itu tersenyum miring.

“Miskin saja banyak bicara.” Pria itu tiba-tiba menampar Anna.

Anna memegangi pipi yang terasa panas. Saat dirinya belum merespon perbuatan pria itu, tangannya sudah kembali ditarik lalu tubuhnya didorong ke ranjang.

“Kamu sudah di sini dan aku sudah membayarmu, jadi layani aku!” Pria itu bicara sambil melepas sabuk celananya.

Anna sangat panik dan takut. Apalagi pria di depannya kini sedang melepas pakaian. Dia bangun untuk kabur, tetapi pria itu menahannya, bahkan kini mengurungnya di bawah tubuh pria itu.

“Aku suka wanita yang suka memberontak sepertimu. Rasanya aku semakin tertantang. Coba lihat, sampai mana kamu bisa bertahan, hm.”

Anna melihat tatapan buas pria itu. Ekspresi wajah pria itu sangat menjijikkan saat menatap pada Anna.

Anna bukan wanita panggilan seperti ini. Tidak bisa, dia tidak bisa menyerahkan mahkotanya begitu saja pada pria hidung belang ini.

“Ayo, layani aku.” Pria itu menarik kasar baju yang dipakai Anna, sampai-sampai bagian dada bajunya robek.

Anna sangat syok dan ketakutan. Dia berusaha menghindar saat pria itu hendak menciumnya. Sekuat tenaga melawan meski kedua tangannya dicengkram kuat pria itu di atas kepala.

“Tidak! Lepas!” teriak Anna.

Anna terus memberontak, membuat pria di atas tubuhnya malah semakin ganas ingin menyentuh tubuhnya. Saat itu, satu tangan terlepas dari cengkraman, Anna mencoba menggapai ke nakas dan berhasil meraih vas bunga. Dia langsung menghantamkan vas itu ke kepala pria hidung belang itu.

“Agh! Sialan kamu!” pekik pria itu.

Anna segera bangun saat melihat pria itu kesakitan. Sambil memegangi baju bagian depannya yang terbuka, Anna berusaha kabur dari kamar itu. Beruntungnya pintu kamar itu bisa dibuka.

“Mau ke mana kamu! Jangan kabur!” teriak pria itu sambil memegangi kepala yang berdarah karena dihantam vas bunga.

Anna berlari menuju lift. Dia menekan tombol di lift agar segera terbuka dan dia bisa kabur.

“Jangan lari kamu!”

Anna menoleh dan melihat pria tadi mengejarnya. Anna semakin panik dan terus menekan tombol lift agar pintunya mau terbuka. Jangan sampai dia ditangkap pria itu.

Saat pintu lift terbuka. Anna melihat seorang pria berwajah dingin berdiri menatapnya tajam. Dia menoleh ke belakang, melihat pria tua tadi semakin dekat, membuat Anna panik.

“Tuan, tolong aku!”