Anna sangat terkejut. Istri kontrak, kenapa Kai memintanya menjadi istri kontrak?
“Kenapa Anda ingin aku menjadi istri kontrak?” tanya Anna memastikan. Mungkinkah Kai hanya ingin ada yang memuaskan di atas ranjang, tanpa ada ikatan cinta tapi tetap sah di pandangan orang lain? Bisa saja begitu, mengingat Kai sepertinya bukan orang biasa.
Anna melihat Kai menatapnya datar, membuat Anna memegang jas yang tersemat di pundaknya semakin erat, takut jika pria itu tiba-tiba menerkamnya.
“Apa kamu pikir punya hak bertanya? Satu lagi, jika kamu menolak, maka kukembalikan kamu pada pria tua itu.”
Anna sangat panik. Dia harus bagaimana? Kalau Anna menolak permintaan Kai, maka dia harus melayani pria hidung belang tadi, lalu bagaimana dengan nasibnya setelah itu? Bagaimana juga pandangan Alvian–kekasih Anna, jika tahu dia sudah tidak perawan karena dijual ibu tirinya, tapi jika dia menjadi istri kontrak Kai, tetap saja dia mungkin tidak akan perawan lagi setelahnya. Apa yang harus Anna lakukan?
“Kamu tidak berhak berpikir atau mengajukan syarat. Jika tidak mau, aku akan memanggil pria itu lagi. Kamu bukan tanggung jawabku,” ancam Kai seraya memutar tubuh untuk melangkah pergi.
Anna sangat panik. Dia langsung menahan lengan Kai, membuat pria itu menghentikan langkah. Anna tidak punya pilihan, meskipun dia berhasil kabur, ibu tirinya pasti akan menjualnya lagi kalau Anna pulang.
“Tunggu!” Anna menahan lengan Kai seraya menatap panik pada pria itu.
Kai menoleh pada Anna, ekspresi wajah datar dan dinginnya memang membuat siapa pun akan panik dan cemas sepanjang waktu.
“Ba-baik, hanya dua tahun, kan?” tanya Anna memastikan.
Setelah Anna mengatakan itu, Kai menerima sebuah pesan. Pria itu tak langsung menjawab pertanyaan Anna, tapi memilih membaca pesan dari pria tadi yang meminta 500 juta untuk membayar Anna.
Anna melepas lengan Kai yang terlihat serius. Pria itu mengetik pesan, lalu setelahnya kembali menatap pada Anna.
“Kamu pikir bisa mengganti uang ini dalam satu minggu?” Kai memperlihatkan nominal uang yang baru saja ditransfernya ke pria hidung belang tadi.
Anna menelan ludah. Dia benar-benar tidak punya pilihan, bahkan menjual diri pun tidak akan membuatnya mendapatkan uang sebesar itu.
“Kamu sudah sepakat, utangmu lunas setelah dua tahun. Mulai malam ini, kamu harus tinggal di rumahku.” Kai bicara tanpa membuat pilihan untuk Anna, karena dia mau Anna menuruti semua perintahnya.
Anna kembali terkejut, dia ingin membantah tapi urung saat melihat tatapan datar Kai. Akhirnya dia hanya bisa tertunduk lesu, pasrah. Mungkin memang harus begini nasibnya.
“Tapi, aku ingin mengambil barang-barang pribadiku di rumah lebih dulu,” ucap Anna ragu-ragu jika permintaannya akan diterima.
“Ayo!”
Anna menatap pada Kai, tidak menyangka pria itu mengabulkan keinginannya.
Anna pergi bersama Kai diantar sopir pribadi pria itu. Sepanjang jalan menuju rumahnya, Anna hanya tertunduk seraya meremas jemarinya berulang kali. Dia memikirkan, bagaimana nasibnya setelah menjadi istri kontrak Kai, apakah dia akan diperlakukan layaknya istri atau seperti budak pemuas nafsu saja?
Mobil itu akhirnya sampai di tepi jalan depan rumah sederhana milik ayah Anna.
Anna membuka seatbelt, tapi sebelum turun, suara Kai membuat Anna berhenti membuka pintu mobil.
“Jangan berpikir kabur atau kamu akan menyesal!” ancam Kai.
Anna menatap pada Kai yang bicara tanpa memandangnya. Dia mengangguk sambil membalas, “Iya, aku tahu.”
Anna turun dari mobil. Dia berjalan menuju rumahnya dengan perasaan cemas, takut jika ibu tirinya mengamuknya.
Saat akan membuka pintu, Anna mendengar suara tawa sang ibu dan kakak tirinya. Mereka sepertinya sangat bahagia, padahal Anna harus berjuang mati-matian melawan pria yang hampir memperkosanya.
Air mata tiba-tiba luruh dari kelopak mata. Dia sakit hati dan sedih, kenapa nasibnya begini, bagaimana bisa ibu tirinya sangat tega padanya. Mungkin menerima menjadi istri kontrak bukanlah hal buruk, daripada dia harus terus dimanfaatkan ibu tirinya.
Anna menyeka air mata, lalu membuka pintu tanpa mengetuk.
Mila dan Nindy–kakak tiri Anna, sangat terkejut melihat Anna sudah pulang, apalagi Anna memakai jas pria.
“Kenapa kamu sudah pulang, hah? Kamu kabur!” Mila berdiri dan langsung mengamuk Anna.
Anna memalingkan muka dari Mila, tak sudi memandang wanita yang mengaku sebagai ibu tapi tega menjualnya.
“Jawab Anna! Kamu tidak punya mulut!” bentak Mila emosi.
Anna masih tak menjawab, membuat Mila semakin murka. Dia menghampiri Anna dengan cepat, lalu menarik tangan Anna dan mencengkramnya erat.
“Bagaimana bisa kamu kabur, hah?! Kamu mau mencelakai kami semua!”
“Dasar tidak berguna! Sana kembali ke hotel, kamu harus melayani pria itu agar diberi uang sisa pembayarannya!” Mila menarik tangan Anna, ingin membawa anak tirinya itu ke hotel lagi.
“Aku tidak mau! Aku tidak mau dijual!” Anna memberontak. Dia melepas paksa tangannya dari cengkraman Mila.
“Beraninya kamu!” Mila melayangkan tamparan di pipi Anna.
Anna sangat syok. Dia memegangi pipinya yang terasa panas.
“Harusnya kamu seneng dibayar mahal. Pelacur saja tidak akan dibayar sebanyak itu, kamu ini bodoh!” maki Nindy.
Bola mata Anna membulat meski ada tetes air menggenang di sana. Pelacur, apa dia serendah itu.
“Aku bukan pelacur, aku tidak mau melayani siapa pun!” hardik Anna melawan.
“Terserah, tapi aku tidak mau mengembalikan uang yang sudah pria itu beri. Kalau kamu tidak mau melayaninya, ya kamu sana yang ganti,” ujar Nindy karena uang yang diberikan akan digunakannya untuk shopping.
Anna benar-benar tak menyangka. Jadi, utang ayahnya hanya dalih agar ibu dan kakak tirinya bisa bersenang-senang.
“Kamu kabur ke sini hanya akan menambah masalah saja. Kami tidak akan mengembalikan uang yang sudah kami terima, lebih baik kamu kembali ke hotel. Siapa tahu pria tua itu puas lalu menjadikanmu sugar baby, bukankah hidupmu akan terjamin kalau kamu mau terus melayani pria tua itu.” Mila tersenyum miring setelah bicara.
Anna sangat syok. Dia benar-benar tak habis pikir dengan ibu tirinya itu, selama ini dia ikut mencukupi kebutuhan Mila, tapi kenapa Mila memperlakukannya seperti ini? Apa dia sebagai anak tiri tidak pernah berbakti?
Saat Mila dan Nindy terus memaki Anna, Kai masuk rumah itu hingga membuat Mila dan Nindy terkejut.
Anna terkesiap karena Kai ikut masuk.
“Siapa kamu?” tanya Mila dengan tatapan memicing.
Anna benar-benar tak menyangka Kai masuk ke rumah itu. Dia terus menatap pada Kai, sampai pria itu menghampiri lalu berdiri di sampingnya.“Siapa kamu?” tanya Mila dengan tatapan curiga. Dia lalu memperhatikan jas yang dipakai Anna, mungkinkah jas itu milik pria yang baru saja datang ini.“Tunangan Anna.”Anna terkejut, tunggu! Dia belum pernah menyebutkan namanya, dari mana pria ini tahu namanya?“Apa? Tunangan?” Mila tertawa mencibir.“Wah, Anna. Apa kamu membayar orang ini untuk bersandiwara?” tanya Nindy mencibir.Anna diam menahan rasa kesal dan emosi yang bercokol di dada.“Mulai saat ini, Anna akan tinggal bersamaku. Jika kalian berani menyentuhnya apalagi menjualnya lagi, kupastikan kalian akan tinggal di pinggir jalan setelahnya!” ancam Kai dengan tatapan mengintimidasi.Mila dan Nindy sangat terkejut, apalagi tatapan mata Kai begitu menakutkan.Kai menoleh pada Anna, lalu berkata, “Ambil barang pentingmu, tinggalkan pakaian yang kamu miliki. Kamu tidak membutuhkannya di ruma
Anna memandang bangunan di hadapannya. Setelah sarapan, Kai mengajaknya ke KUA, jadi dia benar-benar akan berakhir menjadi istri Kai, meski itu hanya sebuah kontrak pernikahan.“Ayo!” ajak Kai dengan suara dingin.Anna menoleh pada Kai. Dia mengangguk lalu berjalan mengikuti Kai.Anna tidak memiliki saudara kandung, sehingga Kai membayar penghulu untuk menikahkan mereka agar sah secara hukum.Anna tidak banyak bertanya, hanya menjawab saat penghulu bertanya. Dia benar-benar sudah tak ada rasa apa pun, semuanya terasa sama saja baginya. Dia memang mendambakan sebuah cinta dan pernikahan, tapi bukan pernikahan dingin seperti ini.“Kamu sudah resmi menjadi istriku, jadi apa pun yang terjadi, kamu harus mengikuti semua ucapanku, sesuai dengan perjanjian yang kamu sepakati.” Kai menyodorkan surat nikah mereka pada Anna.Anna memandang surat nikah itu, lalu mengambilnya dari tangan Kai.“Iya,” balas Anna lesu.Anna memandangi surat nikah itu. Dia tidak pernah menyangka akan menikah sekilat
Keesokan harinya. Anna keluar dari kamar karena merasa lapar. Dia berjalan menuju dapur, ingin mencari sesuatu yang setidaknya bisa sedikit mengganjal perutnya.Namun, saat baru saja akan menginjakkan kaki di pintu dapur, Anna mendengar dua pelayan di dapur sedang membicarakan tentang dirinya.“Tidak tahu itu, Tuan. Kenapa membawa wanita seperti itu ke rumah? Ya, meski tidak jelek-jelek amat, tapi aku yakin dia itu wanita miskin.”“Betul, mana kayak sok polos begitu. Atau jangan-jangan dia merayu Tuan, makanya Tuan membawanya pulang. Kita tahulah, kalau Tuan itu sangat dingin ke semua orang, apalagi wanita. Ngapain juga tiba-tiba bawa wanita itu.”“Dih, amit-amit. Aku malas sekali jika diminta melayaninya.”Anna masih bergeming mendengarkan semua gunjingan itu. Anna menghela napas pelan, dia hanya ingin hidup tenang dan tidak mau membuat keributan di rumah itu sampai kontrak pernikahannya berakhir.Anna masuk dapur, saat itu dia melihat dua pelayan yang baru saja menggunjingnya langsu
Anna menelan ludah saat menunggu jawaban Kai. Kenapa begitu menakutkan saat melihat tatapan dari pria itu.“Keluar dari pekerjaanmu!” Setelah memberi perintah, Kai berjalan menuruni anak tangga.Anna terkejut. Apa maksudnya itu?“Tunggu! Kenapa aku harus keluar dari pekerjaanku?” tanya Anna memberanikan diri karena jika dia tidak bekerja, lalu bagaimana caranya dia mencukupi kebutuhan hidupnya.Anna melihat Kai hanya diam. Dia tetap mengejar sampai mereka tiba di ruang makan.Anna menatap Kai yang tak membalas sama sekali ucapannya. Memangnya dia tidak berhak bertanya.“Duduk!” perintah Kai.Anna menarik kursi agak jauh dari Kai, lalu duduk di sana.“Duduk di sini!” perintah Kai seraya menatap tajam pada Anna yang duduk jauh darinya.Anna berdiri lagi, lantas berjalan menuju kursi yang Kai maksud. Dia lantas menarik kursi kemudian duduk di sana.“Aku tidak bisa jika harus berhenti bekerja. Aku juga perlu bekerja untuk mencukupi kebutuhanku,” ujar Anna langsung menyampaikan keberatanny
Kai sudah berada di ruang kerjanya. Dia sedang mendengarkan asistennya bicara, tapi sepertinya Kai tidak fokus.“Pak.” Tian–asisten Kai, menatap pada pria itu yang sejak tadi seperti melamun. Bahkan Kai tidak menanggapi perkataannya. “Apa ada masalah, Pak?” tanya Tian.Kai baru sadar dari lamunan, lalu segera membetulkan posisi duduknya.“Tidak ada,” jawab Kai.“Kalau tidak ada masalah di jadwalnya. Saya permisi dulu,” ucap Tian lalu membalikkan badan untuk keluar dari ruangan itu.Tepat setelah Tian berjalan menuju pintu, Kai mendapat pesan dari sopir yang mengantar Anna.[Nona pergi ke sebuah rumah di kawasan perumahan biasa, tapi saya tidak tahu beliau menemui siapa karena saya diminta berhenti agak jauh di rumah itu. Nona bilangnya itu rumah temannya.]Kai mengerutkan alis. Jika memang itu rumah temannya, kenapa tidak mengantar langsung sampai di depan rumah?[Kirim alamatnya.]“Tian!”Tian yang baru saja akan keluar dari ruangan itu, kini kembali berbalik memandang pada Kai.“Iya
Kai sedang sibuk mengecek berkas sebelum menandatangainya. Sebagai seorang direktur utama di perusahaan keluarga, Kai memiliki tanggung jawab besar sejak dua tahun terakhir.Saat Kai masih fokus menandatangani beberapa berkas, dia menerima pesan di ponselnya. Kai sejenak mengalihkan pekerjaan untuk mengecek pesan dari sopir yang mengantar Anna.[Sepertinya terjadi sesuatu pada Nona Anna, Pak. Dia kembali dengan pipi lebam dan sepertinya baru menangis.]Kai membaca pesan itu dengan ekspresi datar. Dia kemudian membuka video rekaman dari kamera di dalam kabin yang dikirimkan oleh sopirnya. Kai diam sejenak melihat video Anna hanya diam di dalam kabin seraya memegangi pipi.Saat Kai masih fokus memperhatikan video itu, terdengar suara ketukan yang membuat Kai mengalihkan pandangan ke pintu.“Masuk!” Kai mempersilakan.Pintu ruangan itu terbuka, terlihat Tian masuk ruangan seraya membawa tablet pintar di tangannya.“Saya sudah mendapatkan nama pemilik alamat itu, Pak.” Tian memberikan tabl
Anna tak berkutik saat Kai menarik tangannya. Dia mengikuti langkah lebar pria itu menuju kamar, jantungnya berdegup cepat, Anna tidak tahu apa yang hendak dilakukan Kai.Anna menelan ludah susah payah saat benar-benar masuk kamar Kai. Dia melihat kamar pria itu tertata rapi. Cat dinding berwarna gelap menunjukkan bagaimana sifat pria itu, dingin dan tertutup.Anna masih mengedarkan pandangan ke seluruh kamar itu, hingga tidak sadar jika dia sekarang sudah sampai di tepian ranjang dan Kai mendudukkannya di sana.Pria itu tak berkata-kata, membuat Anna panik dan bingung sampai meremas tepian ranjang. Dia terus memperhatikan apa yang dilakukan Kai.Anna melihat Kai mengambil sesuatu di laci. Apa yang sekarang digenggam Kai? Bukan sesuatu yang ada di pikiran Anna, kan?Anna masih diam dengan kegugupan yang melanda, sampai Kai duduk di sampingnya lalu mengulurkan tangan ke wajah Anna, membuat Anna secara impulsif sedikit memundurkan kepala.“Berani menghindar dariku!” Suara tegas Kai mem
Keesokan harinya. Alvian masih tidur di kamarnya saat mendengar suara gedoran pintu begitu keras. Pria itu bangun karena terkejut dengan rasa kesal yang bercokol di dada.“Siapa pagi-pagi begini mengganggu tidurku!” gerutu Alvian.Alvian ingin mengabaikan, tapi suara gedoran pintu terus terdengar, membuatnya sampai mengacak-acak rambut lalu akhirnya dia bangun.Alvian keluar dari kamar masih dengan memakai celana pendek dan bertelanjang dada. Dia berjalan menuju pintu untuk melihat siapa yang sudah mengganggu tidurnya.Alvian bersiap mengamuk, tapi urung ketika melihat siapa yang berdiri di depannya.“Bu, ada apa datang ke sini pagi-pagi?” tanya Alvian sopan saat melihat pemilik kontrakan datang ke sana.“Aku menghubungimu tapi tidak kamu respon, jadi aku ke sini untuk mengatakan langsung, merepotkan sekali,” gerutu wanita itu menanggapi pertanyaan Alvian.Alvian mempersilakan wanita itu masuk lebih dulu, lalu menyuguhkan segelas teh..“Apa yang membawa Ibu ke sini?” tanya Alvian.Wani
Anna pergi ke Queen Mall. Dia bertemu dengan Bella dan Anser yang ternyata sudah menunggunya.“Ah … kupikir suamimu tidak jadi mengizinkan datang.” Bella langsung memeluk.“Maaf terlambat, aku menunggu suamiku pergi dulu karena tadi ada keperluan, baru aku berangkat,” ucap Anna karena tak enak hati.“Tidak apa, tidak apa, yang penting kamu di sini. Senangnya kita bisa jalan-jalan,” ucap Bella sangat senang sampai memegang kedua tangan Anna lalu menggoyangkannya.Anna tersenyum manis. Dia selalu senang melihat betapa aktif dan cerianya Bella, membuat suasana hatinya ikut cerah.Anna memandang ke Anser. Pria itu sudah tersenyum sejak dirinya datang. Anna mengangguk sopan pada Anser yang memang lebih tua darinya.“Aku mau nonton bioskop dulu, ayo pergi!” Bella menggandeng tangan Anna dan melupakan keberadaan sang kakak.Anna berjalan mengikuti langkah Bella, sedangkan Anser memilih berjalan di belakang Anna.Mereka pergi ke bioskop. Anna dan Bella membawa minuman juga makanan, sedangkan
Keesokan harinya, Anna sudah berada di ruang makan menyiapkan sarapan seperti biasanya. Namun, saat melihat Kai datang untuk sarapan, Anna tiba-tiba saja merasa canggung.“Pagi,” sapa Kai yang bersikap santai dan lebih hangat dari sebelumnya.Anna sampai terkejut. Dia sempat terdiam beberapa saat sebelum akhirnya membalas sapaan Kai dengan sebuah anggukan.Keduanya mulai sarapan bersama. Anna merasakan sikap Kai yang berbeda, mungkinkah karena pembicaraan mereka semalam.“Aku jadi jalan bersama temanku besok,” kata Anna mengingatkan sekalian meminta izin ulang.Kai menatap pada Anna, lalu membalas, “Pergi saja.”Anna diam sejenak. Tiba-tiba saja dia ingat pertemuannya dengan Rachel. Mungkinkah selagi Anna pergi, Kai akan pergi juga menemui Rachel untuk bermain golf?Anna mencoba menepis rasa penasarannya, bagaimanapun dia tidak berhak tahu. Anna juga tak berani bertanya, sehingga dia memilih hanya diam.Setelah sarapan, Anna dan Kai pergi ke kantor seperti biasa. Meski sikap Kai mengh
Anna masih menatap pada Kai, menuntut balasan untuk menghilangkan rasa penasaran karena Kai seperti mengenalnya sedangkan Anna tidak.“Mungkin kamu lupa, tapi tidak denganku,” ujar Kai.Dahi Anna semakin berkerut halus. “Meski pertama kali bertemu lagi denganmu aku sempat tidak yakin kalau itu kamu, tapi ternyata tebakanku benar,” ujar Kai dengan tatapan terus tertuju pada Anna.Anna semakin bingung. Dia benar-benar tidak paham dengan semua ucapan Kai. Anna mencoba mengingat, tapi dia benar-benar mendapatkan gambaran kapan bertemu Kai sebelum kejadian di hotel.“Entah dulu atau sekarang, aku akan tetap menyukaimu, Anna. Sepertinya takdir memang sengaja mempertemukan kita malam itu di hotel. Malam itu aku juga tidak tahu, kenapa ingin mengecek kondisi hotel dan ternyata malah bertemu denganmu,” ujar Kai lagi.Anna benar-benar syok. Bukan dia tak menghargai perasaan Kai, tapi Anna hanya merasa tak pantas.“Kamu salah jika menyukaiku. Kamu benar-benar bisa mendapatkan wanita yang lebih
Anna keluar dari kamar karena ingin pergi ke dapur mengambil air minum. Dia sudah terlihat mengantuk, hingga beberapa kali tampak mengusap tengkuk.Saat berjalan melewati ruang kerja Kai. Anna melihat pintu ruang kerja Kai tak tertutup rapat, dia juga mendengar suara Kai dari dalam.“Dia belum tidur?” gumam Anna penasaran.Saat Anna mendekat ke pintu ruang kerja Kai, dia mendengar suara Kai menyebut namanya, membuat Anna mematung di depan pintu ruang kerja Kai.Anna mendengar semua apa yang Kai ucapkan, meski Anna tidak tahu dengan siapa pria itu bicara. Dia bergeming, tubuhnya terasa beku mendengar semua yang keluar dari bibir Kai.Hingga saat Kai mengucapkan kalimat terakhir, Anna mendadak panik karena takut Kai tahu kalau dirinya ada di sana.Namun, karena kurang hati-hati, Anna malah menendang meja kecil di samping pintu ruang kerja Kai, membuatnya jatuh ke lantai tapi Anna berusaha untuk tak berteriak meski kakinya sakit.Kai segera mengakhiri panggilan saat mendengar suara terja
Anna kembali ke private room setelah Rachel pergi lebih dulu. Tiba-tiba saja Anna merasa sangat bodoh, bahkan pikirannya kacau dan tubuhnya seperti kehilangan tenaga.Kai masih menunggu Anna. Dia keheranan kenapa Anna sangat lama, saat hendak berdiri untuk mencari Anna, Kai melihat pintu ruangan terbuka.Kai hendak membuka mulut, tapi ternyata Anna sudah lebih dulu bicara.“Apa kita bisa pulang sekarang? Tiba-tiba saja aku merasa tidak enak badan,” ucap Anna saat sudah sampai di hadapan Kai.Kai menatap pada Anna yang memang seperti dalam kondisi kurang baik. Dia mengangguk lalu mengajak Anna pulang. Kai urung membahas soal Queen.Anna berjalan bersama Kai menuju parkiran. Dia tidak tahu, kenapa bisa kesal dan marah.Mereka sudah dalam perjalanan pulang. Kai sesekali melirik pada Anna. Dia melihat Anna yang hanya diam seraya memandang pada jalanan yang mereka lewati.Kai sebenarnya merasa aneh. Tiba-tiba saja Anna diam seperti ada masalah, membuatnya penasaran dengan apa yang terjadi.
Rachel tersenyum melihat Anna terkejut, lalu berkata, “Ternyata kamu itu mudah sekali terkejut, ya? Padahal aku juga hanya bicara biasa.”“Mungkin kamu terkejut karena aku berani ajak Kai untuk bermain golf, ya?” Rachel tertawa kecil.“Ti-tidak,” jawab Anna agak canggung.Rachel tersenyum seraya mematikan kran air, lalu mengambil tisu untuk diberikan pada Anna agar bisa membersihkan air yang memercik di baju Anna.“Aku dan Kai itu sudah kenal sejak kuliah. Papanya juga rekan bisnisku. Bahkan kalau jodoh, Papa mau menjodohkan kami,” ujar Rachel dengan tatapan penuh bangga. Dia memandang ekspresi wajah Anna, menyelidik apa yang akan Anna katakan setelah mendengar ucapannya.Anna bergeming. Kai sudah menikah dengannya dan Queen, lalu untuk apa Rachel mau dijodohkan dengan Kai lagi? Apa Kai akan menikah untuk yang ketiga kalinya?“Bukannya Pak Kai sudah menikah dengan Queen? Memangnya kamu mau jadi istri keduanya? Padahal kamu masih muda dan cantik?” tanya Anna dengan tatapan bingung.Rac
Anna benar-benar terkejut karena Kai ada di depan kamarnya. Namun, meski begitu dia mencoba bersikap biasa. Tidak biasanya Kai berdiri di sana seolah menunggu dirinya keluar dari kamar.“Apa kamu butuh sesuatu?” tanya Anna setelah berhasil meredam keterkejutannya.“Kamu tidak perlu memasak malam ini,” ujar Kai yang berdiri dengan satu tangan dimasukkan ke saku celana.Anna mengedipkan mata beberapa kali mendengar ucapan Kai.“Kenapa?” tanya Anna keheranan.“Kita makan di luar,” jawab Kai.Anna terkesiap. Kenapa makan di luar padahal bisa masak di rumah? Dan, ini sangat mendadak sekali.“Bersiap-siaplah,” ujar Kai lagi lalu hendak melangkahkan kaki kembali ke kamar.“Memangnya tidak apa-apa kalau kita makan di luar?” tanya Anna ragu dan takut, “bagaimana kalau ada kenalanmu yang melihat, lalu berburuk sangka?”Kai menghentikan langkah lalu kembali menatap pada Anna yang cemas.“Kita hanya mau makan malam, tidak akan membuat orang berburuk sangka,” balas Kai dengan tenang, “sekarang ber
Saat sore hari, Mila berada di rumahnya sedang sangat senang karena menerima kiriman uang dari Anna. Dia beberapa kali menghubungi Nindy, tapi putrinya itu tidak membalas panggilannya.“Ke mana dia? Kalau marah pasti kabur,” gerutu Mila.Mila terlalu menyayangi Nindy, sehingga putrinya itu manja meski sudah tahu kalau keluarga mereka tidak mampu.Saat Mila masih memikirkan ke mana putrinya pergi, ternyata Nindy pulang membawa banyak paper bag di kedua tangannya. Seketika Mila melongo, kenapa putrinya belanja banyak barang. “Dari mana kamu dapat uang buat belanja sebanyak itu?” tanya Mila agak syok.Nindy menatap pada Mila, lalu membalas, “Ibu tidak usah tahu, yang penting aku puas karena bisa belanja. Mana dapat barang-barang bagus juga.”Nindy meletakkan barang-barang yang dibelinya di atas sofa, rata-rata dia membeli tas, sepatu, dan pakaian.Mila sangat syok. Dia memandangi paper bag itu lalu beralih menatap pada putrinya.“Jangan bilang kamu jadi simpanan pria kaya, makanya bisa
Kai sudah sampai di perusahaan. Dia langsung pergi ke ruang kerjanya dan melihat Anna yang sedang merapikan meja.“Kamu sudah kembali,” sapa Anna.Kai memperhatikan Anna. Istrinya itu bersikap biasa seperti tidak terjadi sesuatu. Kai berjalan menghampiri Anna yang berdiri di dekat meja.“Apa terjadi sesuatu saat aku pergi?” tanya Kai saat sudah berdiri di hadapan Anna.“Semua berjalan dengan lancar, tidak ada masalah apa pun,” ucap Anna lalu memandang meja, memastikan tidak ada yang berantakan atau Kai akan marah.Kai menatap tidak senang. Ekspresi wajahnya memperlihatkan ketidakpuasannya pada jawaban Anna yang tidak jujur akan masalah yang sebenarnya sedang terjadi.Bukankah wajar jika Kai kesal, mengingat Anna bisa dengan mudah bercerita dan meminjam uang pada Tian, tapi tidak bisa bercerita kepadanya dan malah menutupi.“Apa kamu tidak pernah percaya padaku?” tanya Kai dengan tatapan menyelidik.Anna terkesiap. Dia memandang Kai yang memasang wajah tak senang. Dia bingung, kenapa K