Beranda / Romansa / Istri Kedua yang Tersakiti / BAB 2 - Hutang Budi Harus Dibayar

Share

BAB 2 - Hutang Budi Harus Dibayar

"Kau cantik sekali, Nak," bisik ayahnya dengan bangga. "Lihat, semua orang terpesona melihatmu."

Jelita hanya bisa mengangguk pelan. "Terima kasih, Ayah," balasnya lirih.

Setiap langkah terasa seperti beban berat bagi Jelita. Ia melihat ke depan, ke arah meja Akad Nikah di mana Bambang, calon suaminya, duduk menunggu bersama penghulu. Wajahnya menampilkan senyum, tapi Jelita bisa melihat ketegangan di baliknya.

"Ayah," Jelita berbisik, suaranya bergetar. "Apa... apa ini benar-benar yang terbaik untukku?"

Ayahnya mengeratkan genggamannya. "Tentu saja, Sayang. Bambang adalah pria hebat. Dia akan memberikan kehidupan yang layak untukmu."

Jelita menelan ludah, berusaha menahan air matanya.

Sepanjang perjalanan menuju ke meja Akad Nikah, Jelita mengingat betul bagaimana tujuh tahun lalu Novita membantu keluarganya dulu di tengah krisis hebat. Ayahnya, Hendra, seorang pengusaha properti yang cukup sukses, tiba-tiba jatuh sakit. Stroke yang menyerangnya memaksa pria paruh baya itu terbaring lemah di rumah sakit selama berbulan-bulan.

Jelita, yang saat itu berusia 18 tahun, masih ingat betul bagaimana ibunya, Ratna mondar-mandir di lorong rumah sakit dengan wajah cemas. Biaya pengobatan yang tidak murah menguras habis tabungan keluarga mereka.

Di tengah krisis itulah, sosok Novita muncul bagai malaikat penolong. Suatu hari, Novita datang mengunjungi mereka di rumah sakit untuk menawarkan bantuan kepada keluarga Jelita.

Novita juga membantu mencarikan dokter terbaik untuk ayah Jelita dan bahkan meminjamkan salah satu rumahnya untuk ditinggali keluarga Jelita selama masa pemulihan. Tak hanya pengobatan Hendra, Novita juga membiayai kuliah Jelita hingga lulus sarjana.

Dan begitulah, berkat bantuan Novita, Jelita bisa lulus sarjana jurusan Manajemen Bisnis di universitas ternama.

"Tante Novi, aku tidak tahu bagaimana harus berterima kasih," kata Jelita saat wisuda S1-nya.

Novita tersenyum hangat. "Kau tidak perlu berterima kasih, Jelita. Anggap saja ini investasi untuk masa depanmu. Suatu hari nanti, kau pasti bisa membalas kebaikan ini dengan caramu sendiri."

Suatu hari, Novita menemui keluarga Jelita untuk menagih hutang budi keluarga Jelita

“Aku rasa sudah waktunya aku menagih hutang budi kalian. Dan Jelita adalah kunci dari semua ini" ucap Novita kala itu di depan keluarga Jelita. "Jelita, aku ingin kau... menikah dengan suamiku, Bambang."

***

Penghulu menjabat tangan Bambang dan mulai mengucapkan kalimat Ijab Qobul. “Saudara Bambang Wicaksono bin Herry Wicaksono, saya nikahkan engkau dengan Jelita Paramitha binti Hendra Gunawan dengan mas kawin uang sebesar seratus juta rupiah dan sepuluh gram logam emas mulia dibayar tunai.”

Disusul oleh Bambang yang tampak gugup namun terlihat tegas “Saya terima nikahnya Jelita Paramitha binti Hendra Gunawan dengan mas kawin uang tunai sebesar seratus juta rupiah dan sepuluh gram logam emas mulia dibayar tunai.”

“Sah para saksi?” tanya penghulu.

Sontak, para saksi menjawab “SAH”.

Penghulu mulai membacakan doa. Dilanjutkan pertukaran cincin oleh Bambang dan Jelita. Bambang yang mengulurkan tangan kepada Jelita tampak ragu. Jelita pun tampak ragu menjabat tangan pria paruh baya itu. Kemudian, Jelita mencium tangan pria yang kini sudah menjadi suaminya.

"Paman," bisik Jelita pelan, saat mereka berada di panggung pelaminan. "Apa kau yakin tentang ini?"

Bambang melirik sekilas, lalu kembali menatap ke depan. "Kita tidak punya pilihan lain, Jelita. Keluarga kita mengharapkan ini. Terutama Tantemu, Novita"

Jelita menghela napas pelan. "Aku tahu. Tapi... bagaimana dengan cinta?"

"Cinta?" Bambang tersenyum getir. " Yang penting sekarang adalah keturunan."

Jelita merasakan hatinya sakit mendengar kata-kata itu. Ia tahu pernikahan ini diatur demi mendapatkan keturunan, tapi mendengarnya langsung dari mulut Bambang membuatnya semakin nyata dan menyakitkan.

Jelita berbisik pelan, "Semoga kita bisa menjalani ini dengan baik, Paman."

Bambang mengangguk kecil. "Ya, semoga. Kita akan berusaha yang terbaik, demi kebahagiaan keluarga kita."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status