Beranda / Romansa / Istri Kedua yang Tersakiti / BAB 1 - Gundah di Balik Kebaya Sutra

Share

Istri Kedua yang Tersakiti
Istri Kedua yang Tersakiti
Penulis: R.D. Skypigeon

BAB 1 - Gundah di Balik Kebaya Sutra

Jelita menatap bayangannya di cermin besar yang menghiasi ruang tunggu pengantin. Kebaya putih mewah membalut tubuhnya yang ramping, namun wajahnya yang cantik tampak pucat. Jari-jarinya yang lentik bergetar saat ia mencoba merapikan hiasan rambutnya untuk kesekian kalinya.

"Tenang, Jelita. Kamu bisa melakukan ini," bisiknya pada diri sendiri, suaranya bergetar. "Ini adalah hari bahagiamu. Kamu akan menjadi seorang istri."

Namun kenyataan yang tak terucap menghantui pikirannya: ia akan menjadi istri kedua dari Bambang, yang tak lain adalah suami dari Novita. Seorang pria berusia 45 tahun, dua puluh tahun lebih tua darinya.

Novita adalah kakak dari ibu Jelita sekaligus pewaris tunggal dari Baskara Group. Perusahaan besar dan terkenal di pusat kota Jakarta. Saat Novita berusia 5 tahun, orang tuanya mengangkat seorang anak perempuan dari sebuah panti asuhan di pusat kota.

Jelita menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan detak jantungnya yang semakin cepat. "Paman Bambang adalah pamanmu. Dia akan menjagamu dengan baik. Kamu tidak perlu takut," gumamnya, mencoba meyakinkan dirinya sendiri.

Tiba-tiba, pintu ruang tunggu terbuka. Seorang wanita berpakaian rapi melangkah masuk dengan senyum profesional di wajahnya.

"Nona Jelita? Saya dari tim WO. Apakah Anda sudah siap? Ijab Qobul akan dimulai dalam 15 menit lagi," ujarnya dengan nada riang.

Jelita tersentak dari lamunannya. "Oh, um... bisakah saya diberi waktu sebentar lagi?" pintanya dengan suara pelan.

Wanita itu mengerutkan keningnya sedikit, namun tetap tersenyum. "Tentu, Nona. Tapi mohon jangan terlalu lama. Tamu-tamu sudah mulai berdatangan."

"Baik, terima kasih," jawab Jelita singkat.

Setelah Wanita itu keluar, Jelita kembali menatap cermin. Ia melihat bayangan seorang gadis muda yang seharusnya penuh semangat dan harapan di hari pernikahannya. Namun, yang ia lihat hanyalah keraguan dan ketakutan.

"Apa yang sedang kulakukan?" bisiknya pada dirinya sendiri. "Apakah ini benar-benar yang kuinginkan?"

Pikirannya melayang pada percakapan dengan ibunya beberapa minggu lalu.

"Jelita sayang, pernikahan ini adalah kesempatan yang bagus," kata ibunya waktu itu. "Pamanmu adalah yang baik. Dan Tante Novita bisa memberikan kehidupan yang layak untukmu."

"Tapi Bu, aku bahkan belum mengenalnya dengan baik," Jelita berargumen. "Dan dia adalah suami dari Tanteku..."

"Justru itu, kamu tidak perlu khawatir. Tante Novita akan membimbingmu dengan baik.” ujar ibu Jelita sambil mengelus rambut semata wayangnya itu.

“Tapi, bu…”

“Kamu hanya perlu memberikan keturunan untuk Tantemu, nak."

Jelita menggelengkan kepalanya, mencoba mengusir ingatan itu. Ia tahu ibunya hanya ingin yang terbaik untuknya, tapi apakah ini benar-benar yang terbaik?

Suara ketukan di pintu membuyarkan lamunannya.

"Jelita? Boleh aku masuk?" terdengar suara wanita berkebaya Lavender dari balik pintu.

"Ya, Tante. Masuk saja," jawab Jelita pelan.

Dia adalah Novita ‘Tante Jelita sekaligus Istri pertama Bambang’ melangkah masuk, wajahnya berseri-seri melihat Jelita dalam balutan kebaya pengantin. "Oh, kamu cantik sekali," ujarnya terharu.

Jelita mencoba tersenyum, namun air matanya mulai menggenang. "Tante... aku takut," bisiknya.

Novita menghampiri dan memeluknya erat. "Sssh, tidak apa-apa, sayang. Wajar kalau kamu merasa gugup. Ini hari besar dalam hidupmu."

"Tapi Tante, apa ini benar-benar yang terbaik Tante dan Paman? Menjadi istri kedua..." Jelita tidak sanggup melanjutkan kalimatnya.

Tantenya melepaskan pelukan dan memegang pundak Jelita. "Dengar, Sayang. Aku tahu ini bukan situasi ideal. Tapi percayalah, keputusanku ini bukan sembarangan. Ini semua kulakukan untuk Baskara Group. Dan juga, ini semua demi orang tuamu, bukan?” 

Jelita terdiam, air matanya mulai jatuh. "Tapi Tante…”

Novita menghela napas panjang. “Setelah pernikahan ini, hutang orang tuamu akan kuanggap lunas. Dan juga, hanya kamu yang bisa memberikan keturunan untukku dan Bambang. Bukankah itu yang kita semua inginkan?"

Sebelum Jelita bisa menjawab, terdengar ketukan lagi di pintu. Tim WO, kembali masuk.

"Maaf mengganggu, tapi kita harus segera bersiap. Para tamu sudah menunggu," ujarnya dengan nada sedikit mendesak.

Novita mengangguk. "Baik, kami akan segera siap. Beri kami lima menit lagi," pintanya pada Wanita itu.

Setelah Wanita itu keluar, Novita kembali menatapnya. "Nah, sekarang hapus air matamu. Kita tidak ingin merusak riasanmu yang cantik ini, kan?"

Dengan tangan gemetar, Jelita menghapus air matanya. "Tante..."

"Sssh, jangan berpikir terlalu banyak. Ini adalah langkah besar menuju masa depan yang lebih baik. Percayalah padaku," ujar wanita bersanggul itu sambil membantu merapikan gaun Jelita.

Jelita menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. Ia menatap bayangannya di cermin sekali lagi. Seorang pengantin cantik balas menatapnya, namun matanya menyiratkan keraguan yang mendalam.

Novita tersenyum lega. "Itu baru keponakanku. Ayo, jangan buat Bambang menunggu terlalu lama."

Dengan langkah berat, Jelita berjalan menuju pintu. Setiap langkah terasa seperti membawanya menjauh dari impian dan harapannya sendiri. Namun ia terus melangkah, membawa beban ekspektasi keluarga di pundaknya.

Saat pintu ruang tunggu terbuka, Jelita mendengar alunan musik pernikahan mulai mengalun. Ini adalah awal dari babak baru dalam hidupnya, sebuah babak yang penuh ketidakpastian. Namun bagi dunia luar, ini adalah hari bahagia seorang pengantin cantik yang akan menikah dengan pria mapan dan terpandang.

Jelita melangkah keluar, memasang senyum palsu di wajahnya. Hari ini, ia akan menjadi istri kedua dari Bambang, pria yang tidak dicintainya. Dan dengan itu, ia mengubur dalam-dalam impian gadis muda yang pernah bermimpi tentang cinta sejati dan pernikahan bahagia.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status