Share

Istri Gendutku Ternyata Pewaris Kaya Raya
Istri Gendutku Ternyata Pewaris Kaya Raya
Penulis: Caramelodrama

1. Menantu Rasa Pembantu

“Heh, gembel gembrot! Ambilkan jus untukku!”

Seorang gadis berujar begitu enteng di ruang makan keluarga. Wajahnya tersenyum mengejek.

Dania Loveto, menantu keluarga Grimaldi, menoleh ke Zila yang baru saja bicara padanya. Tanpa protes, dia mengambil gelas kosong untuk diisi dengan jus yang diminta adik iparnya.

“Ini, Zila.” Dania menyerahkan segelas jus ke Zila.

Zila menerimanya tanpa mengucapkan terima kasih. Dania tidak kaget. Semua anggota keluarga Grimaldi memang bersikap dingin dan kasar padanya. Tak terkecuali Hizam Grimaldi, suaminya.

Sebenarnya Dania heran kenapa dirinya dilamar Hizam, anak pemimpin Zenith Group, perusahaan tempat mendiang ayahnya bekerja. Usia mereka terpaut 6 tahun.

Saat itu dia mengira dirinya mendapat durian runtuh saat dilamar Hizam. Dia memang terpikat oleh pesona Hizam ketika pertama kali bertemu sewaktu Dania masih remaja.

Oleh karenanya, dia menerima lamaran itu begitu saja dan tak menyangka perlakuan keluarga Grimaldi sangat buruk terhadapnya.

“Udah! Sana bantu pelayan ambil makanannya! Jangan lemot!” Alina, ibu mertuanya, memerintah dengan suara ketus bagaikan ibu tiri kejam sambil menepikan Dania ke samping dengan kasar.

Dania hampir saja jatuh. Dia mengangguk patuh dan menjalankan perintah Alina. Dia tak ada bedanya dengan pelayan di rumah besar Grimaldi. Terkadang dia bertanya-tanya, apakah karena dirinya yatim piatu, sehingga mereka meremehkannya?

“Oh, sudah kumpul semua, yah?” Terdengar suara Hizam di ambang ruang makan.

Semua orang menoleh padanya, termasuk Dania.

Namun, Dania terkesiap melihat seorang wanita cantik berpenampilan spektakuler seumuran Hizam yang memeluk lengan suaminya.

“Wah! Sudah datang!” Alina, segera berdiri menyambut kedatangan wanita yang dibawa Hizam. Wajahnya menunjukkan kegembiraan. “Papi, ini Leona Mazon yang dulu mantan pacarnya Hizam sewaktu SMA! Yang orang tuanya punya Delight Company! Sekarang dia juga sudah lulusan S2, sama kayak Hizam! Malah dia lulusan luar negeri, loh!”

Arvan hanya mengangguk-anggukkan kepala tanpa sepatah kata. Pria 55 tahun itu memang tak banyak bicara.

Dania terkesiap. Mantan pacar suaminya? ‘Tapi kenapa dia santai sekali melingkarkan tangan ke Hizam?’ herannya di hati.

Mendadak, Dania tersadar akan penampilannya sendiri. Dia jarang punya kesempatan berdandan semenjak menjadi istri Hizam. Dan kini suaminya membawa pulang mantan pacar nan cantik di acara makan malam keluarga!

“Permisi, aku ke kamar dulu!” Dania berlari ke kamar Hizam di lantai atas.

Dia bergegas memilih baju yang lebih pantas dan menoleh ke kotak peralatan kosmetik yang jarang disentuh sejak awal dimiliki. Dibubuhkannya bedak, eyeshadows, dan lipstik seadanya. Dia tak boleh kalah dari Leona.

Namun, ketika kembali ke ruang makan, dia dibuat tertegun oleh apa yang ada di sana.

“Eh?” Dania heran ketika tiba di ruang makan, Leona sudah didudukkan di sebelah Hizam. Padahal selama ini dia sebagai istri Hizam sering makan di meja kecil di sudut ruang makan sesuai perintah Alina, tak boleh ikut di meja makan besar mereka.

Tak hanya itu saja. Hizam bersikap mesra pada Leona. Mereka tertawa akrab seakan ada yang menarik dari obrolan mereka.

Alina menoleh ke Dania yang baru datang dan berkata, “Sana kamu ke dapur aja, makan sama para pelayan!”

“Dandananmu kenapa mirip topeng monyet, sih? Pergi! Pergi! Jangan merusak pemandangan di sini!” usir Zila dengan ucapan kasar.

Dania mengabaikan mulut tajam Zila.

“Tapi, Ma ….” Dania menunjuk kursi yang digunakan Leona sambil dia berjalan ke arah Leona. “Kok dia duduk di sana? Dia kan bukan istri Hizam.”

Mata Alina melotot galak ke Dania seraya berkata, “Kenapa? Aku ingin Leona duduk di sana. Dia lebih cocok di samping Hizam! Pergi sana, perempuan jelek!”

Jantung Dania seolah dihantam godam mendengar bentakan Alina padanya. Memang ibu mertuanya biasa membentak dia, tapi ketika melakukan itu di depan wanita yang didudukkan di samping suaminya … dia merasa tak rela.

“Betul!” Zila menyambung, “Daripada sama topeng monyet kayak kamu, mendingan kakakku yang ganteng dan sukses ini sama perempuan yang sepadan, lah!”

Setelah itu, Alina beralih ke Leona dengan tatapan ramah, “Ayo, dimakan lobsternya! Jangan sungkan-sungkan, Leona. Anggap ini rumah sendiri! Sop krimnya juga enak, loh!”

Leona senang atas perlakuan Alina padanya. Dia melirik Dania dengan pandangan menghina, tanpa merasa bersalah. Bahkan tak segan-segan bergelayut manja di lengan Hizam sembari tersenyum mengejek.

Tidak terkira betapa cemburu dan sakit hatinya Dania. Selama 2 tahun pernikahannya, dia sudah banyak menderita, bersabar, dan memaklumi segala perlakuan buruk Hizam beserta keluarganya. Tapi kali ini ….

“Uh!” Dania menahan tangisnya ketika berbalik badan dan lari ke kamar Hizam.

Di kamar, tangisnya tumpah, dadanya terasa sesak seakan dihimpit batu raksasa.

‘Ternyata makan malam spesial ini untuk Leona! Dan aku yang sibuk menyiapkan ini-itunya sejak pagi!’ raung Dania di benaknya. ‘Mama Alina bahkan seperti menjodohkan Hizam dengan Leona.’

Dania mendengar suara pintu dibuka di belakangnya. Dia menoleh dan melihat Hizam berjalan ke arahnya.

Plak!

“Ah!” Dania terkejut dengan tamparan suaminya dan memandang pria itu dengan tatapan bingung. Dia salah apa?

Sedangkan Hizam, dia menajamkan tatapannya ke Dania seakan matanya bisa membunuh.

“Lancang sekali kamu mau mempermalukan aku dan mama di hadapan Leona! Dia tamu istimewaku! Untuk apa kamu protes?” Mata mendelik Hizam seolah hendak menelan Dania.

Dania mulai gentar.

Dengan suara mencicit pelan, dia berkata, “Hi-Hizam, maaf, tapi aku … aku ini istrimu. Nggak seharusnya dia duduk di sebelahmu—ah!”

Dania tak sempat menyelesaikan kalimatnya karena Hizam sudah menarik keras-keras rambutnya.

“Emangnya kamu siapa, heh?! Cuma wanita jelek, gendut, dan menjijikkan gini! Aku terpaksa menikahimu juga hanya karena papa memaksaku!” desis Hizam dengan suara bengis.

Dania sampai harus memegangi rambutnya yang dijambak Hizam.

“Ta-tapi, Hizam ….”

“Panggil aku Tuan Hizam! Kau pikir kau siapa? Hanya anak karyawan rendahan di perusahaan opa!” Hizam semakin kejam menarik rambut Dania.

Akibat dari tarikan itu, Dania sampai mendongak. Matanya mulai basah oleh air mata. Di antara semua kekejaman Hizam, ini adalah yang paling menyakitkan karena Hizam melakukannya demi wanita lain.

“Tu-Tuan Hizam … aku … aku sudah banyak mengalah, hiks!” Dania sambil terisak mengatakan, “Aku patuh nggak keluar setiap teman kamu datang. Aku juga … juga nggak kerja atau pun meneruskan kuliah setelah jadi istri kamu. Hiks! Aku patuhi semua kemauan kamu, termasuk membantu pelayan, memasak dan bersih-bersih di rumah.”

Tapi sepertinya Hizam tak mau tahu. Belitan tangannya di rambut panjang Dania semakin kencang sampai Dania memejamkan mata karena merasakan pedas di kepalanya.

“Sadari dirimu! Jangan melunjak seenaknya! Mentang-mentang dulu bapakmu membawaku keluar dari kebakaran di pabrik, lalu kamu kira bisa mendapatkan semua dariku? Mimpi tolol!” geram Hizam. “Puih!”

Betapa terkejutnya Dania saat Hizam meludahi wajahnya. Tapi dia tak berani berkata apa-apa. Kemudian, kepalanya tersentak ketika Hizam melepaskan tarikan di rambutnya.

“Jangan lagi ikut campur urusanku kalau nggak ingin kubunuh dan kucincang untuk kuberikan ke anjing!” desis Hizam sebelum pergi meninggalkan Dania di kamar.

Dania menangis semakin keras sampai napasnya terasa sesak.

“Hizam jahat … kalian di sini semua jahat … huhuu ….” Dania meratap pilu.

Penuh emosi, dia akhirnya mengambil tas travelnya untuk diisi beberapa bajunya. Entah pikiran dari mana, dia memasukkan pula buku pernikahan dia dan milik Hizam.

“Sudah cukup! Semuanya sia-sia ... hiks!” Dia tak bisa menolerir sikap Hizam dan keluarganya lebih lama.

Matanya mendadak tertuju ke sofa panjang di dekatnya, memandang sinis benda yang menjadi tempat tidurnya selama ini.

“Aku istri bodoh yang menyedihkan!” bisiknya sambil mengusap kasar air matanya.

Kemudian, Dania keluar dari rumah Grimaldi secara mengendap-endap, lalu berlari sekencang mungkin ke jalanan sambil mendekap tas tanpa memedulikan hujan deras yang mengguyur kota Ivory malam itu.

‘Kau tak bisa menceraikan aku dan tak boleh menikahi wanita lain, Hizam!’ pekik batin Dania sembari terus berlari ke jalanan tanpa menyadari adanya mobil dari arah samping ketika hendak menyeberang secara gegabah.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sherly Monicamey
lawan dania suami kayak itu bikin gemes
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status