Share

Bab 6. Tuduhan Tak Terpuji Sang Suami

Dania menarik napas dalam, berusaha mengendalikan emosinya. Dia berdiri tegak, memancarkan aura kekuatan yang tak terbantahkan.

"Aku menuntut kompensasi atas dua tahun pernikahan yang kamu bikin kayak neraka. Masa mudaku tersia-siakan karena jadi istrimu."

Hizam tertawa sinis, suaranya memenuhi ruangan. Matanya memancarkan penghinaan saat dia menatap Dania.

"Kompensasi? Kamu pikir kamu pantas dapatin itu?"

Wildan, yang berdiri di samping Dania, memutuskan untuk ikut campur. Suaranya tenang namun tegas saat dia berbicara.

"Tuan Grimaldi, klien saya berhak atas kompensasi ini. Jika Anda menolak, kami bisa membawa masalah ini ke pengadilan."

Hizam terdiam sejenak. Matanya menyipit memandang Dania dari atas ke bawah, mengamati penampilannya yang menawan. Sebuah pikiran melintas di benaknya, membuat senyum congkak tersungging di bibirnya.

Dengan nada meremehkan, Hizam akhirnya berkata, "Baiklah, kalau itu yang kamu mau. Toh kamu pasti udah mendapatkan banyak dari sugar daddy-mu, bukan?"

Dania tidak menanggapi hinaan itu. Dia hanya berdiri diam, wajahnya tak menunjukkan emosi apapun. Namun matanya memancarkan kebencian yang mendalam.

Hizam beranjak ke mejanya, mengambil formulir yang tadi disodorkan Wildan. Dengan gerakan yang dibuat-buat secara dramatis, dia mulai menulis.

"Aku akan memberikan kompensasi pernikahan sekaligus bonus perceraian! Anggap saja ini hadiah perpisahan dariku. Ha-hah!"

Dia menandatangani formulir itu dengan lagak sombongnya, lalu menghempaskannya di meja depan Dania. Senyum pongah masih terpampang di wajahnya.

"Sudah puas sekarang, 'Sayang'?" sarkasnya sambil menatap meledek ke Dania.

Dania mengambil formulir itu dengan tenang. Matanya bergerak cepat membaca isinya, lalu menyerahkannya pada Wildan.

Pengacara itu memeriksa dokumen tersebut dengan teliti dan memberi isyarat bahwa semuanya sudah sesuai.

"Makasih, Hizam," ujar Dania datar. Suaranya dingin, kontras dengan amarah yang bergejolak di dalam dirinya. "Senang akhirnya bisa lepas darimu."

Tanpa menunggu balasan Hizam, Dania berbalik dan melangkah keluar ruangan dengan anggun. Wildan mengikuti di belakangnya. Mereka meninggalkan Hizam yang masih tersenyum pongah, tidak menyadari bahwa dia baru saja jatuh ke dalam perangkap Dania.

“Huh! Peliharaan om-om gadun aja masih bertingkah sok hebat di depanku!” cemooh Hizam tanpa peduli apakah Dania bisa mendengarnya atau tidak.

Pintu tertutup di belakang Dania dan Wildan dengan suara pelan, menyisakan Hizam sendirian di ruangannya.

“Ayo, Nona!” ajak Wildan ke Dania yang disambut anggukan kepala sang pewaris Nexus Holdings.

Senyum congkak Hizam masih terpampang, tidak menyadari bahwa kesombongannya akan segera hancur berkeping-keping setelah ini.

***

Setelah pertemuannya yang penuh ketegangan dengan Hizam, kehidupan Dania memasuki fase baru. Dia mulai disibukkan dengan perannya sebagai asisten Yohan di anak perusahaan Nexus Holdings di Morenia.

Setiap pagi, Dania tiba di kantor dengan penampilan profesional dan sikap yang penuh determinasi. Yohan, seorang eksekutif yang berpengalaman, menjadi mentor tak terduga baginya.

"Nona Hadid, tolong siapkan laporan keuangan kuartal ini," ujar Yohan suatu hari, suaranya tegas namun tidak menuntut.

Dania mengangguk, "Baik, Pak. Akan saya kerjakan segera."

Saat bekerja, Dania sering mengamati cara Yohan menangani berbagai situasi bisnis. Dia menyerap setiap detail, dari cara Yohan bernegosiasi hingga bagaimana dia membuat keputusan strategis.

Di sela-sela kesibukannya, Bu Tiza selalu ada untuk memberikan dukungan. Wanita itu sering mampir ke meja Dania, membawa secangkir kopi atau sekadar memberikan senyuman penyemangat.

"Bagaimana harimu, Nona Dania?" tanya Bu Tiza suatu sore.

Dania tersenyum lelah namun puas. "Melelahkan, tapi aku belajar banyak, Bu Tiza."

Bu Tiza mengangguk bangga. "Saya senang mendengarnya. Jangan ragu untuk meminta bantuan tim kami jika Anda membutuhkannya."

Melody dan Sebastian, asisten Bu Tiza, juga selalu siap membantu. Mereka sering terlihat mondar-mandir di kantor, membawakan dokumen atau membantu Dania dengan berbagai tugas.

"Nona Dania, saya sudah menyiapkan data yang Anda minta," ujar Melody suatu hari, menyerahkan sebuah map tebal.

Dania tersenyum berterima kasih. "Makasih, Mel. Kalian sungguh membantu."

Hari demi hari berlalu, dan Dania merasakan dirinya tumbuh. Dia bukan lagi gadis naif yang pernah terjebak dalam pernikahan penuh penderitaan. Kini, dia adalah wanita yang penuh percaya diri, belajar seluk-beluk bisnis dari salah satu eksekutif terbaik di Morenia.

“Hizam, persiapkan dirimu!” geram Dania sebelum tidur malam ini.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Anisa Salsabila P.
wih! gk sabar nih liat hizam keok
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status