Share

Istri Dadakan Dosen Rupawan
Istri Dadakan Dosen Rupawan
Penulis: Dlrhmd_

Mau dijodohkan

“Kamu sudah menjadi Maba kenapa masih belum punya pacar?” gerutu sang Ayah yang baru saja tiba di ruang meja makan. “Ayah punya calon buat mu. Esok kalian harus saling ketemu ya,” lanjutnya. 

“Lah, apa-apaan! Aku ini masih muda, jalanku juga masih panjang. Ini sudah ngomongin calon saja, memangnya anak Ayah ini gak laku sampai Ayah ngomong gitu?!” cibir Sasha. 

Ayah menggelengkan kepalanya kecil. Perkataan Sasha membuatnya menghela nafas panjang seolah-olah ada beban yang disimpan sendirian. Mata yang berwarna hitam pekat itu melirik ke arah Sasha dengan tatapan ketulusan. 

“Gak gitu, Sasha. Ayah ini sudah punya janji dengan teman ayah dahulu. Kalau umurmu sudah beranjak 18 tahun, Ayah ingin menjodohkan mu dengan anaknya,” jelas Ayah yang membuat Sasha terkejut. 

Gadis itu membulatkan matanya, tak menyangka dengan apa yang telah dikatakan oleh sang Ayah. Mulutnya yang mengunyah makanan langsung terhenti sejenak. Setelahnya, Sasha menelan dan membuatnya terbatuk-batuk ringan. 

Uhuk!

Uhuk!

Ibu, wanita itu sedari tadi menyimak perkataan yang telah diucapkan oleh anak dan suaminya. Ia melirik ke arah Sasha yang kesedak makanannya sendiri, segera ibu menuangkan segelas air putih.

“Minum dulu. Baru diomongin begitu saja, sudah tersedak. Apalagi langsung disuruh menikah, sudah pingsan kali kamu!” cibir sang ibu pedas. 

Sasha menerimanya. Ia tak banyak berbicara seraya mengambil segelas air putih yang telah disodorkan olehnya. Gadis itu mulai meneguk dengan tandas, tanpa tersisa apapun lagi. 

“Ayah yang benar saja! Ini sudah zaman mileanal, kenapa masih ada perjodohan seperti itu?! Sudah kayak zaman siti nurbaya saja!” sentak Sasha. 

Dia bangkit dari tempat duduknya. Menyalami kedua orang tuanya secara bergantian seraya pergi begitu saja menuju kampusnya. Hatinya bergerak gelisah, tak menyangka dengan apa yang telah dikatakan oleh sang ayah. 

“Aku pergi dulu. Assalamualaikum,” ujar Sasha seraya menutup pintu dengan begitu kerasnya. 

Ayah dan ibunya, seketika terkejut. Mereka menatap satu sama lain dengan raut wajah yang kebingungan. Diliriknya pintu utama, mereka sudah tak melihat Sasha lagi. 

“Anakmu itu,” cibir Ibu sembari menyantap makanannya lagi. 

“Anakmu juga, lah!” balas Ayah, merasa tak terima dengan ucapannya istrinya.

“Anakku gak ada yang begitu. Dia mah sewot sekali kalau sudah dibicarakan seperti itu. Lagian kamu, pakai acara menjodohkannya segala!” ungkap Ibu seraya memutar bola matanya malas. 

“Namanya juga sudah berjanji, yah harus ditempati. Aku pasti akan memaksa Sasha untuk menikah dengan anak teman ku itu!”

Disisi lain, Sasha nampak buru-buru mengendari sepeda motor scoopy berwarna Pink yang diberi nama ‘Pinkyu’. Nampak gadis itu tergesa-gesa, ia membelah kerumunan begitu sangat lihai. 

Sasha harus memburu waktu agar cepat sampai di kampusnya. Diliriknya arloji yang berada di pergelangan tangannya itu. Ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 07.55 yang berarti lima menit lagi, kelas akan segera di mulai.

“Astaghfirullah, ini teh kunaon. Lima menit lagi kelas dimulai tapi, aku masih dijalan,” gerutu Sasha mulai merasa khawatir terhadap dirinya sendiri. 

Ini adalah kelas pertama bagi Sasha makanya, gadis itu sangat terburu-buru dan sangat takut dengan ancaman dosen. Apalagi namanya pasti akan tercoreng karena baru masuk sudah telat saja.

Tanpa banyak berbicara lagi. Sasha menambahkan kecepatannya menjadi 100km. Bagai kilatan yang menyambar akhirnya, Sasha berhasil sampai di kampusnya. Buru-buru ia menaruh Pinkyu dijajaran parkiran kampus. 

Sasha mulai berlari tergopoh-gopoh menuju kelasnya. Ia menaiki anak tangga tanpa ragu namun, matanya tetap melirik arloji yang kini sudah menunjukkan pukul 08.00.

“Oke, pasti telat,” kekeh Sasha seraya tertawa pelan.

Benar saja, ketika Sasha sudah berada di hadapan kelasnya. Seorang dosen pria tengah berdiri di depan saja, memperkenalkan dirinya pada mahasiswa setempat. 

Sekujur tubuh Sasha merinding, wajahnya kini pucat pasi. Ia melirik ke arah kaca ruangan tersebut. Matanya bergerak lincah mencari Alya, salah satu sahabatnya. 

Ternyata Alya sudah duduk disana dengan wajah yang berseri-seri memandangi dosen yang cukup muda tersebut. Wajahnya memang terlihat tampan, banyak para mahasiswi yang memandanginya dengan tatapan memuja namun, bagi Sasha pria itu cukup seperti seorang pria yang terlihat galak.

“Ini masuk aja atau bolos?” gumam Sasha merasa kebingungan. Tubuhnya yang kecil itu, meminjit kembali. Melihat ke arah Alya namun, sayangnya. Tempat duduk Alya cukup jauh yang membuatnya sulit untuk berkomunikasi. 

“Memang dasar hari yang buruk!” gerutu Sasha kembali fokus menatap cerminan kaca tersebut. 

“Apa yang buruk?” tanya seseorang dari arah belakangan Sasha.

Tentunya, Sasha cukup terkejut. Ia kaget dan sontak melirik ke arah seseorang yang kini sudah berdiri dihadapannya. Ternyata itu adalah dosen yang mengajar dikelasnya tadi. 

Sasha tersenyum, menampilkan deretan giginya saja. Dia tersenyum tanpa dosa. “Eh Pak dosen sudah ada di depan saya saja. Bukannya tadi lagi mengajar ya?” tanya Sasha basa-basi. Padahal sedari tadi jantung berdetak kencang. Bukan karena jatuh cinta, melainkan karena takut dengan wajah sang dosen yang cukup menyeramkan. 

“Saya yang harusnya bertanya! Kamu sejak kapan ngintip di jendela?!” sentaknya dengan suara yang cukup datar dan menakutkan. 

“Ah–anu, saya tadi–” Sasha telah kehabisan kata. Dia berpikir sejenak, mencari alasan yang tepat dengan kedatangannya yang telat ini. “Saya tadi cuman lihat-lihat saja kok, pak. Tadi gak sengaja lewat dan mengintip untuk melihat teman saya yang masuk kelas atau gak,” ujar Sasha dengan cepat. 

Hanya jawaban itu yang mungkin membuat dirinya terselamatkan dengan dosen yang berada di hadapannya. Lagipula dosen tersebut, tak akan mungkin tahu dirinya. Apalagi ini baru pertama kalinya, Sasha mengikuti kelasnya. 

Tak ada reaksi apapun dari sang dosen yang membuat Sasha merasa kesulitan untuk bernafas. Dia sangat kebingungan sekarang.

“Loh! Sasha? Kok baru datang?” teriak Alya yang tiba-tiba saja keluar dari kelas. 

Sontak Sasha membulatkan matanya. Ia melirik ke arah Alya yang tengah berdiri disana sembari menatapnya kebingungan. Sasha mengumpat dalam hatinya, mengapa gadis itu cukup menyebalkan. Dan malah menjebaknya begitu saja. 

“Oh! Pintar sekali kamu berbohong!” sindir dosen tersebut. Dia menatap tajam ke arah Sasha, seolah-olah ingin melahapnya. 

Wajahnya yang tampan dengan mata berwarna biru safir itu terlihat sangat menyeramkan sekarang. Sasha lagi-lagi, mengumpat, ingin sekali memaki Alya yang tiba-tiba saja datang.

“Baru maba, kamu sudah pandai berbohong! Datang terlambat, mengintip seperti pengutit. Dan ini, mau mengalambui saya?!” sentaknya. 

Sasha tertunduk. “Maaf Pak, gak bermaksud telat. Tadi saya kena macet dijalan,” ujar Sasha berbohong. 

“Alasan! Saya gak mau mendengar apapun. Sekarang bersihkan ruangan saya dan tentunya buat tugas artikel sesuai prodi sasing!” desisnya. 

“Monyet!” Sasha membantin. “Nih dosen baru pertama aja nyebelin amat, banyak tingkah lagi!” 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status