Share

Sasha dengan aksinya

Prof. Aditya, pria itu kini menatap ke arah Sasha dengan raut wajah tanpa ekspresi. Sudah biasa, Prof. Aditya pasti selalu melakukan hal itu kepadanya. 

“Pintar sekali ngomongin saya di belakang. Mau tugasnya saya tambahkan?” tanya Prof. Aditya dengan satu tangan yang ia taruh di saku celananya. 

“Eh …” Sasha tak menyangka, pria itu layaknya seorang jalangkung yang tiba-tiba saja sudah datang. Kini degup jantungnya berpacu karena khawatir. “Gak dong, Prof. Tadi itu saya bukan ngomongin Prof tetapi, ngomongin Prof universitas sebelah,” alibi Sasha. 

“Alah! Pintar sekali berbohongnya!” sinis Prof. Aditya. 

Parasnya yang tampan nan rupawan itu menatap Sasha dengan tak percaya. Suasana menjadi tegang akibat ulah Sasha sendiri yang mengatakan dan tak melihat setempat. 

Sasha yang takut, ia menyenggol bahu Alya. Meliriknya berusaha memberikan kode untuk menyelamatkan dari pria itu. Alya hanya diam, dia tak bergeming dan hanya memandangi Prof. Aditya dengan tatapan memuja.

“Al, bantuin aku,” bisik Sasha pelan. 

Alya mengangguk. “Maaf Prof, saya sama Sasha duluan ya. Mau mengikuti kelas lainnya,” ujar Alya. 

“Matkul apa? Biar saya bilang ke dosennya untuk mengizinkan Sasha menghadap saya!” ujar Prof. Aditya. 

“Hah?!” Sasha terkejut. Apa-apaan Prof ini, mengapa dia malah mengatakan itu, membuat Sasha semakin takut saja. 

Lantas Alya termangu. Ia tak bisa mengatakan apapun lagi karena matkul hari ini adalah nanti setelah jam siang. Namun, Alya berbohong untuk menyelamatkan Sasha dari Prof. 

“Kok diem?” tanya Prof. Aditya, penasaran. Ia tak mendapatkan jawaban apapun dengan Alya. 

Kemudian, Alya segera melirik ke arah Sasha. Bibirnya bergerak mengucapkan kata maaf. Alya tak mau masuk kedalam urusannya, apalagi berurusan dengan Prof yang terkenal killer oleh kating mereka. 

“Aduh! Prof, saya buru-buru. Duluan ya,” ringis Alya dan langsung pergi begitu saja. Langkahnya begitu terburu-buru membuat Prof. Aditya hanya menatapnya sekilas saja. 

Prof. Aditya kembali menatap ke arah Sasha yang nampak terdiam ditempat. Wajah Sasha hanya cengegesan saja seolah-olah tak takut dengannya. Melihat hal itu membuat Prof. Aditya merasa sedikit kesal. 

“Monyet! Kenapa Alya pakai ninggalin aku segala, sih! Dasar gak setia kawan!” gerutu Sasha di dalam hatinya.

Kini suasana lorong yang semula adem-ayem saja, malah menjadi khawatir. Sasha siap dengan apa yang ingin diungkapkan pria itu. 

“Terserah deh, kalau Prof mau nambahin tugas saya juga,” pasrah Sasha begitu saja. “Prof, mau hukum saya juga gak apa-apa, deh.” 

Ungkapan perkataan dari Sasha membuat dahinya berkerut kebingungan. Mengapa gadis itu, berpikir negatif tentang dirinya? 

Lantas Prof. Aditya menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Sedari tadi, para mahasiswa setempat yang berlalu-lalang melirik ke arah mereka. Beruntung tak ada satupun yang berbisik.

“Kamu.” Prof. Aditya menudingnya. “Pergilah, tugasnya esok pagi dikumpulkan! Harus pagi, jam tujuh sudah ada di meja. Lewat dari situ, tugas mu saya anggap gak clear dan yah, jangan joki!” 

Setelah mengatakannya, Prof. Aditya malah melengos pergi meninggalkan Sasha. Segera Sasha meliriknya dengan tatapan yang begitu sinis. Bibirnya mengerecut sebal, hari ini benar-benar sial untuknya.

“Arghh!! Monyet sekali, kalau saja dia bukan Prof disini sudah ku cabik-cabik wajahnya. Biarin saya sumpahin, kamu dapat istri yang galak!” terang Sasha dengan suara pelan. Takut, jika Prof akan balik lagi ke arahnya.

                                       ****

Jam sudah menunjukkan pukul 14.00 dan kini langit terlihat begitu cerah membuat semua mahasiswa dan mahasiswi yang tengah berada di taman segera masuk ke dalam kampus. Cuacanya terlihat sangat panas dan begitu mendominasi perasaan Sasha yang sudah kesal. 

Tangannya bergerak, mengambil salah satu tepung dan telur yang sengaja ia beli di minimarket di depan sana. Sasha tersenyum ketika mendapati mobil milik Prof. Aditya. 

“Lihatlah Prof aku akan membalas mu,” ujar Sasha dengan nafas yang memburu. 

Sebelum melakukan aksinya, Sasha melirik kesana-kemari memperhatikan situasi yang memungkinkan. Ternyata terlihat sepi dan membuat Sasha lagi-lagi tersenyum merekah. 

Segera Sasha melemparkan dua butir telur ke arah kaca mobil milik Prof. Aditya. Selanjutnya, Sasha menaburkan satu bungkus tepung terigu. Mobil hitam bermerek Toyota itu telah dipenuhi oleh telur dan tepung terigu. 

Wajah Sasha terlihat sangat begitu bahagia. Tak bisa dipungkiri ke kejaman Prof. Aditya terhadapnya membuat Sasha seperti orang yang sudah gelap mata. 

Sasha tertawa jahat. “Nah, gini kan bagus. Maaf banget ya, Prof. Gak bermaksud kok cuman habisnya Prof nyebelin banget, sayang banget kalau gak dibalas,” ujarnya. 

Tangan Sasha yang kotor akibat tepung terigu itu, ia tepuk-tepuk tepat dihadapannya. Sasha melirik ke segala tempat takut ada seseorang yang memergokinya.

“Aman ternyata,” gumam Sasha seraya berjalan pergi. Ia menjauh dari mobil tersebut namun, tak disangka-sangka seseorang yang diyakini yaitu Prof. Aditya berjalan mendekat ke arah mobilnya. 

Beruntung Sasha sudah lebih dulu melihat Prof. Aditya yang tengah berjalan mendekatinya. Dengan raut wajah yang begitu panik, Sasha langsung berlari ke arah berlawanan. 

Sementara itu, Aditya yang sudah dekat. Dia mendapati mobilnya yang telah kotor. Telur yang mengenai kaca laminated dan juga tepung terigu di dekatnya menambahkan kesan seperti adonan bakwan dan hanya tinggal ditambahkan air saja. 

“Astaghfirullah, ulah siapa ini?” gumam Aditya. 

Dahinya mengerut merasa kebingungan dengan apa yang telah dilihat. Meskipun begitu, amarahnya nampak bergemuruh sebal. Wajahnya menjadi memerah dengan tangan terkepal kuat.

“Lihat saja, jika saya bertemu dengan pelakunya. Saya akan membuatnya merasa malu!” geramnya.

Matanya melirik kesana-kemari, mencari seseorang yang mencurigakan di area tempat ini. Bola matanya terhenti kala melihat Sasha, gadis yang tadi pagi diberikan hukuman olehnya itu berlari tergopoh-gopoh dengan raut wajah penuh kepanikan. Sontak pikiran negatif mulai muncul di benaknya.

Aditya menghela nafas, menyingkirkan pikiran negatif terhadapnya. Matanya langsung tertuju pada CCTV yang terpanjang di dekat sana. Tanpa menunggu lama, pria itu segera pergi menuju ruangan CCTV untuk mencari siapa pelakunya.

“Kena kamu!” geram Aditya. 

Sampailah dia di ruangan CCTV. Aditya masuk dengan wajah yang terlihat emosi namun, tetap datar. Para satpam yang tengah bersantai di dalam ruangan langsung terkejut melihat kehadirannya. 

Dua satpam tersebut langsung tersenyum, menyambut Aditya dengan ramah. Mereka berdiri tegak.  

“Ada apa, Pak? Tumben sekali datang kesini?” tanya salah satu satpam tang biasanya dipanggil Jupri.  

“Tolong lihat CCTV di gedung parkir, Pak,” pinta Aditya. 

Jupri langsung mengangguk. Segera ia duduk dan tangannya bergerak lincah di atas keyboard komputer. Hanya butuh waktu kurang lebih dua menit, Jupri langsung memperlihatkan isi rekaman CCTV itu kepada Aditya. 

Aditya segera mendekati. Ia memperlihatkan setiap adegan kejadian yang tak terduga ini. Rupanya kecurigaannya benar ternyata orang yang melakukan aksi tersebut adalah Sasha. 

“Nih maba kenapa berulah sekali,” gerutu Aditya seraya memijat pelipisnya. “Lihat saja, saya akan membalasnya!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status