Diselingkuhi Suami Diratukan Preman Miliarder

Diselingkuhi Suami Diratukan Preman Miliarder

last updateLast Updated : 2024-07-19
By:  MaheeraCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
3 ratings. 3 reviews
58Chapters
11.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Tak ada hujan atau badai, suami Najwa mengatakan telah menikah lagi. Rafa, sang suami beralasan tak mau terjebak zina karena selalu bertemu dengan Laila. Dunia Najwa runtuh seketika. Ingin rasanya menyerah, tetapi dia ingat janji kepada sang ayah yang memintanya menikah satu kali seumur hidup. Namun, adil yang dijanjikan Rafa hanya di bibir saja, karena lelaki itu lebih sering bersama Laila dengan alasan wanita itu sedang mengandung buah hati mereka. Sanggupkah Najwa bertahan atau memilih berpisah dari sang suami?

View More

Chapter 1

Hadiah Pernikahan

Najwa semakin mengeratkan kepalan kedua telapak tangannya yang gemetar. Seolah-olah dengan cara seperti itu dia bisa mendapatkan kekuatan mendengar pengakuan Rafa, lelaki yang telah menikahinya enam tahun yang lalu. Pernikahan yang diharapkan wanita itu sekali seumur hidup. Tidak ada yang salah dengan pernikahan mereka. Rafa seorang lulusan pondok pesantren terkenal sangat paham syariat agama. Lelaki berkulit putih bersih dengan tulang hidung tinggi itu memperlakukannya sangat baik selama mereka menikah. Kata-kata manis selalu keluar dari bibir si lelaki, membuatnya yakin tak ada yang bisa membuat sang suami berpaling.

Namun, keyakinan Najwa kini luluh lantak. Di perayaan pernikahan mereka yang ke enam, Rafa memberi hadiah yang membuatnya tak bisa berkata-kata. Sesuatu menghantam dadanya begitu keras hingga ingin memaki lelaki di hadapan. Hendak bertanya apa salahnya sehingga Rafa tega menduakan tanpa bertanya terlebih dahulu. Ingin rasanya melemparkan hidangan yang dia masak sepenuh hati untuk merayakan hari bahagia mereka, meski keadaannya belum terlalu sehat setelah didera penyakit tifus beberapa bulan yang lalu.

Akan tetapi, ajaran-ajaran baik yang selalu ditanamkan ibunya dulu membuat Najwa menekan dalam-dalam kemarahannya. Meski sorot mata wanita itu mengandung ribuan kubik magma, dia masih berusaha menahan nada suara tidak memaki sang suami.

"Kenapa, Mas? Apa yang salah dengan pernikahan kita?" Pertanyaan itu keluar dari bibir Najwa yang bergetar. Matanya nanar menatap sang suami

Pandangan Rafa berubah sendu saat melihat raut terluka sang istri, menghadirkan rasa bersalah di dadanya. Namun, keadaan tidak bisa dikembalikan seperti sedia kala.

"Maaf, tidak ada yang salah dalam pernikahan kita. Kamu istri yang sangat baik." Wajah Rafa memelas karena memang seperti itu kenyataannya.

"Lalu kenapa?" Najwa mulai terisak. Sesak di dada memanaskan kelopak mata, memaksa air mata berderai membasahi wajahnya.

"Kami selalu bertemu. Aku sudah berusaha menghindar, tetapi selalu ada situasi yang membuat kami selalu bersama."

"Apa?" Tawa getir terdengar dari bibir Najwa. Tatapan matanya menunjukkan ketidakpercayaan kepada Rafa. "Kamu enggak fakir ilmu, Mas. Kamu sangat paham agama, bahkan setiap ucapanmu selalu menyelipkan nasehat untuk orang lain. Kamu tahu batasan bergaul antara laki-laki dan wanita, tapi kenapa kamu tak bisa menjaga hati dan pandangan?"

"Karena itu aku menikahi Laila." Rafa mulai frustasi mendengar rentetan kalimat yang diujarkan Najwa. "Aku tak mau berdosa berzina mata dengannya."

"Tanpa bicara padaku? Tanpa meminta pertimbangan apakah aku siap dimadu?" Mata Najwa semakin menajam, seolah-olah hendak melobangi dada rafa.

"Seorang laki-laki boleh menikah lagi tanpa ijin istri pertamanya," tukas Rafa cepat. Dia tidak ingin disudutkan dengan tatapan menuduh dari manik mata Najwa.

"Kejam kamu, Mas!" seru Najwa keras. Pertahanan wanita itu runtuh mendengar kalimat tak berperasaan dari bibir Rafa. Dia tidak mengira, lelaki yang selalu berlaku lembut kini tega menancapkan belati ke dadanya. "Memang tidak ada kewajiban meminta ijin dari istri pertama, tapi setidaknya dengan membicarakannya kamu masih menganggap aku istrimu. Aku bukan batu yang diam saja saat kamu sakiti, Mas. Tidak ada wanita di dunia ini rela dimadu tanpa alasan yang jelas."

"Aku tahu, tapi kalau kamu ikhlas maka surga balasannya." Rafa mencoba meraih tangan Najwa, tetapi wanita itu menepis pelan.

"Masih banyak cara untuk mendapatkan surga. Jangan gunakan ilmumu padaku, karena aku juga sangat paham. Kamu zalim, sampai kapan pun aku tidak ikhlas!"

Najwa beranjak meninggalkan meja makan yang masih menyajikan hidangan makan malam yang belum tersentuh. Bahkan, kue tart yang dibuat sepenuh hati olehnya dibiarkan jatuh di lantai.

Rafa menyugar rambut dengan raut kesal. Dia tak mengira semua menjadi serumit ini. Tadinya dia pikir Najwa akan menerima pernikahan keduanya, karena wanita itu juga sangat paham agama sepertinya. Najwa putri seorang pemuka agama yang sangat disegani di kota mereka. Pernikahan mereka atas dasar perjodohan, tetapi bukan berarti dia tidak mencintai wanita itu.

Najwa bak bunga baru mekar yang menguarkan arumi surgawi. Wajahnya cantik membuat mata tak ingin beralih menatap ke arah lain. Suaranya begitu merdu kala membaca kitab suci membuat dada Rafa bergetar. Sangat mudah jatuh cinta kepada wanita itu. Saat Najwa menerima perjodohan mereka, dia seperti mendapat durian runtuh. Dia merasa sangat bangga , sebab dari sekian banyak laki-laki, Ustad Amir, Ayah Najwa, memilihnya menjadi menantu. Ijab-kabul yang keluar dari mulutnya sebagai penanda mereka siap mengayuh bahtera ke laut lepas sekaligus hari patah hati bagi para pengagum Najwa.

Tadinya Rafa yakin tidak akan pernah menemukan wanita seperti Najwa. Namun, bertahun-tahun kemudian sosok lain hadir mengusik hatinya. Wanita itu bernama Laila. Seorang janda tanpa anak yang memiliki toko pakaian muslim yang juga rekanan usahanya yang bergerak sebagai biro perjalanan haji dan umroh. Setiap mata mereka beradu pandang ada geletar yang merayapi sendi-sendi hati Rafa, menghadirkan rasa yang sama saat pertama kali melihat Najwa. Dia sudah berusaha menghindar, tetapi mereka selalu bertemu di setiap kesempatan.

Benih-benih rasa mulai bertunas di dada Rafa. Tempurung kepalanya disesaki bayangan Laila. Ada rasa rindu bila tak bertemu. Dia tahu rasa itu tak boleh ada, tetapi dia tak mampu menghalau keinginan memiliki wanita itu. Dia seperti remaja sedang kasmaran, selalu gelisah memikirkan sosok juwita yang mengalihkan hatinya dari Najwa. Oleh karena itu, dia lebih sering mendatangi toko Laila dengan alasan untuk mengurus perlengkapan haji dari kliennya. Meski hanya melihat sebentar sudah mampu mengobati rindu di dadanya.

Tak ingin terus-terusan berzina hati, Rafa nekad menyampaikan niatnya. Gayung pun bersambut, Laila menerima lamarannya dan tidak keberatan menerima ajakan menikah siri. Dia mereguk manis rumah tangga bersama istri keduanya, lupa Najwa yang masih terbaring di rumah sakit. Namun, tak selamanya rahasia bisa ditutup dengan sempurna. Satu pesan mesra yang tak sengaja dibaca sang istri membuatnya harus mengakui pernikahan keduanya yang baru beberapa bulan.

Rafa mencoba menghampiri Najwa sekali lagi. Dia yakin cepat atau lambat wanita itu akan menerima Laila sebagai madu. Najwa hanya kaget, itu yang ditanamkan Rafa di otaknya. Tidak mungkin wanita berilmu seperti Najwa memintanya menceraikan istri keduanya. Dia hanya perlu bersabar dan berusaha mengambil hati sang istri agar merestui pernikahan tersebut.

Tangan Rafa yang hendak mengetuk pintu tertahan di udara saat sayup-sayup mendengar tangis tertahan dari dalam kamar. Dia sadar luka yang ditorehkan sangat dalam ke dada sang istri, tetapi dia juga yakin Najwa wanita kuat dan bijaksana. Wanita itu hanya butuh sendiri untuk meluahkan semua amarahnya. Rafa memilih memberi sang istri ruang untuk berpikir. Setelah wanita itu tenang dia akan kembali membujuk.

Rafa menjauh dari pintu kamar menuju ruang tamu saat ponselnya berdering. Nama Laila tampil sebagai pemanggil.

"Assalamualaikum, sayang," sapa Rafa pelan.

"Waalaikumussalam, Mas. Maaf, bisa ke sini? Aku tidak enak badan. Dari siang mual-mual terus."

Rafa melirik ke arah kamar utama. Pintu bercat cokelat tua itu masih tertutup. "Iya, tunggu, ya, Mas akan datang."

Rafa memutus pembicaraan setelah si wanita membalas salamnya. Lelaki itu meraih kunci mobil, lalu bergegas meninggalkan rumah. Saat ini Laila lebih membutuhkannya.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Sari Sui
mantul,,,,,tetap semangaaat
2024-07-28 18:20:22
0
user avatar
Iim
Bacanya ko ikut ngrasain sakitnya diposisi najwa yah...
2024-07-25 16:14:45
0
user avatar
marSoeDi Udie
ok mantep tenan
2024-07-21 18:50:12
0
58 Chapters
Hadiah Pernikahan
Najwa semakin mengeratkan kepalan kedua telapak tangannya yang gemetar. Seolah-olah dengan cara seperti itu dia bisa mendapatkan kekuatan mendengar pengakuan Rafa, lelaki yang telah menikahinya enam tahun yang lalu. Pernikahan yang diharapkan wanita itu sekali seumur hidup. Tidak ada yang salah dengan pernikahan mereka. Rafa seorang lulusan pondok pesantren terkenal sangat paham syariat agama. Lelaki berkulit putih bersih dengan tulang hidung tinggi itu memperlakukannya sangat baik selama mereka menikah. Kata-kata manis selalu keluar dari bibir si lelaki, membuatnya yakin tak ada yang bisa membuat sang suami berpaling. Namun, keyakinan Najwa kini luluh lantak. Di perayaan pernikahan mereka yang ke enam, Rafa memberi hadiah yang membuatnya tak bisa berkata-kata. Sesuatu menghantam dadanya begitu keras hingga ingin memaki lelaki di hadapan. Hendak bertanya apa salahnya sehingga Rafa tega menduakan tanpa bertanya terlebih dahulu. Ingin rasanya melemparkan hidangan yang dia masak sepenuh
last updateLast Updated : 2024-06-06
Read more
Alasan Menyakitkan
Najwa masih berbaring di atas tempat tidur. Tangis wanita itu telah usai sejak tadi, tetapi perih karena perbuatan Rafa masih menggelayuti hati. Sayatan luka yang ditoreh laki-laki itu begitu dalam. Tidakkah Rafa memikirkan perasaannya? Tak bisakah sedikit menghargai dirinya? Sakit pengkhianatan lelaki itu terekam jelas di benak Najwa dan akan meninggalkan trauma berkepanjangan. Bukannya meminta maaf dan berusaha membujuk badai yang sedang mengamuk di dadanya, Rafa malah pergi. Baginya, sudah jelas di mana laki-laki tersebut meletakkan hati."Aku tak mau berzina, karena itu aku menikahinya."Alasan yang diujarkan Rafa laksana belati yang menikam dada Najwa. Kalau lelaki itu menundukkan pandangan tak mungkin ada hasrat kepada wanita lain. Ingatan wanita bermata sayu itu terlempar ke masa lalu. Ketika mereka masih baik-baik saja. Nyaris tidak ada pertengkaran, bila terjadi perselisihan selalu dia yang mengalah meski tak bersalah. Dia selalu berusaha memahami Rafa meski sang suami tak pe
last updateLast Updated : 2024-06-06
Read more
Kau Jahat
Najwa masih berdiri di pintu meski mobil yang dikendarai ayahnya tidak terlihat lagi. Rasa bersalah menikam dadanya melihat langkah pelan si lelaki. Harusnya di usia senja dia tidak memberi beban pikiran untuk sang ayah, tetapi hanya lelaki itu yang dia punya. Najwa tidak mampu menghadapi masalah rumah tangganya sendirian. Dia butuh sandaran dan nasehat agar bisa menentukan sikap."Seharusnya kamu tidak melibatkan Ayah." Najwa memejamkan kelopak mata mendengar teguran Rafa. Meski pelan, tetapi mampu membuat amarahnya kembali tersulut. Dia berbalik dan melihat lelaki itu berdiri tak jauh di belakangnya."Dia Ayahku, kalau bukan padanya, ke siapa lagi aku harus mengadu?" Sorot mata Najwa yang selalu teduh kini berubah tajam dan sinis."Ck, kita bukan anak kecil lagi. Lagipula rumah tangga kita bukan setahun dua tahun, tak perlu melibatkan orang tua."Najwa terperangah mendengar jawaban Rafa. Ke mana ilmu agama yang dipelajari lelaki itu? Hanya untuk membenarkan perbuatannya dia melupak
last updateLast Updated : 2024-06-06
Read more
Aku yang Tersakiti Bukan Dia
Aku refleks menatap Rafa dengan sorot bertanya. Apa maksud lelaki itu membawa istri keduanya ke rumah kami? Belum cukupkah luka yang dia tebar di hatiku? Apakah dia ingin memamerkan wanita yang sedang tersenyum manis ke arahku? Semua pertanyaan itu memberondong kepalaku membuat rongga dada terasa sesak."Najwa, maaf, aku tidak bermaksud apa-apa. Aku hanya ingin kalian saling mengenal." Rafa menjawab tanpa aku bertanya, baguslah dia peka dengan perubahan rautku."Iya, mbak, Mas Rafa bilang kita harus akur sebagai istrinya. Jadi, kedatangan aku ke sini ingin memperkenalkan diri sekaligus ingin bertemu dengan Mbak langsung. Selama ini Mas Rafa banyak cerita tentang Mbak."Wanita bernama Laila itu juga angkat bicara. Harus aku akui parasnya sangat cantik, kulitnya putih bersih, ditunjang penampilannya yang sangat modis tanpa harus mengenakan pakaian terbuka. Aku tahu selera Mas Rafa tidak kaleng-kaleng. Apa aku rendah diri disandingkan dengan wanita itu? Tidak! Aku adalah aku dengan segal
last updateLast Updated : 2024-06-06
Read more
Galau
Aku berjalan mondar-mandir di dalam rumah sambil menggenggam ponsel. Sejak pertengkaran dengan Rafa, aku tak bisa lagi tidur dengan nyenyak, pikiran kalut, gelisah mendera dada, bahkan selera makan ikut menghilang. Sudah tiga hari Rafa tidak pulang, laki-laki itu benar-benar membuktikan ucapannya, sampai seutas kabar pun tak dikirimkan padaku. Tega sekali dia menyiksa batinku. Andai jantung ini bisa berteriak mungkin dia akan mengeluhkan rasa sakit yang tak terperi. Andai mata bisa berontak mungkin akan mengeluh lelah terus-menerus menderaikan air mata. Namun, aku bisa apa? Hanya menangis dan menangis. Memang aku selemah itu, walaupun bibir mengatakan membenci Rafa, tetapi hati tetap mendambanya. Bukan menjadi budak cinta, statusku sebagai istri yang membuatku harus mempertahankan hakku. Aku tak mudah menyukai seseorang. Sejak dulu selalu menjaga jarak dari pergaulan, sehingga tak pernah mengenal kata pacaran. Didikan Ayah juga sangat berpengaruh padaku, sehingga setelah menikah deng
last updateLast Updated : 2024-06-06
Read more
Astaga
Aku memejamkan mata sembari merapal doa di dalam hati semoga laki-laki itu bukan orang jahat. Membayangkan hal-hal buruk membuat kakiku gemetar, bahkan rasanya tak mampu menahan bobot tubuh."Najwa, kamu ngapain ngumpet di sini?"Refleks kelopak mataku terbuka lalu menoleh dengan cepat ke belakang. Lega seketika bertandang ke dada melihat raut Rania yang menatapku dengan dahi berkerut."Astaga, kamu bikin aku takut aja!" Aku berdiri sambil menepuk tanah kering yang menempel di rok."Kamu yang aneh, siang-siang gini ngumpet di belakang gerobak." Kepala Rania celingukkan melihat ke kiri dan kanan lalu kembali mematapku dengan mata memicing, "kejahatan apa yang sudah engkau lakukan wahai Ukhti?"Aku memasang wajah malas ketika Rania mulai bermain drama. Mungkin kebiasaannya menonton sinetron membuat otaknya terkontaminasi adegan-adegan lebay para aktor dan aktris."Ck, mana ada. Aku anak sholeha, rajin menabung, dan tidak sombong." "Trus, ngapain jongkok di sana?" Rania masih penasaran
last updateLast Updated : 2024-06-06
Read more
Salah Tingkah
"Terima kasih," ucapku pelan nyaris tak terdengar sambil menerima dompet yang ditemukan Bastian. Saking malunya aku bahkan tak berani menatap lelaki tersebut."Tidak perlu sungkan, tadinya aku bermaksud menyerahkan dompet itu ke kantor polisi. Ternyata kalau jodoh tidak ke mana, kita ketemu di sini.""Hah?!" Mendengar kata jodoh, aku tersentil dan mengangkat wajah hingga mau tak mau kami kembali bersitatap."Tidak usah mikir aneh-aneh. Apa pun kalau ketemu berarti jodoh, kan?"Aku kembali menunduk melihat lelaki itu tersenyum, rasanya dia sedang menertawakan kebodohanku. Tenang Najwa, ini hanya salah paham, besok-besok pasti sudah lupa."Kalau gitu tidak ada masalah, ya." Suara Riana terdengar menyela untuk mencairkan suasana yang telanjur kaku karena ulahku. Untung saja gadis itu cepat datang, kalau tidak entah kebodohan apa lagi yang aku lakukan."Ya, aku rasa anak-anak pasti sudah lapar, suruh rehat dulu sambil kita makan siang."Riana mengangguk. Dia memberi instruksi agar teman-
last updateLast Updated : 2024-06-27
Read more
Tudingan Tak Berdasar
Telingaku berdenging ketika mendengar teguran keras seseorang. Aku menoleh ke arah suara dan melihat Rafa sedang menatap ke arahku dengan tajam, seolah-olah aku sedang melakukan kejahatan besar. Dadaku semakin terasa sesak ketika melihat Laila berdiri di samping lelaki itu. Saat tatapan kami beradu, dia semakin mengeratkan pegangannya di lengan Rafa, seakan-akan mengatakan kalau dia sudah memiliki lelaki itu sepenuhnya."Ternyata kerudung yang kamu gunakan hanya topeng. Saat suami tidak di rumah kamu malah kelayapan bersama lelaki lain." Lagi, Rafa mencercaku dengan lidahnya yang tajam.Aku melirik Bastian yang diam memperhatikan Rafa. Raut lelaki itu kembali terlihat datar. Mukaku memerah mendengar tudingan tidak berdasar lelaki tersebut, sampai hati dia menuduhku sekeji itu."Mas, jangan marah, mungkin kita salah paham. Tidak mungkin, kan, putri ustad terkenal perilakunya sama dengan wanita murahan." Kali ini Laila yang bicara sembari mengulas senyum licik. Di mataku wanita tersebut
last updateLast Updated : 2024-06-27
Read more
Mematikan Hati
Cukup lama aku berdiam diri. Baik Rafa maupun Laila tidak berminat berbincang sepatah kata pun. Baguslah, sebab setiap mendengar wanita itu bicara dadaku terasa terbakar, seolah-olah api unggun sedang menyala di dalam sana. Aku melirik Rafa sekilas ketika mobil berhenti di depan bangunan bercat putih. Lelaki itu turun tanpa bicara lalu berlari-lari kecil masuk ke pekarangan rumah."Bagus, kan, rumah kami? Mas Rafa membelikannya satu tahun yang lalu."Aku memejamkan kelopak mata mendengar Laila bicara, kata-kata wanita itu berhasil menggores hatiku. Aku bisa mengira-ngira Rafa setahun ini menduakanku atau mungkin bisa lebih lama dari itu."Kau pikir aku peduli?" Lidahku tak tahan menjawab provokasi Laila."Tentu kau harus peduli, setelah mendengar aku hamil Mas Rafa langsung membeli rumah yang lebih besar. Dan kau tahu setiap hari dia selalu bertanya apa yang aku butuhkan."Kedua telapak tanganku terkepal mendengar balasan Laila. Aku tahu dia sengaja memancing emosiku. Entah apa yang a
last updateLast Updated : 2024-06-27
Read more
Takdirkah?
Aku terbangun ketika merasakan sesuatu menghimpit perutku. Aku menoleh ke sebelah ketika dengkur halus terdengar di telinga. Sejenak tertegun melihat wajah Rafa dekat sekali denganku. Bahkan, napasnya hangat menerpa mukaku. Aku bisa melihat dengan jelas raut lelaki itu. Rafa memiliki fitur wajah yang nyaris sempurna. Dahinya tidak terlalu lebar, tulang hidung tinggi, dan bentuk rahang tegas semakin membuatnya terlihat tampan. Tak salah rasanya banyak wanita yang terpesona saat menatapnya. Apalagi sifat ringan tangan dan ramah, tentu menjadi nilai tambah untuknya. Aku menyingkirkan tangan Rafa yang melingkar di pinggang, entah kapan lelaki itu naik ke tempat tidur. Kupikir dia akan tidur di ruang tengah atau kamar tamu. Bahkan aku sempat mengira dia akan kembali ke rumah Laila. Perlahan dadaku menghangat menyadari Rafa merendahkan egonya dan tidur sambil memelukku. Aku menatap wajah lelaki itu lamat-lamat. Maafkan aku, Mas, sikapku sekarang karena cintaku yang terlalu besar padamu. Be
last updateLast Updated : 2024-06-27
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status