Share

Istri 3 Miliar Sang Pewaris
Istri 3 Miliar Sang Pewaris
Penulis: Ainuncepenis

Bab 1 Uang Operasi.

"Nona Greesel, kondisi adik Anda semakin memburuk. Kami harus melakukan operasi sumsum tulang belakang secepatnya."

Ucapan dokter yang baru saja keluar dari ruang UGD membuat gadis berpakaian kucel itu lemas seketika. Air mata jatuh membasahi pipinya yang tampak pucat.

Sesaat yang lalu, adiknya mengalami kecelakaan hingga langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat. Masih jelas dalam benak Greesel bagaimana tubuh Vano—adiknya yang berusia 10 tahun—berlumuran darah dan tidak sadarkan diri.

"O-operasi, Dokter?" sahut Greesel terbata. Pikirannya langsung kalut. "Kalau memang operasi bisa menyelamatkan nyawa adik saya, maka lakukan saja, Dokter!”

 Namun, pria berjubah putih itu menggeleng samar. “Anda harus menyelesaikan biayanya terlebih dahulu, Nona.”

“Biaya…” ujar Greesel membeku. Matanya yang berair mengerjap beberapa kali. “Be-berapa banyak biaya yang dibutuhkan, Dokter?" tanyanya harap-harap cemas. Ia tak memiliki banyak uang dalam tabungannya saat ini.

 "Untuk donor sendiri kami masih harus mencari yang cocok dan pasti dengan biaya yang cukup mahal. Untuk operasi pasien membutuhkan biaya 120 juta. Tapi itu baru operasi saja, belum yang lainnya," jawab Dokter.

 Deg!

Bagai disambar petir, tubuh Greesel seketika menjadi kaku. Kakinya gemetar kehilangan daya. Jumlah uang sebanyak itu … dari mana ia mendapatkannya?

"Nona Greesel, jika kita tidak melakukan operasi secepatnya, saya khawatir kondisi adik Anda tidak bisa diselamatkan," ujar Dokter, menarik atensi gadis muda di hadapannya.

 "Dokter, kalau begitu cepat lakukan operasi pada adik saya. Saya berjanji akan membayar biaya pengobatan itu secepatnya!" ucap Greesel dengan bibir bergetar.

 Terbayang dalam benak kondisi adiknya yang sedang sekarat, berjuang untuk tetap hidup. Greesel tidak sanggup membayangkan kehilangan satu-satunya keluarga tersisa yang dia punya.

"Maaf Nona, operasi akan dilanjutkan jika biayanya sudah dibayarkan dan semua prosedur sudah dijalankan," jelas Dokter.

"Tolong beri saya waktu, Dokter, saya janji akan membayarnya secepatnya. Tolong selamatkan nyawa adik saya!" pinta Greesel putus asa. Wajahnya sudah basah bersimbah air mata.

 Dokter itu tampak bersimpati. Namun, ia tak bisa melakukan apapun. "Maaf Nona, kami tetap tidak bisa melakukannya karena itu sudah kebijakan di rumah sakit ini. Silakan urus biaya administrasi terlebih dahulu agar operasi bisa dijalankan," jelasnya sekali lagi, lalu pergi meninggalkan Greesel yang tercenung di tempatnya berdiri.

"Dokter..." lirih Greesel. Hatinya benar-benar nelangsa. Dari mana ia bisa mendapatkan uang ratusan juta dalam waktu singkat?!

 Greesel berlutut dengan menutup wajahnya menggunakan kedua tangan. Greesel terisak-isak dalam tangisannya di tengah-tengah beberapa orang yang lewat yang memperhatikan dirinya. Greesel sudah tidak peduli yang menjadi tontonan, dia hanya memikirkan kondisi Vano.

"Hotel!" gumam Greesel yang tiba-tiba kepikiran sesuatu. Greesel tidak menunggu lama, ia langsung berdiri dengan tegak dan berlari menyusuri koridor rumah sakit.

Ia tahu ke mana harus pergi untuk mendapatkan bantuan!

 **

Grand Hotel.

Greesel berdiri dengan kepala tertunduk di depan seorang pria berjas rapi yang berusia sekitar 40 tahun. Pria dengan perut yang sedikit membuncit itu menatapnya dengan ekspresi tak suka.

 "Kamu bilang mau meminjam uang?" tanyanya dengan alis menungkik tajam.

 "I-iya, Pak. Saya membutuhkan uang untuk biaya operasi adik saya.”

 "Memang kamu butuh berapa?" tanya pria yang merupakan manager di hotel tersebut. Ia adalah atasan Greesel.

"120 juta, Pak," jawab Greesel, masih dengan kepala tertunduk segan.

 "120 juta?!" pekik pria itu. “Hahaha!” Suara tawanya langsung membahana, membuat Greesel bingung sekaligus merasa terhina.

 "Hey, Greesel! Apa saya tidak salah dengar? Kamu pikir uang segitu nilainya tidak banyak, ha?!” Pria itu menatapnya dengan tatapan merendahkan. “Kamu itu hanya karyawan yang kerjanya bersih-bersih! Kamu mau ganti pakai apa uang sebanyak itu? Kamu kerja 10 tahun saja belum tentu bisa membayar hutang itu!"

Air mata jatuh membasahi pipi gadis itu. Bukannya mendapatkan bantuan, dia malah mendapatkan hinaan.

“Tapi, pak, saya akan berusaha untuk mengembalikannya secepat mungkin!” ujar Greesel, masih berusaha untuk meyakinkan sang manager dan mengharap belas kasihan darinya.

 "Hal itu sangat mustahil! Ck, kamu sudah membuang waktu saya!" ujar pria itu kesal, lalu berbalik dan langsung pergi sambil geleng-geleng kepala.

"Pak, tunggu!" Greesel mencoba untuk menahan pria itu, tetapi tidak dipedulikan.

 "Ya Allah, dari mana lagi aku harus mendapatkan uang?" lirihnya sedih. Kedua bahunya turun. Ia benar-benar merasa putus asa.

 "Kamu butuh uang?"

 Tiba-tiba terdengar sebuah suara lembut, membuat Greesel menoleh ke belakang.

Seorang wanita dengan penampilan yang sangat elegan, berjalan mendekati Greesel dengan kedua tangan dilipat di dada.

 "Bu Gracia…" lirih Greesel, tak percaya dengan apa yang dilihatnya di depan mata. Dia adalah orang yang dihormati oleh semua karyawan di hotel ini karena menjalin kasih dengan pemilik hotel. Walau berita itu belum ada klarifikasi kebenarannya.

"Saya tidak sengaja mendengar pembicaraan kamu dengan manager barusan,” ujar wanita cantik itu dengan ekspresi tak terbaca. “Kamu membutuhkan uang yang banyak untuk biaya operasi adik kamu, bukan begitu?" tanyanya memastikan.

"Be-benar Bu," sahut Greesel dengan kepala tertunduk.

 "Saya akan memberikan kamu uang itu tanpa meminjam, tetapi kamu harus melakukan pekerjaan yang saya inginkan!" kata Gracia tanpa basa-basi.

Kepala Greesel langsung mendongak menatap wanita di hadapannya. Dia tampak kaget mendengar pernyataan dari Gracia.

"Apa yang harus saya kerjakan?" tanyanya. Secercah harap timbul dalam benaknya.

Gadis yang sudah hampir putus asa ini sanggup melakukan apa saja asal bisa mendapatkan uang demi menyelamatkan adiknya.

"Kamu harus menikah dengan Adrian Brawijaya!" jawab Gracia yang seketika membuat Greesel membelalak.

Jantungnya berdebar begitu kencang saat mendapatkan syarat yang menurutnya sangat tidak masuk akal.

"A-Adrian Brawijaya? Bukankah beliau adalah pemilik hotel ini?" tanya Greesel tampak kebingungan. “Dan bukankah beliau—”

"Kamu benar,” sela Gracia. “Kamu cukup menikah dengannya selama satu tahun. Setelah melahirkan anaknya, kalian langsung bercerai," lanjutnya.

"Maksud Ibu?" tanya Greesel yang masih dilanda kebingungan.

"Kalian menikah kontrak dengan nilai yang bukan hanya 120 juta, tetapi 3 miliar. Saya akan berikan setengahnya di awal dan sisanya akan diberikan di akhir setelah kontrak itu berakhir."

Greesel tercengang mendengarnya. "T-tapi itu tidak mungkin Bu! Saya tidak mungkin menikah dengan seorang pimpinan, apalagi beliau adalah kekasih Bu Gracia—”

"Terserah kamu,” sela Gracia, ekspresi wajahnya masih sama datar. “Saya hanya memberimu penawaran, dan saya rasa itu bukan hal yang sulit. Keputusan ada padamu!" tegas wanita itu. Ia tampak tidak ingin basa-basi dan langsung berlalu dari hadapan Greesel.

Gadis itu seketika panik. Ia bingung sekaligus tergiur dengan penawaran yang diberikan. Kapan lagi ia bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat?

Tapi menikah kontrak? Greesel tidak bisa membayangkannya!

Greesel menggigit bibir gelisah. Bayangan Vano yang berlumuran darah kembali terngiang dalam benaknya.

Demi Vano….

Greesel berbalik dan mengejar Gracia yang sudah beberapa langkah di depan. Ia menahan tangan Gracia yang langsung menatapnya.

"Sa-saya terima tawaran Ibu…”

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status