Share

Bab 4 Setuju Dengan Kontrak

"A-apa?” Greesel bertanya dengan suara tercekat. Terlalu terkejut dengan ucapan Adrian.

Bukankah sesaat yang lalu pria itu menolak keras untuk menikah dengannya? Kenapa tiba-tiba berubah pikiran?!

"Kita bicara di dalam," kata Adrian sambil lalu, masuk kembali ke dalam apartemen mewah itu. Sedangkan Greesel tetap bergeming di ambang pintu.

"Mau sampai kau berdiri di sana?" tegur Adrian membuat Greesel sedikit kaget.

Dengan kebingungan, Greesel kembali melangkahkan kakinya mengikuti Adrian ke ruang tamu.

"Duduklah!" titah Adrian.

Seperti robot yang patuh, Greesel pun duduk. Wajahnya tampak bingung dan juga gugup.

"Tunggu di sini!" kata Adrian. Sepasang mata Greesel mengikuti kemana pria itu pergi.

Adrian ternyata memasuki sebuah ruangan, meninggalkan Greesel sendirian di ruang tamu dengan perasaan gelisah. Gadis itu masih menerka-nerka apa yang akan dilakukan Adrian.

Setelah cukup lama menunggu, akhirnya Adrian keluar dari ruangan itu sambil membawa map berwarna biru. Ia duduk di hadapan Greesel dan menyerahkan map itu padanya.

"Aku dengan sangat terpaksa harus menikah denganmu," ucap Adrian yang membuat Greesel langsung menatapnya. Kebingungan masih terpancar di wajah cantiknya.

Baru beberapa menit yang lalu dia mendapatkan penolakan dan juga hinaan, tapi sekarang situasi berubah 180 derajat.

"Pernikahan ini hanya akan terjalin selama 1 tahun, atau bahkan kurang. Setelah kau melahirkan keturunanku, maka kita akan berpisah!" lanjut Adrian.

Greesel terdiam. Jadi Adrian menyetujui rencana Gracia? Tiba-tiba?

"Jadi intinya, kau harus bisa memiliki anak secepat mungkin!" kata pria itu. "Apa kau mendengarku?" tanyanya lagi tidak sabaran, karena sejak tadi tidak mendapatkan tanggapan apa-apa.

"Ba-baik, saya mengerti," sahut Greesel yang akhirnya mengeluarkan suara.

"Baca kontrak pernikahan itu sebelum menandatanganinya!"

Dengan tangan bergetar Greesel mengambil dan membaca sesuai apa yang dikatakan Adrian.

"Mau berapa lama aku harus menunggumu untuk membaca kontrak itu?" tanya Adrian membuat Greesel berhenti membaca berkas di tangannya.

"Maaf!" sahutnya gugup. Ia benar-benar tidak bisa fokus.

"Aku ulangi sekali lagi. Poin penting yang tertulis di dalam kontrak itu adalah pernikahan ini hanya untuk 1 tahun. Jika kau tidak bisa hamil, maka kontrak itu akan berakhir lebih cepat, dan kau harus mengembalikan semua uang yang kau terima!" tegas Adrian.

"Setelah pernikahan, kita hanya perlu tidur satu kali saja dan setelah itu aku tidak akan menyentuhmu," lanjut Adrian. "Pernikahan ini hanya kesepakatan, jadi tidak akan ada kehidupan pernikahan yang normal seperti umumnya. Kita tidak tinggal satu atap. Kau akan punya tempat sendiri. Ketika kau mengandung anakku, aku akan memberikan semua fasilitas sampai anak itu lahir!"

Greesel sama sekali tidak berkomentar apa-apa dan hanya mendengarkan semua yang dikatakan pria yang sangat serius berbicara itu.

"Lalu jika di tengah jalan kau mencari masalah atau melanggar kontrak. Maka kau akan tahu resikonya karena berhadapan dengan siapa. Bukan hanya uang yang harus kau kembalikan!"

Dibanding kesepakatan, ucapan Adrian lebih terdengar seperti sebuah ancaman. Namun, Greesel tak punya pilihan lain selain menyetujuinya.

"Apa kau mengerti?" tanya Adrian.

Greesel mengangguk. "Saya mengerti."

"Tanda tangan!" titah pria di hadapannya itu.

Greesel menghela nafas perlahan, lalu menandatangani kontrak pernikahan tersebut.

Ia tidak punya waktu untuk berpikir. Karena yang dia butuhkan sekarang hanya uang untuk Vano.

Sementara Adrian mendengus kasar, seolah merasa sangat jijik pada wanita yang rela menikah dengannya hanya karena sejumlah uang.

Adrian mengambil kontrak pernikahan itu setelah selesai ditandatangani Greesel.

"Kau akan mendapatkan uang muka dan sisanya akan dibayar setelah kau menyelesaikan tugasmu!" ujar Adrian.

‘Apa aku boleh meminta uang itu sekarang…’

Kata-kata itu hanya diucapkan di dalam hati Greesel. Dia sama sekali tidak berani meminta uang itu, padahal dia sudah menandatangani kontrak.

"Kita akan bertemu dengan Eyang," ucap Adrian yang tidak ingin membuang-buang waktu dan tidak ingin kalah dari sepupunya yang baru saja memperkenalkan calon istri pada Eyangnya.

"Se-sekarang?" tanya Greesel.

"Tahun depan!" jawab Adrian ketus, lalu berdiri dari tempat duduknya dan kembali pergi memasuki ruangan yang sebelumnya dia masuki.

Greesel hanya bisa menghela nafas, terlihat begitu lelah dengan situasi yang dia hadapi.

‘Semoga aku bisa bertahan…’

**

Greesel dibawa ke sebuah restaurant mewah di pusat kota untuk bertemu dengan nenek Adrian.

Wanita tua yang dipanggil Eyang itu melihat Greesel dari ujung kepala hingga ujung kaki, seolah tampak menilai. Hal itu membuat Greesel sangat gugup, apalagi tatapan Eyang sangat intens. Gadis itu hanya tertunduk, dengan kedua tangan yang saling meremas.

"Jadi ini calon istri kamu?" tanya Eyang pada pria yang berdiri di sebelah Greesel.

"Iya, Eyang," jawab Adrian singkat. "Ayo duduk, Greesel!" katanya sambil menarik kursi dan begitu manis mempersilahkan Greesel.

"Kalian bertemu di mana?" tanya Eyang begitu keduanya sudah duduk berdampingan.

"Aku bertemu dengan Greesel di Hotel, dia adalah salah satu karyawan Hotel. Aku menyukainya dan ingin menikah dengannya dengan komitmen yang sudah kami bangun," jawab Adrian dengan singkat dan bahkan tidak repot-repot untuk berbohong soal asal-usul Greesel.

‘Apa orang seperti mereka bisa menerimaku menjadi bagian dari keluarga mereka? Mengingat aku hanya wanita biasa dan sangat tidak pantas bersanding dengan tuan Adrian,’ batin Greesel yang ternyata tidak percaya diri yang dan juga tidak yakin.

"Begitu rupanya! Baiklah jika kamu memang ingin menikah dengan Greesel. Eyang akan menyiapkan pernikahan kalian berdua."

Ucapan Eyang membuat Greesel mendongak dan menatap wanita itu tak percaya.

Ia diterima semudah itu?

Greesel menelan ludah. Terlihat bingung dengan tanggapan wanita paruh baya yang memang wajahnya terlihat aura kebaikan dan penuh ketulusan itu.

"Greesel, kamu tidak perlu gugup seperti itu. Kamu akan menjadi bagian dari keluarga kami, jadi jangan khawatir. Tidak perlu memikirkan pernikahan kamu dan juga Adrian. Biar semua Eyang yang mengurus semuanya," ucap Eyang dengan ramah.

"I-iya Eyang," jawab Greesel dengan gugup. Dalam hati ia masih tidak percaya ternyata masih ada orang kaya yang memiliki hati sebaik itu, yang bahkan tidak melihat bagaimana latar belakangnya.

Sangat berbeda dengan pria di sebelahnya itu.

Adrian hanya mendengus mendengar interaksi Eyang dan Greesel.

Andai saja neneknya semudah ini juga menerima Gracia, maka ia tidak perlu menikah dengan wanita rendahan di sampingnya itu.

  Bersambung.........

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status