Share

Bab 7 Ternyata Benar

Adrian yang terlihat gelisah berdiri di depan pintu kamar dan tidak lama seseorang keluar dari kamar.

"Bagaimana? tanya Adrian.

"Nona Greesel yang memang sedang datang bulan dan hal itu juga menyebabkan nyeri pada perutnya," jawab wanita itu.

Adrian yang memang tidak percaya sama sekali dengan Greesel dan sampai Adrian membawa Dokter untuk memeriksa kondisi yang sebenarnya Greesel.

'Jadi dia benar-benar berhalangan,' batin Gavin yang terlihat masih kesal.

"Baiklah tuan, kalau begitu saya permisi dulu!" ucap wanita itu. Adrian hanya menganggukkan kepala dan wanita itu langsung pergi.

Adrian membuang kasar nafas dengan mengusap kasar wajahnya. Dia masih terlihat begitu frustasi dengan gagalnya malam pertama mereka berdua.

Bukan karena Adrian ngebet dengan malam pertama itu. Tetapi Adrian hanya ingin semua berjalan dengan cepat dan tidak ingin waktu terbuang sia-sia.

Jika Adrian yang masih frustasi berbeda dengan Greesel yang sudah berganti pakaian dan dia juga sudah mandi. Greesel yang terlihat jauh lebih fresh yang duduk di pinggir ranjang.

Tangan Greesel memegang perutnya yang terasa begitu nyeri sesuai dengan apa yang dikatakan Dokter tadi.

"Untuk apa juga aku harus berbohong. Aku wanita yang tahu diri dan tidak mungkin berani mencari alasan dan apalagi mengulur-ngulur waktu. Aku juga tidak sampai kepikiran jika aku akan berhalangan pada saat hari pernikahan," gumam Greesel.

Dia cukup kaget dengan kedatangan Dokter ke kamarnya atas perintah Adrian dan lebih kaget lagi saat Dokter itu yang memeriksa yang terjadi pada dirinya dan lebih tepatnya memastikan apakah dia benar-benar berhalangan atau hanya pura-pura saja.

Ting.

Greesel melihat ponselnya yang hidup dan masuk notif pesan. Greesel yang ternyata menerima pembayaran uang muka seperti janji di awal pernikahan. Jika sebelumnya Adrian sudah memberikan 500 juta dan sekarang Adrian mentransfer seluruhnya sesuai dengan perjanjian di muka dan sisanya akan dibayar setelah pekerjaan Greesel selesai.

"Kenapa dia langsung membayar ku? bukankah tadi dia terlihat begitu marah kepadaku?" Greesel sama sekali tidak menduga hal itu dan bahkan Greesel juga tidak menunggu sisa pembayaran di muka itu. Karena adiknya yang sudah selesai dioperasi dan yang dia butuhkan memang hanya 120 juta.

"Lalu di mana, tuan Adrian?" Greesel bertanya-tanya.

**

Pernikahan yang sudah terlewatkan, malam yang penuh drama juga terlewatkan dan sekarang Adrian dan Greesel yang berada di dalam mobil dengan keduanya yang duduk di jok belakang yang disetiri oleh supir pribadi Adrian yang tak lain asistennya yang pertama Tio.

Pasangan pengantin baru itu hanya diam dan tanpa ada obrolan sama sekali di dalam mobil. Mereka memang bukan pasangan suami istri pada umumnya dan wajar saja hal itu terjadi yang mana mereka terlihat sama-sama memiliki kesibukan masing-masing.

Jika Greesel sejak tadi melihat keluar jendela yang melihat jalanan dan berbeda dengan Adrian yang sibuk pada ponselnya yang melihat beberapa email yang masuk dalam pekerjaannya.

Masalah tadi malam sudah terlupakan di antara mereka berdua. Adrian yang mungkin sudah bisa menerima jika Greesel memang berhalangan dan tidak mungkin bisa melayani dirinya.

Dratttt-dratt-drattt-drattt.

Tiba-tiba ponsel Greesel berdering yang membuat Greesel melihat layar ponsel tersebut yang ternyata panggilan dari ibunya. Greesel menoleh Adrian yang tetap fokus pada pekerjaannya dan tampak cuek.

Mungkin saja Adrian tidak peduli atau bahkan tidak menganggap jika ada wanita di sebelahnya.

Greesel menghela nafas dan langsung mengangkat panggilan telepon tersebut.

"Assalamualaikum Bu!" sapa Greesel.

Ekor mata Adrian melirik ke arah Greesel mungkin saja dia kepo.

"Kamu itu kemana aja, Nduk. Ibu semalaman di rumah sakit menunggu kamu dan kamu malah tidak pulang?" wanita yang terdengar ditelepon tersebut begitu panik.

"Maaf Bu, Greesel tidak mengatakan apa-apa kepada Ibu. Greesel ada pekerjaan penting dan nanti kita bicara di rumah sakit ya," ucap Greesel gugup dan bahkan bicara sangat pelan yang takut mengganggu kenyamanan Adrian.

Tetapi Adrian terlihat begitu penasaran yang telinganya bergerak-gerak yang seperti nguping pembicaraan istrinya itu.

"Baiklah kalau begitu, Nduk. Ibu tunggu di rumah sakit," jawab Ibu.

"Iya Bu. Assalamualaikum," Greesel yang langsung menutup panggilan telepon tersebut.

Greesel yang terlihat menghela nafas perlahan ke depan, "aku bahkan tidak meminta restu kepada ibu tentang pernikahanku. Aku tidak tahu bagaimana cara mengatakan ini kepada ibu dan memang sangat tidak mungkin jika aku mengatakan terpaksa menikah untuk biaya operasi Vano. Aku mungkin bisa menyampaikan semua ini pelan-pelan nanti. Aku berharap ibu bisa mengerti," batin Greesel dengan wajah gelisah.

Pernikahan yang memang sangat mendadak tidak membuat Greesel punya kesempatan untuk menyampaikan kepada ibunya. Dia juga tidak pulang seharian dan jelas ibunya akan mencari dia, karena hal itu tidak pernah terjadi sama sekali.

Di tengah lamunan dan pemikiran Greesel, mobil mewah itu memasuki pekarangan rumah, Greesel terlihat heran yang masih tetap melihat keluar jendela dan melewati beberapa pohon-pohon yang sangat tinggi yang tersusun sangat rapi.

Greesel merasa seperti masuk ke dalam istana kerajaan. Dari gerbang utama mobil itu berjalan cukup jauh yang membuat Greesel semakin bingung dan ada niat untuk bertanya kepada Adrian,.tetapi dia tidak berani sama sekali. Dia harus sadar jika mereka hanya memiliki status pernikahan tetapi pernikahan kontrak. Dia tetap hanya sebagai pelayan di Hotel.

Mobil itu berhenti tepat di depan istana yang sangat mewah, dengan banyak pengawal yang memakai pakaian senada menundukkan kepala. Beberapa dari mereka juga langsung membuka pintu mobil yang membuat Greesel sedikit kaget dan tidak tahu harus bersikap apa ketika pengawal itu menundukkan kepala di depannya yang mempersilahkan dia untuk keluar dari mobil.

Hal itu sangat aneh bagi Greesel. Karena biasanya dia yang memperlakukan atasan seperti itu dan sekarang dia diperlakukan seperti itu. Sementara Adrian sudah keluar dari mobil.

"Nona silahkan turun!" titah pengawal itu yang menunggu-nunggu Greesel.

"Ba-baik," jawabnya dengan terbata dan langsung menginjakkan kakinya ke tanah.

Sekarang Greesel lebih jelas lagi melihat istana mewah itu tinggi menjulang ke atas dengan bangunan klasik Eropa. Sudah seperti istana castle yang pernah dilihat Greesel dalam negeri dongeng.

Greesel harus mengagumi tempat itu yang membuat kepalanya terus berkeliling melihat luasnya rumah tersebut dengan pekarangan yang begitu asri dan terawat dengan rapi.

"Jangan hanya berdiri di sana ayo masuk!" suara dingin itu mampu membuyarkan lamunannya dan ternyata itu Adrian yang menegur dia.

Greesel menganggukan kepala yang menyusul Adrian dengan mereka berdua menaiki anak tangga menuju pintu utama rumah tersebut.

Di depan pintu itu terlihat tiga wanita satu di depannya yang sekitar berusia 50 tahunan yang terlihat elegan dan bijak dari paras wajahnya dan sementara dua lagi yang berada di belakangnya yang terlihat masih muda dengan pakaian senada yang sepertinya pelayan di rumah itu.

"Tuan Eyang besar sudah menunggu di ruang keluarga!" ucap wanita itu dengan menundukkan kepala.

"Baiklah!" Adrian mengangguk dan tiba-tiba menggenggam tangan Greesel yang membawa Greesel yang masih bengong masuk ke dalam rumah.

Greesel yang pasti sangat terkejut dengan tangannya yang digenggam begitu erat yang bahkan mampu membuat jantungnya berdebar dengan kencang.

Ketika Adrian dan Greesel yang sudah memasuki rumah ketiga pelayan itu mengikut dari belakang.

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status