Sampai akhirnya Greesel memasuki rumah mewah dan luas tersebut. Kepalanya tidak hentinya berkeliling. Harus mengakui takjub dengan kediaman Adrian yang memang seperti istana.
"Silahkan, tuan!" langkah Adrian berhenti di dekat meja makan. Di sana terlihat Eyang besar dan juga seorang pemuda yang sebaya dengan Adrian. "Kalian baru sampai?" sapa Eyang. "Iya!" sahut Adrian datar dan menghampiri meja makan. Mata pria yang duduk di samping Eyang melihat genggaman tangan Adrian dan Greesel. "Ayo! kita sarapan bersama," sahut Eyang. Pelayan itu yang sudah meninggalkan tempat tersebut. "Kami tadi sudah sarapan," jawab Adrian yang sepertinya sangat malas bergabung. 'Kenapa tuan Adrian berbohong. Kapan aku sarapan bersama dia,'batin Greesel bingung. Mungkin juga perutnya yang lapar. Karena saat pesta pernikahan dia juga tidak makan dan di tambah lagi dengan tadi pagi yang juga belum memakan apapun. "Tapi tidak ada salahnya. Kamu dan istri kamu sarapan untuk pertama kali di rumah ini," tegas Eyang. Adrian sepertinya tidak suka jika bergabung dengan pria itu. "Benar apa yang di katakan Eyang. Kalian berdua jangan terlihat sungkan seperti itu," pria itu baru mengeluarkan suara yang membuat tatapan Adrian melihat serius ke arah pria yang tersenyum itu. "Duduklah!" titah Eyang. Mau tidak mau Adrian duduk dan Greesel hanya mengikut saja juga duduk. Sukur-sukur dia memang bisa sarapan agar perutnya tidak keroncong. Mata Greesel melihat meja makan. Sarapan orang kaya pada umumnya yang penuh dengan jenis roti dan selai dan juga banyak jenis sereal. Tidak seperti Greesel kalau sarapan nasi goreng saja. "Greesel kamu mau sarapan apa?" tanya Eyang. Greesel terdiam walau perutnya sangat lapar, tetapi dia sangat sungkan dan juga takut dengan Adrian yang berada di sampingnya yang seperti memperhatikan dirinya sejak tadi. "Kamu mau coba roti ini?" Eyang yang sangat pengertian langsung meletakkan di atas piring Greesel. "Sarapanlah!" titah Eyang. "I-iya Eyang," sahut Greesel dengan gugup. Sebelum menyentuh roti itu, Greesel memperhatikan bagaimana Eyang dan juga Elang sepupu Adrian yang sarapan dengan elegan dan seperti orang-orang kaya pada umumnya. Hanya makan roti saja harus menggunakan garpu dan pisau tidak langsung di lahap begitu saja. Elang ternyata memperhatikan gerak-gerik Greesel yang seperti orang Linglung dengan kebingungan. "Apa kau tidak bisa makan menggunakan pisau?" tanya Elang to the point yang membuat Adrian langsung melihat ke arah Elang. "Atau kau tidak pernah melihat roti seperti ini?" lanjut Elang dengan pertanyaan yang menyudutkan Greesel yang terkesan sangat meremehkan. "Bukankah kau bekerja sebagai pelayan hotel di Grand Hotel, seharusnya walau tidak pernah memakannya, bukankah kau pasti sering melihatnya. Karena di hotel mewah milik keluarga ini disediakan makanan seperti ini dan seharusnya itu tidak asing bagimu,"lanjut Elang yang benar-benar meremehkan Greesel. Greesel tertunduk yang tidak tahu harus menjawab apa dan mungkin benar apa yang dikatakan Elang. Dia bahkan menyadari seharusnya menolak untuk sarapan agar tidak mempermalukan dirinya. Karena Adrian saja sejak tadi menolak dan hanya duduk tanpa makan. "Elang jaga bicara kamu!" tegur Eyang. Elang mendengus tersenyum yang melihat ke arah Adrian. Adrian sejak tadi hanya diam tetapi ekspresi wajah itu sangat ingin menerkam Elang. "Tolong layani dia!" titah Eyang pada pelayan yang berjejer di dekat meja makan. "Baik Nyonya," sahut salah satu pelayan itu. "Tidak usah, saya tidak sarapan. Perut saya tidak enak," tolak Greesel tiba-tiba. "Sarapan sudah berada di atas piringmu dan sekarang kau menolaknya. Apa kau ingin menyia-nyiakan makanan?" penolakan yang diberikan Greesel semakin menjadikan senjata untuk Elang semakin merendahkan istri dari sepupunya itu. "Apa kau harus memaksa orang lain untuk makan!" barulah Adrian berbicara dengan nada terdengar sangat berat. "Aku tidak memaksa dia untuk makan dan bukankah seharusnya dia menolak sejak tadi jika tidak ingin makan," sahut Elang. "Sudah-sudah hentikan. Apa-apaan kalian ini yang malah adu mulut. Elang Apa kamu tidak bisa diam!" tegas Eyang yang menegur kedua cucunya itu. Elang mengangkat kedua bahu dan kembali melanjutkan sarapan yang tertunda. "Kamu sakit apa Greesel?" tanya Eyang yang tampak khawatir. "Perut saya nyeri. Karena sedang....." "Greesel kurang enak badan dan tidak selera untuk makan," sahut Adrian melanjutkan kalimat tersebut. "Bukannya dia barusan mengatakan perutnya yang sakit," sahut Elang "Aku tidak harus menjelaskan secara rinci apa yang terjadi pada dia," sahut Adrian sinis. "Baiklah kalau begitu. Jika kamu membutuhkan Dokter. Kamu bisa langsung berbicara pada Eyang," ucap Eyang. Greesel menganggukan kepala dan kembali menunduk yang tidak berani menatap orang-orang yang ada di meja makan itu. "Langsung saja untuk apa Eyang memanggil kami kemari?" tanya Adrian yang sejak tadi sudah muak dengan situasi itu, dia justru ingin pergi cepat-cepat. "Maaf jika Eyang sudah mengganggu waktu kalian berdua," sahut Eyang. "Adrian kamu dan Greesel sudah menikah dan Eyang ingin kamu dan Greesel tinggal di rumah ini," tegas Eyang yang membuat Adrian terkejut dengan mata yang membulat sempurna. "Apa kata Eyang?" tanya Adrian dengan wajah kaget. Adrian sangat berharap jika dia salah dengar. "Kamu dan Greesel harus tinggal di rumah ini!" tegas Eyang sekali lagi. "Kenapa kami harus tinggal di rumah ini. Eyang aku memiliki rumah dan aku akan tinggal di rumahku bersama dengan Greesel!" protes Adrian. Sesuai dengan kontrak yang sudah dituliskan jika mereka hanya perlu tinggal satu malam saja dan setelah itu Greesel akan kembali ke rumahnya dan mereka berdua tidak akan terikat hubungan apa-apa. Jadi jelas apa yang dikatakan Eyang membuat Adrian begitu terkejut. Karena itu sama saja menghancurkan semua rencananya. "Tapi Eyang ingin kalian berdua tinggal di sini dan Eyang tidak ingin ada protes sama sekali dan termasuk kamu. Rumah ini begitu luas dan kamu sudah menikah. Jadi biarkan cucu menantu Eyang dan kamu sendiri untuk tinggal di rumah ini!" ucap Eyang menegaskan dan tidak ada tawar-menawar. "Greesel kamu sudah menjadi istri dari Adrian. Jadi kamu harus mengikuti suami kamu. Kamu akan tinggal di sini," tegas Eyang. Greesel mengangkat kepala dan tidak tahu harus menjawab apa. Dia saja hanya dikendalikan Adrian. 'Apa yang harus aku katakan. Tuan Adrian mengatakan kami akan tinggal berpisah setelah kami menikah dan bagaimana mungkin aku bisa tinggal bersama dengan tuan Adrian dan terlebih lagi tinggal bersama Eyang dan sementara aku juga masih punya keluarga. Aku juga belum menceritakan apa-apa kepada Ibu,' batin Greesel dengan penuh kebingungan. Dia juga terlihat sangat gelisah. 'Sial. Bagaimana ini. Aku tidak mungkin selamanya bersama dia. Belum sampai 24 jam saja aku sudah frustasi. Kenapa justru jalan pernikahan ini malah membuat masalah semakin banyak,' umpat Adrian di dalam hati. "Apa kalian berdua masih ingin protes?" tanya Eyang yang bergantian melihat Adrian dan Greesel. Mata Adrian melihat ke arah Elang yang sejak tadi ternyata memperhatikan ekspresi Adrian. Adrian yang merasa diawasi laki-laki itu. "Baiklah jika itu yang Eyang inginkan, aku akan tinggal di sini bersama dengan Greesel!" tegas Adrian memutuskan. Greesel terkejut dengan pernyataan yang diberikan Adrian dan semua itu di luar dari kontrak pernikahan mereka berdua. Mulut Greesel yang bergetar ingin sekali bertanya kenapa Adrian menyetujui hal itu tetapi tidak ada keberanian sama sekali untuk berbicara diantara orang-orang itu. "Bagus Kalau begitu. Eyang akan menyiapkan kamar untuk kalian berdua," sahut Eyang yang terlihat begitu bahagia. BersambungGreesel dan Adrian yang sudah berada di dalam kamar yang disiapkan oleh Eyang. Kamar yang begitu sangat luas dengan tempat tidur king size lemari yang panjang berwarna putih ditambah lagi dengan furniture mewah yang berada di dalam kamar itu dari sofa, televisi, dan yang lainnya. Tidak seperti ruang rumah Adrian saat pertama kali Greesel masuk, yang mana Greesel masih punya kesempatan untuk melihat di sekitarnya, tetapi sekarang justru dia tertunduk berdiri di depan Adrian dengan kedua tangannya yang saling mengatup dengan memencet jarinya. "S-saya benar-benar minta maaf, tuan! dengan apa yang sudah saya lakukan di meja makan tadi," ucapnya terbata. Dia sangat menyadari kesalahan yang sudah membuat malu Adrian. Untung saja Adrian jujur dengan asal usul Greesel. Jadi tidak ada yang harus diperbaiki dan pasti Eyang mengerti. "Kau seharusnya bisa menempatkan dirimu dan jangan membawa tabiatmu ke rumah ini!" tegas Adrian. "Maafkan saya tuan!" Greesel kembali mengucapkan kata maaf
Setelah membeli roti itu. Greesel yang kembali menghampiri Ibunya yang masih menunggu di luar. "Maaf Greesel lama, Bu!" ucap Greesel. "Tidak apa-apa, Nduk," sahut Asti. "Ini Ibu makan dulu," ucap Greesel yang memberikan roti itu. Asti mengangguk kepala. Wajah Asti masih terlihat tidak tenang yang pasti masih kepikiran dengan pernikahan yang dikatakan Greesel. "Ibu kenapa tidak di makan?" tanya Greesel yang melihat makanan itu tidak di sentuh sama sekali. "Kamu makanlah, Ibu tidak lapar," jawab Asti. "Ada apa, Bu? apa ada sesuatu yang mengganggu pikiran Ibu?" tanya Greesel. "Ibu hanya khawatir dengan kamu, Ibu tahu. Jika kamu tidak bahagia dengan pernikahanku," ucap Asti. Firasat seorang Ibu memang pasti akan ada ada. Perasannya yang tidak tenang, walau Greesel yang sudah berusaha untuk meyakinkan Asti. "Ibu, harus percaya pada Greesel dan semua akan baik-baik saja. Ibu tidak perlu mengkhawatirkan apapun!" ucap Greesel yang terus meyakinkan. Asti tersenyum dengan meme
Greesel dan Adrian yang sudah kembali di rumah Eyang. Mereka berdua yang memasuki kamar. "Aku akan tidur di ranjang dan kamu di sofa!" tegas Adrian yang langsung menentukan peraturan. Mata Greesel melihat sofa berwarna navy itu. Untuk sofa itu bisa di stel menjadi tempat tidur. Jadi pasti nyaman untuk Greesel. Sofa orang kaya jauh lebih empuk dari pada ranjang di rumahnya "Kau keberatan?" tanya Adrian. "Tidak!" Greesel menjawab dengan cepat sembari menggelengkan kepala. "Aku bahkan tidak mengatakan apa-apa sama sekali," jawab Greesel. "Bagus kalau begitu. Kau memang harus tahu diri dan tahu tempatmu di mana!" tegas Adrian. Greesel hanya mengangguk. "Siap-siaplah! Eyang menunggu kita makan malam!" tegas Adrian yang hendak pergi. "Tunggu sebentar!" Greesel menahan tangan Adrian dan langsung dengan cepat melepasnya yang merasa terlalu lancang. "Aku belum mengambil pakaianku di rumah! kapan aku bisa mengambil pakaianku?" tanya Greesel. "Kau tidak perlu membawa pakaian kotor dan
Adrian berada di dalam kamar yang berdiri di belakang Greesel yang duduk di sofa. Entah apa yang dilakukan Adrian di belakangnya yang terlihat menghubungi seseorang. "Baiklah! aku akan mengatur jadwalnya!" hanya kata itu yang diucapkan Adrian yang terdengar di telinga Greesel. Lalu Adrian mematikan telepon tersebut yang melihat ke arah Greesel yang masih tetap diam dan tidak mengatakan apa-apa. "Kau ikuti semua apa kata Eyang. Jika Eyang menyuruhmu untuk tetap bekerja di Hotel dengan posisi yang Eyang berikan maka terimalah!" tegas Adrian. Greesel hanya menganggukkan kepala. "Sebelum berangkat ke hotel Kau harus bertemu dengan seseorang yang setelah itu baru bekerja!" kata-kata Adrian membuat Greesel menoleh ke arah Adrian. "Se-seorang siapa?" tanya Greesel bingung. "Aku sudah membuat janji dengan salah satu guru yang akan mengajarimu, cara berbicara, cara makan, cara berpenampilan yang layak dan pantas untuk menjadi istriku dan tidak membuatku malu," jawab Adrian. "Maksudnya? a
Pengumuman yang diberikan Eyang cukup mengejutkan semua staf yang termasuk Gracia. Apalagi sebelumnya Adrian tidak mengatakan apa-apa pada dia."Baiklah Saya rasa cukup itu saja yang saya sampaikan pagi hari ini. Saya tidak ingin mengganggu pekerjaan kalian dan kalian boleh kembali bekerja ke tempat masing-masing!" tegas Eyang.Para staf hotel menganggukan kepala dan mulai berbubaran satu persatu. "Greesel Eyang pulang dulu. Kamu sudah mendapatkan pekerjaan kamu dan orang-orang sudah tahu apa tugas kamu. Jadi kamu bisa tanyakan pada manajer pelayan sebelumnya apa saja yang harus kamu pegang dan kamu bisa lanjutkan pekerjaan dia," ucap Eyang."Baik Eyang," sahut Greesel dengan menundukkan kepala. "Kalau begitu selamat untuk bekerja di hari pertama kamu dengan posisi yang baru. Semoga kamu nyaman dengan posisi ini dan kamu bisa semakin berkembang," Eyang dengan tulus yang selalu memberikan semangat untuk Greesel."Makasih Eyang," Greesel hanya menunduk. Eyang tersenyum yang memegang p
Greesel tadi tetap pada posisinya yang tetap menunduk dan berdiri di tempatnya dengan jari-jari yang saling memencet. "Aku katakan kepadamu Gracia. Aku tidak pernah mengurus pernikahan ini dan semua Eyang yang mengurus pernikahan ini. Aku menolak juga bahkan tidak bisa!" tegas Adrian dengan suara penuh dengan penekanan. "Kalian berdua sekarang benar-benar kompak ya. Jawaban kalian berdua sama yang tidak bisa menolak apa kata Eyang. Lalu Mau sampai kapan kalian berdua akan terus menuruti semua kemauan Eyang!" tegas Gracia yang bergantian melihat pasangan suami istri itu yang semakin emosi. "Apa maksud mu? Kenapa sekarang kau malah marah-marah seperti ini?" karena kata-kata Gracia membuat Adrian juga tersulut emosi. "Bagaimana aku tidak marah. Jika kamu sangat santai menghadapi semua ini, kamu mengatakan tidak bisa menolak permintaan Eyang. Karena pernikahan yang kamu adakan begitu mewah dan semua orang sekarang tahu jika kamu sudah menikah dengan Greesel dan karena pernikahan
Greesel melakukan les di hari pertamanya dengan guru yang sudah disediakan Adrian guru yang sudah di sediakan Adrian. Guru wanita yang sekitar berusia 30 tahunan itu yang memakai kacamata terlihat elegan dari segi penampilan dan juga pembawaan tubuhnya. Dia benar-benar mengajari Greesel dengan telaten, dari cara berbicara dengan posisi duduk yang tepat, dari cara berjalan, cara berpakaian dan terutama cara makan dengan peralatan sendok yang jenisnya begitu banyak. Greesel mengalami sedikit kesulitan dalam menjalani pelajaran yang menurutnya sangat aneh itu. Dia pikir Dia sudah menjadi wanita anggun selama ini, tetapi ternyata masih sangat jauh dan belum ada apa-apanya. Walau Greesel tidak terlalu menyukai pelajaran itu, tetapi dia berusaha untuk profesional dan mengikuti tahap demi tahap. Sementara Adrian yang memang tidak menemani Greesel dan hanya mengantarkan saja. Jadi pembelajaran itu terbilang sangat privat bersama dengan guru tersebut. "Kamu memotong dengan cara sepert
Bukan hanya berbelanja pakaian saja, Adrian juga membawa Greesel untuk membeli sepatu, beli tas dan juga membeli make up. Jika Greesel disuruh memilih. Maka Greesel akan bingung dan tetap mengeluarkan kata yang sama membuat Adrian yang terpaksa harus memilih untuk Greesel. Jadi mau tidak mau Greesel menurut saja.Mereka cukup menghabiskan waktu beberapa jam di Mall dengan belanjaan yang begitu banyak yang memenuhi bagasi mobil dan juga jok belakang. Uang Adrian yang membeli semua itu dan Greesel tidak bisa protes apa-apa sama sekali.Setelah selesai berbelanja Greesel dan Adrian kembali pulang. Mereka yang sampai rumah yang langsung di sambut pelayan dengan buru-buru yang mengeluarkan belanjaan Adrian dan membawa masuk ke dalam rumah. Greesel dan Adrian juga memasuki rumah dan berpapasan dengan Elang. Mata Elang melihat pelayan itu yang mondar-mandir masuk rumah sampai kepalanya membelok. "Wau apa ada yang sedang mendapatkan jackpot berhadiah," ucap Elang dengan nada mengejek."Apa
"Kamu tidak apa-apa Gracia?" tanya Elang yang terus memperhatikan Gracia yang tampak masih sangat schok dengan kejadian yang ada."Gracia!" Elang yang memegang tangan Gracia dan Gracia langsung melepaskan. Gracia yang tidak mengatakan apa-apa yang langsung pergi. "Kamu tidak perlu menyembunyikan apapun lagi dariku. Aku sudah tahu semuanya," ucap Elang yang membuat langkah Gracia terhenti dan melihat ke arah Elang."Aku tahu semua hubungan kamu dengan Adrian. Apa yang aku duga selama ini ternyata benar, kalian berdua memiliki hubungan spesial dan pernikahan Adrian dengan Greesel karena suatu tujuan," ucap Elang."Lalu jika kamu tahu mau bagaimana?" tanya Gracia. Dengan apa yang terjadi Gracia memang tidak mengharapkan apa-apa. Jika tiba-tiba saja Elang sudah ada di sana dan pasti Elang sudah tahu bagaimana hubungan dia, Adrian dan Greesel."Aku tidak peduli dengan apapun. Aku sudah kehilangan segalanya. Mau kamu tahu tentang hubunganku dengan Adrian dan kamu ingin melakukan sesuatu
"Apa saya salah Greesel?" "Apa saya salah mengatakan bahwa kamu telah mengingkari semua janji kamu?" tanya Gracia yang membuat Greesel geleng-geleng kepala."Kamu terlalu nyaman dengan status kamu yang baru. Kamu terlalu nyaman dengan semua yang kamu alami. Kamu begitu nyaman dengan posisi kamu yang seperti sekarang ini hah! kamu sudah nyaman dengan kehidupan kamu bersama Adrian dan melupakan bahwa kamu dan Adrian hanya menikah secara kontrak," ucap Gracia."Tidak, Bu Gracia. Ibu salah! apa yang Ibu pikirkan tidak benar. Saya juga tidak tahu permasalahan yang Ibu hadapi dengan Adrian. Tapi Saya benar-benar tidak mengingkari janji dan tidak lupa kodrat saya seperti apa!" tegas Greesel."Apa saya bisa memegang kata-kata kamu?" tanya Gracia."Ibu bisa pegang kata-kata saya. Saya tidak bohong sama sekali dan saya mohon jangan berpikiran kalau saya menjadi penyebab berakhirnya hubungan ibu dan juga Adrian!" tegas Greesel dengan air matanya yang sudah keluar."Kalau begitu kamu akhiri pern
Gracia yang begitu galau berada di kamarnya yang baru saja putus dari kekasihnya, dengan duduk di atas ranjang yang memeluk tubuhnya, air matanya tidak henti-henti keluar yang masih meratapi kesedihannya."Ini akhirnya terjadi. Gracia berakhirnya hubungan kamu dengan Adrian tidak sepenuhnya adalah kesalahan Adrian. Kamu harus mengingat Gracia, bahwa semua yang terjadi bermula dari kesalahan kamu. Kamu yang menimbulkan semua ini. Kamu yang memulai dan seharusnya kamu sudah tahu resiko apa yang akan kamu dapatkan," "Mungkin ini menjadi alasan bagi Adrian tentang mengakhiri hubungan kami tentang apa yang terjadi antara aku dan Elang. Gracia kamu harus menerima segalanya. Ini sudah menjadi takdir," batinnya yang berusaha untuk kuat. Tetapi tetap saja semua itu tidak mudah. Mengingat hubungan Gracia dan Adrian yang tidak sebentar dan mana mungkin bisa semudah itu menerima semuanya. ***Greesel, Adrian, Eyang, Sherly, Gracia dan Eyang yang sedang sarapan. Karena di luar sedang hujan yang
"Mengkhianati?" tanya Greesel memastikan."Benar! dia telah mengkhianati ku," ucap Adrian."Maksud kamu bagaimana? aku tidak mengerti. Mengkhianati Bu Gracia. Apa itu mungkin?" tanya Greesel."Aku tidak mungkin asal berbicara Greesel. Aku memiliki bukti bahwa selama ini Gracia memiliki hubungan dengan Elang," ucap Adrian yang semakin membuat Greesel kaget dengan matanya yang melotot."Elang! jadi benar! mereka memiliki hubungan?" celetuk Greesel yang keceplosan dan menyadari dia terlalu lancang berbicara membuat tangannya menutup mulutnya. "Kamu mengetahui sesuatu?" tanya Adrian dengah alis bertautan."Hmmmm, maksud ku bukan seperti itu," Greesel yang mendadak gugup."Greesel apa yang kamu ketahui? apa sebenarnya kamu juga mengetahui bahwa mereka memiliki hubungan?" tanya Adrian memastikan. "Maafkan aku Adrian! sebenarnya aku juga kurang mengerti dan tidak paham. Aku tidak tahu jelas jika mereka memiliki hubungan atau tidak. Tetapi....." Greesel yang terlihat begitu gugup yang tidak
Adrian, Greesel, Eyang, Elang dan Sherly yang sudah menduduki kursi untuk menikmati makan malam. Pelayan juga seperti biasa yang juga ikut melayani. Saat itu juga yang akhirnya Gracia muncul, Gracia sepertinya ingin menghindari makan malam yang ingin langsung memasuki bus. "Gracia!" hal itu tidak jadi ketika Eyang menegurnya. "I-iya eyang," jawab Gracia dengan menelan salivanya. Adrian tampak santai bahkan tidak peduli sama sekali yang mulai mengambil makanannya dan justru Elang yang memperhatikan ekspresi wajah Gracia yang masih terlihat sangat sendu dengan mata yang masih sembab. "Kamu dari mana?" tanya Eyang. "Oh. Itu tadi, aku dari..." Gracia yang tampak gugup dengan terbata-bata yang tidak tahu harus menjawab apa. Greesel yang memperhatikan ke arah suaminya yang melihat ekspresi Adrian yang memang sejak tadi tidak melihat Gracia. "Aku habis mencari keperluan mandi di supermarket yang terdekat," ucap Gracia yang Mencari Alasan. "Begitukah! ya sudah kalau begitu ayo ka
Gracia yang diputuskan oleh Adrian yang pasti sangat sulit untuk menerima kenyataan itu. Gracia sekarang hanya bisa menangis sesenggukan yang benar-benar terluka. Dengan tangisan yang menutup wajahnya menggunakan kedua tangan. "Akhirnya apa yang aku takutkan terjadi juga?""Hubunganku dengan Elang akan menjadikan alasan buat Adrian mengakhiri hubungan kami,""Tapi kenapa Adrian sama sekali tidak memberiku kesempatan. Apa orang seperti itu tidak pantas mendapatkan kesempatan. Kenapa hubungan kami harus berakhir seperti ini. Akhirnya semua benar-benar berakhir seperti ini, sudah tidak ada hubungan lagi Antara Aku dan Adrian dan aku yang dikorbankan untuk semua ini," ucapnya yang terus menangis.Tanpa Gracia sadari yang ternyata Elang berada di balik pohon. Entah sejak kapan dia berada di sana. Apakah dia mendengar pembicaraan Gracia dan Adrian atau hanya mendengar keluhan dari Gracia saja. "Jadi selama ini dugaanku benar. Mereka berdua memang memiliki hubungan dan justru pernikahan Ad
Gracia yang terlihat malam-malam keluar dari Bus. Dia tampak melihat di sekitarnya yang mana orang-orang sibuk melakukan aktivitas masing-masing yang mana memang pelayan sedang menyiapkan acara barbeque. "Aneh sekali! tumben sekalian mengajakku untuk bertemu. Ada apa sebenarnya?" batin Gracia.Setelah mendapatkan kesempatan yang akhirnya Gracia yang sama sekali tidak membuang-buang waktu yang langsung saja pergi tanpa ada yang mengetahui apa yang telah dia lakukan.Akhirnya Gracia dan Adrian yang bertemu juga dan sangat jauh dari bus dan juga orang-orang yang ada di sana.Gracia yang melihat Adrian yang duduk sendirian salah satu kursi berwarna putih. "Adrian!" ucapnya yang membuat Adrian menoleh ke belakang. "Duduklah," sahut Adrian dengan suara datar yang membuat Gracia menganggukkan kepala dan akhirnya duduk di samping Adrian."Tumben sekali kamu tiba-tiba mengajakku untuk bertemu. Kamu tidak takut, jika Nenek atau yang lainnya akan melihat kita?" tanya Gracia."Aku sudah memiki
Greesel sudah bangun di pagi hari yang ternyata pagi ini kurang begitu cerah. Di lagi hari yang sudah disebut dengan hujan rintik-rintik. Greesel yang melihat ke arah ranjang yang mana Adrian masih tertidur. Mungkin saja Adrian tadi malam tidak nyaman tidur. Greesel membuang nafas perlahan kedepan dan menghampiri suaminya itu.Greesel yang duduk di pinggir ranjang dengan mengusap rambut Adrian dan juga mencium lembut kening suaminya itu.Ternyata hal itu mampu membuat Adrian terbangun."Maaf! aku sudah menggangu tidur kamu," ucap Greesel.Adrian membuang nafasnya perlahan kedepan dan meraih tangan Greesel, " tidak apa-apa! ini sudah jam berapa?" tanya Adrian."Jam 7 pagi," jawab Greesel."Enak sekali tidur! apa mungkin karena pagi hari yang didampingi dengan hujan. Jadi terasa sangat berbeda sekali?" tanya Adrian."Mungkin saja," jawab Gresek."Apa tidur kamu nyenyak?" tanya Greesel."Aku sudah tidur sampai bangun kesiangan seperti ini dan kamu masih bertanya. Aku nyenyak apa tidak?"
Adrian dan Greesel yang sama-sama berada di atas ranjang yang sekarang sudah tertidur. Tetapi tampak Adrian gelisah dengan keringat yang membasahi wajahnya dan kepalanya geleng-geleng ke samping. "Tidak!" "Tidak!" Adrian yang mengigau. "Tuan! saya benar-benar sama sekali tidak melakukan hal itu. Saya berani bersumpah, Saya tidak melakukan kecurangan dalam bisnis!" ucap Danu dengan kedua tangan yang disatukan yang berlutut di depan Adrian yang memperlihatkan wajah yang sangat datar. "Saya hanya di fitnah tuan. Semua bukti ini sama sekali tidak benar!" Danu tidak henti-hentinya meyakinkan Adrian. "Aku sama sekali tidak bisa mempercayaimu. Hotel sudah begitu mempercayaimu dan bekerja selama ini sangat baik dan kau telah melakukan tindakan tercela!" tugas Adria."Masalah ini akan dibawa ke jalur hukum dan kamu akan terancam hukuman yang sangat berat!" tegas Adrian."Tidak tuan!" Danu yang terus saja meminta permohonan dan sama sekali tidak dipedulikan oleh Adrian. Adrian yang bahk