Share

Episode 8 Apa Status Sosial Kami Tidak Se jajar.

Sampai akhirnya Greesel memasuki rumah mewah dan luas tersebut. Kepalanya tidak hentinya berkeliling. Harus mengakui takjub dengan kediaman Adrian yang memang seperti istana.

"Silahkan, tuan!" langkah Adrian berhenti di dekat meja makan.

Di sana terlihat Eyang besar dan juga seorang pemuda yang sebaya dengan Adrian.

"Kalian baru sampai?" sapa Eyang.

"Iya!" sahut Adrian datar dan menghampiri meja makan. Mata pria yang duduk di samping Eyang melihat genggaman tangan Adrian dan Greesel.

"Ayo! kita sarapan bersama," sahut Eyang. Pelayan itu yang sudah meninggalkan tempat tersebut.

"Kami tadi sudah sarapan," jawab Adrian yang sepertinya sangat malas bergabung.

'Kenapa tuan Adrian berbohong. Kapan aku sarapan bersama dia,'batin Greesel bingung. Mungkin juga perutnya yang lapar. Karena saat pesta pernikahan dia juga tidak makan dan di tambah lagi dengan tadi pagi yang juga belum memakan apapun.

"Tapi tidak ada salahnya. Kamu dan istri kamu sarapan untuk pertama kali di rumah ini," tegas Eyang. Adrian sepertinya tidak suka jika bergabung dengan pria itu.

"Benar apa yang di katakan Eyang. Kalian berdua jangan terlihat sungkan seperti itu," pria itu baru mengeluarkan suara yang membuat tatapan Adrian melihat serius ke arah pria yang tersenyum itu.

"Duduklah!" titah Eyang.

Mau tidak mau Adrian duduk dan Greesel hanya mengikut saja juga duduk. Sukur-sukur dia memang bisa sarapan agar perutnya tidak keroncong.

Mata Greesel melihat meja makan. Sarapan orang kaya pada umumnya yang penuh dengan jenis roti dan selai dan juga banyak jenis sereal. Tidak seperti Greesel kalau sarapan nasi goreng saja.

"Greesel kamu mau sarapan apa?" tanya Eyang.

Greesel terdiam walau perutnya sangat lapar, tetapi dia sangat sungkan dan juga takut dengan Adrian yang berada di sampingnya yang seperti memperhatikan dirinya sejak tadi.

"Kamu mau coba roti ini?" Eyang yang sangat pengertian langsung meletakkan di atas piring Greesel.

"Sarapanlah!" titah Eyang.

"I-iya Eyang," sahut Greesel dengan gugup.

Sebelum menyentuh roti itu, Greesel memperhatikan bagaimana Eyang dan juga Elang sepupu Adrian yang sarapan dengan elegan dan seperti orang-orang kaya pada umumnya. Hanya makan roti saja harus menggunakan garpu dan pisau tidak langsung di lahap begitu saja.

Elang ternyata memperhatikan gerak-gerik Greesel yang seperti orang Linglung dengan kebingungan.

"Apa kau tidak bisa makan menggunakan pisau?" tanya Elang to the point yang membuat Adrian langsung melihat ke arah Elang.

"Atau kau tidak pernah melihat roti seperti ini?" lanjut Elang dengan pertanyaan yang menyudutkan Greesel yang terkesan sangat meremehkan.

"Bukankah kau bekerja sebagai pelayan hotel di Grand Hotel, seharusnya walau tidak pernah memakannya, bukankah kau pasti sering melihatnya. Karena di hotel mewah milik keluarga ini disediakan makanan seperti ini dan seharusnya itu tidak asing bagimu,"lanjut Elang yang benar-benar meremehkan Greesel.

Greesel tertunduk yang tidak tahu harus menjawab apa dan mungkin benar apa yang dikatakan Elang. Dia bahkan menyadari seharusnya menolak untuk sarapan agar tidak mempermalukan dirinya. Karena Adrian saja sejak tadi menolak dan hanya duduk tanpa makan.

"Elang jaga bicara kamu!" tegur Eyang.

Elang mendengus tersenyum yang melihat ke arah Adrian. Adrian sejak tadi hanya diam tetapi ekspresi wajah itu sangat ingin menerkam Elang.

"Tolong layani dia!" titah Eyang pada pelayan yang berjejer di dekat meja makan.

"Baik Nyonya," sahut salah satu pelayan itu.

"Tidak usah, saya tidak sarapan. Perut saya tidak enak," tolak Greesel tiba-tiba.

"Sarapan sudah berada di atas piringmu dan sekarang kau menolaknya. Apa kau ingin menyia-nyiakan makanan?" penolakan yang diberikan Greesel semakin menjadikan senjata untuk Elang semakin merendahkan istri dari sepupunya itu.

"Apa kau harus memaksa orang lain untuk makan!" barulah Adrian berbicara dengan nada terdengar sangat berat.

"Aku tidak memaksa dia untuk makan dan bukankah seharusnya dia menolak sejak tadi jika tidak ingin makan," sahut Elang.

"Sudah-sudah hentikan. Apa-apaan kalian ini yang malah adu mulut. Elang Apa kamu tidak bisa diam!" tegas Eyang yang menegur kedua cucunya itu.

Elang mengangkat kedua bahu dan kembali melanjutkan sarapan yang tertunda.

"Kamu sakit apa Greesel?" tanya Eyang yang tampak khawatir.

"Perut saya nyeri. Karena sedang....."

"Greesel kurang enak badan dan tidak selera untuk makan," sahut Adrian melanjutkan kalimat tersebut.

"Bukannya dia barusan mengatakan perutnya yang sakit," sahut Elang

"Aku tidak harus menjelaskan secara rinci apa yang terjadi pada dia," sahut Adrian sinis.

"Baiklah kalau begitu. Jika kamu membutuhkan Dokter. Kamu bisa langsung berbicara pada Eyang," ucap Eyang.

Greesel menganggukan kepala dan kembali menunduk yang tidak berani menatap orang-orang yang ada di meja makan itu.

"Langsung saja untuk apa Eyang memanggil kami kemari?" tanya Adrian yang sejak tadi sudah muak dengan situasi itu, dia justru ingin pergi cepat-cepat.

"Maaf jika Eyang sudah mengganggu waktu kalian berdua," sahut Eyang.

"Adrian kamu dan Greesel sudah menikah dan Eyang ingin kamu dan Greesel tinggal di rumah ini," tegas Eyang yang membuat Adrian terkejut dengan mata yang membulat sempurna.

"Apa kata Eyang?" tanya Adrian dengan wajah kaget. Adrian sangat berharap jika dia salah dengar.

"Kamu dan Greesel harus tinggal di rumah ini!" tegas Eyang sekali lagi.

"Kenapa kami harus tinggal di rumah ini. Eyang aku memiliki rumah dan aku akan tinggal di rumahku bersama dengan Greesel!" protes Adrian.

Sesuai dengan kontrak yang sudah dituliskan jika mereka hanya perlu tinggal satu malam saja dan setelah itu Greesel akan kembali ke rumahnya dan mereka berdua tidak akan terikat hubungan apa-apa. Jadi jelas apa yang dikatakan Eyang membuat Adrian begitu terkejut. Karena itu sama saja menghancurkan semua rencananya.

"Tapi Eyang ingin kalian berdua tinggal di sini dan Eyang tidak ingin ada protes sama sekali dan termasuk kamu. Rumah ini begitu luas dan kamu sudah menikah. Jadi biarkan cucu menantu Eyang dan kamu sendiri untuk tinggal di rumah ini!" ucap Eyang menegaskan dan tidak ada tawar-menawar.

"Greesel kamu sudah menjadi istri dari Adrian. Jadi kamu harus mengikuti suami kamu. Kamu akan tinggal di sini," tegas Eyang.

Greesel mengangkat kepala dan tidak tahu harus menjawab apa. Dia saja hanya dikendalikan Adrian.

'Apa yang harus aku katakan. Tuan Adrian mengatakan kami akan tinggal berpisah setelah kami menikah dan bagaimana mungkin aku bisa tinggal bersama dengan tuan Adrian dan terlebih lagi tinggal bersama Eyang dan sementara aku juga masih punya keluarga. Aku juga belum menceritakan apa-apa kepada Ibu,' batin Greesel dengan penuh kebingungan. Dia juga terlihat sangat gelisah.

'Sial. Bagaimana ini. Aku tidak mungkin selamanya bersama dia. Belum sampai 24 jam saja aku sudah frustasi. Kenapa justru jalan pernikahan ini malah membuat masalah semakin banyak,' umpat Adrian di dalam hati.

"Apa kalian berdua masih ingin protes?" tanya Eyang yang bergantian melihat Adrian dan Greesel.

Mata Adrian melihat ke arah Elang yang sejak tadi ternyata memperhatikan ekspresi Adrian. Adrian yang merasa diawasi laki-laki itu.

"Baiklah jika itu yang Eyang inginkan, aku akan tinggal di sini bersama dengan Greesel!" tegas Adrian memutuskan.

Greesel terkejut dengan pernyataan yang diberikan Adrian dan semua itu di luar dari kontrak pernikahan mereka berdua. Mulut Greesel yang bergetar ingin sekali bertanya kenapa Adrian menyetujui hal itu tetapi tidak ada keberanian sama sekali untuk berbicara diantara orang-orang itu.

"Bagus Kalau begitu. Eyang akan menyiapkan kamar untuk kalian berdua," sahut Eyang yang terlihat begitu bahagia.

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status