Setelah membeli roti itu. Greesel yang kembali menghampiri Ibunya yang masih menunggu di luar. "Maaf Greesel lama, Bu!" ucap Greesel. "Tidak apa-apa, Nduk," sahut Asti. "Ini Ibu makan dulu," ucap Greesel yang memberikan roti itu. Asti mengangguk kepala. Wajah Asti masih terlihat tidak tenang yang pasti masih kepikiran dengan pernikahan yang dikatakan Greesel. "Ibu kenapa tidak di makan?" tanya Greesel yang melihat makanan itu tidak di sentuh sama sekali. "Kamu makanlah, Ibu tidak lapar," jawab Asti. "Ada apa, Bu? apa ada sesuatu yang mengganggu pikiran Ibu?" tanya Greesel. "Ibu hanya khawatir dengan kamu, Ibu tahu. Jika kamu tidak bahagia dengan pernikahanku," ucap Asti. Firasat seorang Ibu memang pasti akan ada ada. Perasannya yang tidak tenang, walau Greesel yang sudah berusaha untuk meyakinkan Asti. "Ibu, harus percaya pada Greesel dan semua akan baik-baik saja. Ibu tidak perlu mengkhawatirkan apapun!" ucap Greesel yang terus meyakinkan. Asti tersenyum dengan meme
Greesel dan Adrian yang sudah kembali di rumah Eyang. Mereka berdua yang memasuki kamar. "Aku akan tidur di ranjang dan kamu di sofa!" tegas Adrian yang langsung menentukan peraturan. Mata Greesel melihat sofa berwarna navy itu. Untuk sofa itu bisa di stel menjadi tempat tidur. Jadi pasti nyaman untuk Greesel. Sofa orang kaya jauh lebih empuk dari pada ranjang di rumahnya "Kau keberatan?" tanya Adrian. "Tidak!" Greesel menjawab dengan cepat sembari menggelengkan kepala. "Aku bahkan tidak mengatakan apa-apa sama sekali," jawab Greesel. "Bagus kalau begitu. Kau memang harus tahu diri dan tahu tempatmu di mana!" tegas Adrian. Greesel hanya mengangguk. "Siap-siaplah! Eyang menunggu kita makan malam!" tegas Adrian yang hendak pergi. "Tunggu sebentar!" Greesel menahan tangan Adrian dan langsung dengan cepat melepasnya yang merasa terlalu lancang. "Aku belum mengambil pakaianku di rumah! kapan aku bisa mengambil pakaianku?" tanya Greesel. "Kau tidak perlu membawa pakaian kotor dan
Adrian berada di dalam kamar yang berdiri di belakang Greesel yang duduk di sofa. Entah apa yang dilakukan Adrian di belakangnya yang terlihat menghubungi seseorang. "Baiklah! aku akan mengatur jadwalnya!" hanya kata itu yang diucapkan Adrian yang terdengar di telinga Greesel. Lalu Adrian mematikan telepon tersebut yang melihat ke arah Greesel yang masih tetap diam dan tidak mengatakan apa-apa. "Kau ikuti semua apa kata Eyang. Jika Eyang menyuruhmu untuk tetap bekerja di Hotel dengan posisi yang Eyang berikan maka terimalah!" tegas Adrian. Greesel hanya menganggukkan kepala. "Sebelum berangkat ke hotel Kau harus bertemu dengan seseorang yang setelah itu baru bekerja!" kata-kata Adrian membuat Greesel menoleh ke arah Adrian. "Se-seorang siapa?" tanya Greesel bingung. "Aku sudah membuat janji dengan salah satu guru yang akan mengajarimu, cara berbicara, cara makan, cara berpenampilan yang layak dan pantas untuk menjadi istriku dan tidak membuatku malu," jawab Adrian. "Maksudnya? a
Pengumuman yang diberikan Eyang cukup mengejutkan semua staf yang termasuk Gracia. Apalagi sebelumnya Adrian tidak mengatakan apa-apa pada dia."Baiklah Saya rasa cukup itu saja yang saya sampaikan pagi hari ini. Saya tidak ingin mengganggu pekerjaan kalian dan kalian boleh kembali bekerja ke tempat masing-masing!" tegas Eyang.Para staf hotel menganggukan kepala dan mulai berbubaran satu persatu. "Greesel Eyang pulang dulu. Kamu sudah mendapatkan pekerjaan kamu dan orang-orang sudah tahu apa tugas kamu. Jadi kamu bisa tanyakan pada manajer pelayan sebelumnya apa saja yang harus kamu pegang dan kamu bisa lanjutkan pekerjaan dia," ucap Eyang."Baik Eyang," sahut Greesel dengan menundukkan kepala. "Kalau begitu selamat untuk bekerja di hari pertama kamu dengan posisi yang baru. Semoga kamu nyaman dengan posisi ini dan kamu bisa semakin berkembang," Eyang dengan tulus yang selalu memberikan semangat untuk Greesel."Makasih Eyang," Greesel hanya menunduk. Eyang tersenyum yang memegang p
Greesel tadi tetap pada posisinya yang tetap menunduk dan berdiri di tempatnya dengan jari-jari yang saling memencet. "Aku katakan kepadamu Gracia. Aku tidak pernah mengurus pernikahan ini dan semua Eyang yang mengurus pernikahan ini. Aku menolak juga bahkan tidak bisa!" tegas Adrian dengan suara penuh dengan penekanan. "Kalian berdua sekarang benar-benar kompak ya. Jawaban kalian berdua sama yang tidak bisa menolak apa kata Eyang. Lalu Mau sampai kapan kalian berdua akan terus menuruti semua kemauan Eyang!" tegas Gracia yang bergantian melihat pasangan suami istri itu yang semakin emosi. "Apa maksud mu? Kenapa sekarang kau malah marah-marah seperti ini?" karena kata-kata Gracia membuat Adrian juga tersulut emosi. "Bagaimana aku tidak marah. Jika kamu sangat santai menghadapi semua ini, kamu mengatakan tidak bisa menolak permintaan Eyang. Karena pernikahan yang kamu adakan begitu mewah dan semua orang sekarang tahu jika kamu sudah menikah dengan Greesel dan karena pernikahan
Greesel melakukan les di hari pertamanya dengan guru yang sudah disediakan Adrian guru yang sudah di sediakan Adrian. Guru wanita yang sekitar berusia 30 tahunan itu yang memakai kacamata terlihat elegan dari segi penampilan dan juga pembawaan tubuhnya. Dia benar-benar mengajari Greesel dengan telaten, dari cara berbicara dengan posisi duduk yang tepat, dari cara berjalan, cara berpakaian dan terutama cara makan dengan peralatan sendok yang jenisnya begitu banyak. Greesel mengalami sedikit kesulitan dalam menjalani pelajaran yang menurutnya sangat aneh itu. Dia pikir Dia sudah menjadi wanita anggun selama ini, tetapi ternyata masih sangat jauh dan belum ada apa-apanya. Walau Greesel tidak terlalu menyukai pelajaran itu, tetapi dia berusaha untuk profesional dan mengikuti tahap demi tahap. Sementara Adrian yang memang tidak menemani Greesel dan hanya mengantarkan saja. Jadi pembelajaran itu terbilang sangat privat bersama dengan guru tersebut. "Kamu memotong dengan cara sepert
Bukan hanya berbelanja pakaian saja, Adrian juga membawa Greesel untuk membeli sepatu, beli tas dan juga membeli make up. Jika Greesel disuruh memilih. Maka Greesel akan bingung dan tetap mengeluarkan kata yang sama membuat Adrian yang terpaksa harus memilih untuk Greesel. Jadi mau tidak mau Greesel menurut saja.Mereka cukup menghabiskan waktu beberapa jam di Mall dengan belanjaan yang begitu banyak yang memenuhi bagasi mobil dan juga jok belakang. Uang Adrian yang membeli semua itu dan Greesel tidak bisa protes apa-apa sama sekali.Setelah selesai berbelanja Greesel dan Adrian kembali pulang. Mereka yang sampai rumah yang langsung di sambut pelayan dengan buru-buru yang mengeluarkan belanjaan Adrian dan membawa masuk ke dalam rumah. Greesel dan Adrian juga memasuki rumah dan berpapasan dengan Elang. Mata Elang melihat pelayan itu yang mondar-mandir masuk rumah sampai kepalanya membelok. "Wau apa ada yang sedang mendapatkan jackpot berhadiah," ucap Elang dengan nada mengejek."Apa
Hari pertama Greesel bekerja yang pasti sedikit canggung dengan posisi yang baru dan apalagi dia berkomunikasi dengan manajer pelayan Hotel sebelumnya. Karena pria itu mendapatkan tugas untuk menyerahkan pekerjaan yang harus dikerjakan Greesel dan juga punya tanggung jawab untuk mengajari Greesel. Karena Greesel pasti belum paham. "Semuanya ada di dokument ini. Kamu pelajari saja dengan baik!" ucap pria itu. Greesel menganggukkan kepala dan membuka dokumen itu sebentar. "Greesel kamu baru saja meminjam uang kepada saya 120 juta untuk biaya operasi adik kamu dan belum sampai 1 bulan Kamu sudah menikah saja dengan tuan Adrian. Bagaimana bisa hal itu terjadi?" tanya manajer itu dengan sangat penasaran. Greesel hanya melihat manajer yang wajahnya memang penuh rasa ingin tahu yang besar. "Kamu menjebak beliau?" "Atau kamu main dukun?""Kamu pasti sudah main pelet bukan?" mantan manajer hotel itu memberikan tuduhan kepada Greesel."Saya tidak melakukan apa yang Bapak pikirkan," jawab G