Aku Istri yang Tidak Dianggap

Aku Istri yang Tidak Dianggap

last updateLast Updated : 2022-11-18
By:  Didi MawadahCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.5
15 ratings. 15 reviews
106Chapters
125.2Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Menikah dengan pria yang begitu membencinya membuat seorang Safeea menanggung sakit yang teramat sepanjang usia pernikahan mereka. Ditambah pula kehamilan yang tidak kunjung datang menjadikan dirinya bulan-bulanan di keluarga sang suami. “Gugat cerai saya! Secepatnya!” pekik Damar di luar prediksinya, tidak pernah Safeea membayangkan untuk mempermainkan sebuah pernikahan, menikah kemudian bercerai. “Tapi kenapa?” tanya Safeea pelan, bibir bergetar saat mengatakannya. “Kamu sudah tau jawabannya,” Atas dasar apa Damar ingin bercerai? Apa yang akan Safeea lakukan untuk mempertahankan pernikahannya? Masihkah Safeea kuat menahan hinaan dan sikap kasar Damar kepadanya?

View More

Chapter 1

Bab 1 | Permintaan Bapak

Hari ini adalah tahun kedua pernikahan kami, tidak seperti pasangan suami istri lain, yang merasakan bahagia di tiap anniversary pernikahannya, jangankan perayaan, ucapan hangat dari pasanganpun tidak aku dapatkan. Pagi ini kami bahkan bangun di kamar yang berbeda, bukan karena sedang berjauhan, namun, memang sejak malam pertama kami menikah, tidak pernah sekalipun kami tidur di kamar yang sama.

Perkenalkan, namaku Safeea Azzahra Kalyani, aku seorang yatim piatu yang hidup dan tumbuh besar di sebuah panti asuhan di ibu kota. Usiaku baru enam tahun saat ayah dan ibuku meninggal dalam sebuah kecelakaan yang merenggut nyawa mereka. Kami sedang berjalan-jalan sore menggunakan sepeda motor butut milik ayah, ketika dari arah depan ada sebuah mobil sedan menabrak kami bertiga.

Menurut cerita yang kudengar, kepala ibuku terbentur separator jalan yang membuatnya harus meregang nyawa di lokasi kejadian, sementara ayah, dia masih sempat dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan, namun seperti tidak ingin berpisah jauh dari ibuku, ayah menghembuskan nafas terakhirnya setelah seharian berjuang di ruang ICU.

Aku yang masih sangat kecil, dipaksa harus menerima kenyataan jika ayah dan ibuku pergi secara bersamaan, meninggalkan ku seorang diri tanpa ada penjagaan. Aku masih ingat, saat malam sebelum kejadian naas itu menerpa kami, ayah yang kala itu sedang mengelap motor bututnya, tiba-tiba memanggilku untuk duduk di sampingnya, dia berkata jika aku adalah keberuntungan yang Allah kirimkan untuk dirinya dan ibu, dia bercerita bagaimana perjuangan ibu untuk hamil dan akhirnya lahirlah aku di tengah-tengah mereka.

“Safeea, kamu tau apa arti nama kamu?” tanyanya saat memulai percakapan.

“Memang apa, Yah?” tanyaku polos.

“Nduk, ibu sama ayah bukan sembarangan memberi nama itu kepadamu, dahulu, ayah dan ibu sudah berusaha sangat kuat agar bisa memiliki momongan, berbagai cara kami tempuh agar ibu kamu bisa hamil, hingga akhirnya, saat ayah punya uang, kami memberanikan diri untuk periksa ke dokter kandungan, jantung ayah dan ibu begitu berdebar, menanti hasil pemeriksaan lab, hingga akhirnya dokter memanggil kami masuk ke dalam ruangannya.

Di dalam, dokter kandungan membacakan hasil lab yang mampu membuat hati dan ibu patah, dokter kandungan itu bilang jika rahim ibumu bermasalah, hingga menyebabkan dirinya susah hamil bahkan tidak bisa hamil. Kami pulang dengan hati yang patah, Nak, membayangkan hidup hanya berdua saja tanpa ada buah hati di tengah-tengah kami.

Berhari-hari kami terpuruk karena kenyataan pahit yang menerpa, ibumu sempat meminta ayah untuk menikah lagi agar bisa mendapatkan keturunan, namun ayah tolak, ayah tidak mungkin menyakiti hati wanita yang begitu ayah cintai, hanya untuk mendapatkan anak yang belum tentu akan mencintai ayah seperti yang ibumu lakukan.

Kami bangkit, kami mencoba memaafkan keadaan, namun kami tidak menyerah, berbagai terapi tradisional kami lakukan, ibumu begitu gigih ingin bisa hamil, sampai betahun-tahun, kami tidak menyerah, hingga akhirnya saat pagi hari, ibumu mendadak muntah-muntah, ayah mengira jika itu hanya masuk angin biasa.

Sudah seminggu ibumu terbaring lemas karena makanan yang dia makan selalu keluar lagi, hingga akhirnya kami memutuskan untuk berobat ke puskesmas. Kamu tau? Ternyata ibumu tidak masuk angin, tapi dia hamil, dia hamil anak ayah, Nak. Sujud syukur kami lakukan di lantai puskesmas, semua orang memandang aneh, kami tidak peduli, yang kami pedulikan adalah ibumu kini sedang mengandung, akhirnya Allah memberikan keberuntungan kepada kami, Nak.

Lalu, lahirlah kamu, kelahiranmu disambut suka cita warga desa, karena, saat itu desa kita terkena kekeringan yang berkepanjangan, sawah-sawah kering tidak bisa ditanami, air sungai kering tidak bisa diambil airnya, namun, saat kamu lahir, tiba-tiba saja langit gelap dan turun hujan yang sangat lebat, seketika air melimpah ruah, membuat warga senang, mereka menganggap jika kelahiranmu juga menjadi berkah.

Itulah mengapa ayah memberimu nama Safeea Azzahra Kalyani, yang artinya anak perempuan yang beruntung dan membawa keberuntungan, kamu keberuntungan bagi ayah dan ibu, Nak. Kamu membawa keberuntungan untuk warga desa, selama ini hidupmu beruntung karena dikelilingi orang-orang baik, kamu sempat terjatuh dari pohon mangga namun tidak ada luka sedikitpun yang ditemukan di tubuhmu. Kamu juga pernah hanyut di sungai seharian penuh, namun saat ditemukan kamu dalam keadaan sehat wal afiat, itu suatu keberuntungan dari Allah untukmu.

Jadi, jika kelak terjadi sesuatu yang kurang buruk kepadamu, jangan sedih, jangan patah semangat, karena pasti setelah hal buruk tersebut akan ada keberuntungan yang mengikutinya,” ayahku bercerita panjang lebar, aku yang masih kecil dan sudah mengantuk hanya manggut-manggut mengiyakan.

Sekarang aku baru paham maksud dari perkataan ayah yang memintaku tidak putus asa dan tetap semangat saat hal buruk terjadi, karena, setelah pemakaman ayah dilaksanakan, aku yang tidak memiliki siapapun akhirnya dibawa oleh orang-orang berseragam kepolisian ke sebuah panti asuhan.

Baru beberapa hari di sana, aku didatangi seorang pria yang mungkin usianya tidak jauh berbeda dengan ayahku, namanya Pak Aldian, dia mengatakan bersedia menjadi ayah asuhku dan menanggung semua biaya sekolahku sampai kapanpun yang aku inginkan, selain itu dia juga menjadi donator tetap di panti asuhan tempatku tinggal.

Seperti yang ayahku bilang, keberuntungan selalu menyertaiku, proses pendidikanku berjalan begitu mulus. Aku dua kali mengikuti program akselerasi di sekolahku, ketika sekolah menengah pertama dan menengah atas. Aku lulus SMA saat usiaku baru menginjak angka enam belas tahun.

Setelah lulus SMA aku melenggang masuk ke universitas negeri tanpa harus tes, karena nilai ujian akhirku yang sempurna membuatku bisa masuk universitas dengan jalur undangan. Aku lulus sarjana kedokteran dalam waktu empat tahun, kemudian kulanjutkan mengikuti program profesi selama dua tahun.

Siang itu aku dan Pak Aldian janji bertemu di sebuah café dekat dengan kosanku. Rencananya aku ingin mengatakan, jika aku akan mendaftar untuk mengikuti Ujian Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI), karena sebagai dokter muda aku harus bisa mendapatkan Surat Tanda Registrasi (STR) jika ingin bisa praktek di rumah sakit.

Aku masih menunggu kehadiran pak Aldian, tidak biasanya dia terlambat, beliau tipe orang yang selalu tepat waktu, selama mengenalnya, tidak pernah dia membiarkanku menunggu jika sedang janjian untuk bertemu di luar.

Aku sangat bersyukur, melalui kebaikan dan kemurahannya, aku bisa sampai pada posisiku yang sekarang, tidak perlu sulit memikirkan biaya hidup dan pendidikan, segala kebutuhan sekolahku hingga kini ditanggungnya, itulah mengapa aku sangat menaruh hormat kepadanya.

“Hai Saf! Maaf bapak telat, kamu sudah lama nunggu?” senyumnya merekah tiap kali bertemu denganku, segera bangkit dari kursi, aku menggapai tangannya untuk kucium dengan takzim, aku menganggapnya sudah seperti ayah kandungku sendiri.

“Belum kok, Pak, Saf baru sampai juga, Bapak sehat? Kok Saf lihat bapak agak pucat, bapak sakit?” tanyaku khawatir.

“Bapak sehat-sehat saja, Saf, jangan dihiraukan! Gimana koas mu? Kapan jadi resminya selesai?” aku tau, Pak Aldian mencoba mengalihkan pertanyaanku.

“Bapak kecapean kerja, ya? Jangan terlalu diforsir, Pak, bapak sudah enggak muda lagi, banyak-banyak istirahat!”

“Siap ibu dokter! Bapak cuma kurang istirahat, banyak yang harus bapak kerjakan kemarin itu,”

“Vitamin yang Saf resepkan masih diminumkan sama bapak?”

“Masih, kamu jangan khawatir! Ini minuman buat bapak?”

“Hu’um, jus nanas bagus buat kolesterol bapak, hi hi hi,”

“Padahal bapak mau kopi, Saf!”

“Enggak boleh!!”

Ya begitulah kami jika bertemu, saat bertemu dengannya, aku sebisa mungkin mengatur menu yang boleh dan tidak boleh Pak Aldian makan dan minum, terkadang aku memintanya mengirimkan foto makanan yang dia makan setiap harinya, agar aku bisa melihat apa yang dia makan jika tidak sedang bersamaku. Pak Aldian memiliki riwayat darah tinggi dan kolesterol, harus mengatur pola makan dengan benar jika ingin hidup sehat hingga memiliki cucu nanti.

“Saf, ada yang mau bapak omongin sama kamu,”

“Ya ngomong aja, Pak, Saf dengerin nih, sambil makan boleh, ya?”

“Makanlah, Nak, masa bapak larang,” ucapnya tulus, aku suka senyumnya, caranya memperlakukanku seperti ayah memperlakukanku dulu, begitu lembut.

“Habis bapak ngomong, Saf juga mau ngomong ya, Pak!”

“Iya, boleh,” ucapnya singkat, kemudian terdiam cukup lama, membuatku menghentikan ritual makan siangku.

“Bapak mau ngomong apa? Kok malah diam aja?”

“Ehmm . . . Saf, kalau bapak minta kamu melakukan sesuatu, apa kamu mau mengabulkannya?” tanyanya ragu-ragu, membuatku bertanya-tanya, perihal apa yang sebenarnya ingin dia katakan.

Aku menyingkirkan piring berisi carbonara fettucini ku dari hadapan, meminum sebentar minumanku, sebelum akhirnya mencoba fokus dengan apa yang ingin dibicarakan ayah angkatku ini.

“Bapak mau Saf melakukan apa memang? Kalau Saf mampu, akan Saf lakuin, bapak kan tau, enggak mungkin Saf menolak permintaan bapak,”

“Tapi kali ini permintaannya beda dari permintaan bapak yang sebelumnya, bapak bukan mau minta Saf lanjut kuliah atau apapun, tapi bapak mau minta, Saf menikah sama anak laki-laki, bapak, Saf mau, kan?” ucapan Pak Aldian kali ini mampu membuatku tersedak air liurku sendiri. Apa tadi katanya? Menikah? Dengan putranya?.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Fida
suka cerita nya
2023-07-18 20:06:12
0
default avatar
DitaDam00539210
cerita nya bagus, tp koin nya terlalu mahal
2023-02-16 12:48:54
0
user avatar
Claresta Ayu
Cerita bagus, banyak menguras emosi dan air mata
2023-02-10 02:26:39
1
user avatar
yenyen
baca aja deh
2022-10-11 18:01:41
0
user avatar
Asri Kurniasari Sukmawan
menguras emosi lihat sikap damar
2022-08-30 20:09:03
1
user avatar
Dwi Risyanthi
jgn pisahkn damar n Safeea beri kesempatan sekali lagi.. mereka saling cinta
2022-08-29 08:16:48
0
user avatar
Irawati Sianipar
ceritanya bagus thor selalu menunggu updateannya
2022-08-23 21:12:13
0
user avatar
chiemo
cerita yg menarik, sy mendukung perpisahan safea thor.. smgt buat authornya cz sllu ditunggu update terbarunya
2022-08-16 09:28:46
0
user avatar
Ayu Nida
saranku pisah aja sama damar masih banyak cowok yg lebih baik di luar sana yg lebih menghargai dan menyayangi Safeea gak kyak si damar cowok egois yg kasar dan gak punya hati
2022-08-05 12:55:15
1
user avatar
Ayu Nida
ceritanya bagus banget tapi sayangnya update nya dikit banget nunggu up tiap hari rasanya lamaaaaa....
2022-08-05 12:52:27
1
user avatar
Dyah Sulistya
upnya jgn lama2 yaaa...kalo bisa sich...jgn pisah sm damar kaya cerita yang udah2...buat aja istri keduanya yg pergi...
2022-08-03 08:39:23
0
user avatar
Eling Botutihe
bagus alur ceritanya .sukses semangat
2022-07-27 14:48:13
0
user avatar
Lilis Setiati
ceritanya bagus banyak pelajaran yg di dapat
2022-08-18 08:47:52
0
user avatar
Lilis Setiati
bagus ceritanya suka, konplik nya bikin penasaran
2022-09-24 11:11:02
0
user avatar
Lilis Setiati
bagus enak bacanya ngga ngebosenin
2022-09-15 08:29:31
0
106 Chapters
Bab 1 | Permintaan Bapak
Hari ini adalah tahun kedua pernikahan kami, tidak seperti pasangan suami istri lain, yang merasakan bahagia di tiap anniversary pernikahannya, jangankan perayaan, ucapan hangat dari pasanganpun tidak aku dapatkan. Pagi ini kami bahkan bangun di kamar yang berbeda, bukan karena sedang berjauhan, namun, memang sejak malam pertama kami menikah, tidak pernah sekalipun kami tidur di kamar yang sama.Perkenalkan, namaku Safeea Azzahra Kalyani, aku seorang yatim piatu yang hidup dan tumbuh besar di sebuah panti asuhan di ibu kota. Usiaku baru enam tahun saat ayah dan ibuku meninggal dalam sebuah kecelakaan yang merenggut nyawa mereka. Kami sedang berjalan-jalan sore menggunakan sepeda motor butut milik ayah, ketika dari arah depan ada sebuah mobil sedan menabrak kami bertiga.Menurut cerita yang kudengar, kepala ibuku terbentur separator jalan yang membuatnya harus meregang nyawa di lokasi kejadian, sementara ayah, dia masih sempat dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan, nam
last updateLast Updated : 2022-06-14
Read more
Bab 2 | Dikira Mandul
Suara ketukan dari luar membuatku tersadar dari lamunan, aku mempersilahkan mbok Minah masuk ke dalam kamar, beliau adalah asisten rumah tangga di rumah ini, sebelum bekerja bersamaku, mbok Minah sudah lebih dulu bekerja di kediaman mertuaku. Sejak kecil suamiku diurus olehnya, tidak heran, saat kami menikah dan tinggal di rumah pemberian pak Aldian yang notabene adalah mertuaku, mas Damar meminta mbok Minah untuk ikut bersama kami.“Mbak, bahan masakan yang mbak Saf pesan sudah diantarkan sama tukang sayur, mbak Saf mau masak sekarang?” “Oh, iya, Mbok, sebentar lagi saya ke dapur, mbok duluan saja!” “Baik, Mbak!”Setelah merapikan pakaian yang ku kenakan, aku segera beranjak dari kamar untuk masuk ke dapur dan membuat sarapan untuk suamiku. Mbok Minah memang asisten rumah tangga di sini, namun untuk urusan perut suamiku, aku akan berusaha untuk selalu menyiapkannya sendiri, mengenai pakaian, aku juga yang mencuci pakaian mas Damar dan pakaianku, tugas mbok Minah hanya membereskan r
last updateLast Updated : 2022-06-14
Read more
Bab 3 | Penghinaan
Hati wanita mana yang tidak merasakan sakit, ketika suaminya dianjurkan untuk menikah lagi, bahkan oleh keluarga sendiri, aku tahu, keturunan memang belum bisa kuberikan untuk menyambung trah keluarga Mas Damar, namun itu sungguh bukanlah keinginanku, Mas Damar sendiri yang tidak menginginkannya, bukan aku yang tidak mampu.Pernah suatu kali, karena sudah bosan mendapat sindirian dari tantenya Mas Damar, karena aku yang tak kunjung hamil. Aku mencoba memintanya, merendahkan harga diriku sebagai wanita hanya untuk bisa disentuh oleh suamiku sendiri, namun apa yang kudapatkan? Hanya penolakan yang dibalut dengan kata-kata pedas. Sangat menyakitkan.“Jangan harap saya mau tidur denganmu, berdekatan saja rasanya saya jijik, jangan fikir karena kamu seorang dokter, kamu bisa menarik perhatian saya, cih, enggak sudi, lagipula, selama ini kami tau, kalau selain sebagai anak asuh bapak, kamu juga menjadi simpanannya, kan? Makanya dia selalu mensupport segala kebutuhanmu, kecil-kecil sudah mur
last updateLast Updated : 2022-06-14
Read more
Bab 4 | Meluapkan Perasaan
Mas Damar menarik kuat tanganku untuk mengikutinya pergi meninggalkan om Farhan, aku masih berfikir, darimana om Farhan bisa tau jika Mas Damar masih menjalin hubungan dengan mantan pacarnya? Apa om Farhan pernah melihat mereka jalan bersama?“Sudah saya bilang, jangan melakukan hal apapun yang tidak saya suruh,” tegurnya dengan suara yang ditekan, aku tau dia marah, dari caranya bicara dan mencengkram pergelangan tanganku.”Lepasin, Mas! Sakit! Aku enggak melakukan apapun? Kamu fikir aku ngapain?” berontakku berusaha melepaskan cengkraman tangannya, namun gagal, tenaganya terlalu kuat.“Setelah bapak enggak ada, kamu mau goda om Farhan juga? Hah? Cukup kamu menjadi benalu di keluarga ini!!” tandasnya penuh amarah, seraya mendorongku hingga terjerambab ke atas ranjang di salah satu kamar rumah Uti.“Kamu apa-apaan sih? Siapa yang goda om Farhan? Saya enggak pernah goda pria manapun, Mas! Tolong, saya bukan wanita murahan seperti yang kamu bilang, saya dan bapak tidak ada hubungan spes
last updateLast Updated : 2022-06-14
Read more
Bab 5 | Darah Di Lenganku
Hujan mulai mereda, menyisakan rintik-rintik air yang masih sesekali jatuh menyentuh bumi, aku memilih melihat keluar jendela, memfokuskan netraku pada bias-bias air hujan yang menempel pada kaca jendela disebelahku. Dulu, saat masih kecil, aku sering sekali main air hujan bersama teman-temanku, kami begitu senang setiap kali hujan turun, namun, setelah kecelakaan saat itu, aku jadi begitu enggan dengan hujan, karena hal itu akan mengingatkan ku kembali pada peritiwa yang merenggut nyawa ayah dan ibuku.Mas Damar baru mengurangi kecepatan laju mobilnya tepat ketika kami sudah menuruni jalanan berliku khas lewiliang, jangan tanya bagaimana perasaanku, takut, sangat takut, belum lagi Mas Damar mengendarai di tengah hujan deras, harus kuakui, skill menyetir suamiku ini di atas rata-rata, karena kalau tidak, pasti mobil kami sudah tergelincir dan masuk ke dalam jurang.“Apa yang harus saya lakukan agar kamu tidak bersikap begitu jahat kepada saya?” tanyaku pelan, saat kami sudah memasuki
last updateLast Updated : 2022-06-14
Read more
Bab 6 | Pria Dari Masa Lalu
Aku segera menggunakan jas putih kebanggaanku dan menuju ruang IGD untuk memberikan pertolongan kepada pasien kecelakaan. Aku melihat Dokter Jordy sedang membebat kasa kepada pasien pria dengan luka di pelipisnya.Cukup lama waktu yang kami butuhkan untuk melakukan pertolongan, selain aku dan Dokter Jordy, kami juga dibantu oleh dokter jaga yang bertugas malam ini. Sekitar pukul satu dini hari kami selesai, aku bergegas keluar dari ruangan IGD dan hendak masuk ke dalam ruanganku, saat dari bekalang terdengar suara pria yang dulu pernah akrab di telingaku.“Heii! Terima kasih sudah mau membantu,” ucapnya yang membuatku menghentikan langkah.==================================================================Angin malam berhembus cukup kencang, menyapu wajah dan juga rambutku hingga membuatnya berterbaran menjadi riak, sepertinya hujan akan turun, karena udaranya lebih dingin dari malam-malam sebelumnya. Aku masih tertegun kala mendengar suara seseorang yang menyapaku, seperti berada p
last updateLast Updated : 2022-06-21
Read more
Bab 7 | Anggrek dan Cokelat
Jam di nakas menunjukan pukul lima pagi, saat samar-samar dirinya mendengar suara ketukan dari luar, dengan kesadaran yang belum sepenuhnya, Damar berjalan ke arah pintu untuk memutar kuncinya.“Mau apa?” bentaknya saat melihat wajah Safeea yang sudah berbalut mukena, berdiri di depan kamarnya.“Ma-maaf, Mas, saya cuma mau bangunin mas Damar untuk sholat subuh,” ucap Safeea takut-takut, saat melihat wajah garang suaminya.“Enggak usah sok suci kamu, pergi!!” makinya lagi, masih dengan intonasi tinggi, membuat Safeea ketakutan dan memilih pergi.==================================================================POV SafeeaPagi ini, setelah melaksanakan sholat shubuh, aku memilih untuk memejamkan mataku kembali, rasanya kepalaku sangat sakit, selain itu seluruh badanku terasa remuk, mungkin karena kemarin terlalu banyak menangis dan berjalan kaki cukup jauh sebelum mas Damar menemukanku di jalan. Selain itu semalam aku baru tiba di rumah sekitar jam dua pagi, jadi sangat wajar jika aku
last updateLast Updated : 2022-06-23
Read more
Bab 8 | Bertemu Calon Madu
Melihatnya begitu bahagia saat bersama perempuan lain, nyatanya memang sesakit ini, dua tahun aku bertahan, tidak pernah sekalipun dia memberikanku sedikit senyumnya, tapi bersama wanitaitu, Mas Damar terlihat sangat bahagia, wajahnya cerah, seperti tidak ada beban yang ditanggungnya. Apa aku harus mengalah, Mas? Agar kamu bisa bahagia terus dengannya?==================================================================Aku memilih meninggalkannya tanpa dia tau, jika aku melihatnya dengan wanita tadi, sekarang aku tau, jika hari ini dia berpakaian seperti itu karena ingin berpergian bersama kekasihnya. Setelah membayar sepatu yang kubeli, kuputuskan untuk keluar dari mall dan tidak jadi berbelanja bulanan. Aku menaiki taksi online yang sudah kupesan sejak di dalam toko sepatu tadi.Sepanjang perjalanan aku mengingat bagaimana mas Damar tersenyum begitu manis untuk wanita lain, sementara untuk istrinya, sedikitpun tidak pernah dia lakukan. Aku mengingat semua perlakuannya kepadaku. Sela
last updateLast Updated : 2022-06-24
Read more
Bab 9 | Sepenggal Fakta Mengejutkan
Aku menyambut uluran tangan Adelya, dia seumuran dengan Mas Damar, itulah mengapa aku memanggilnya dengan sebutan Mbak. Senyuman Adelya sangat manis, dia juga cantik, pantas jika suamiku tidak bisa move on darinya.“Kami berencana menikah pekan depan, Saf,” ungkap Mas Damar tepat saat tangaku baru saja terlepas dari tangan Adelya, membuatku mengarahkan pandang kepadanya.“Mi – minggu, de-depan?” ulangku terbata.==================================================================Seharusnya aku tau, jika sebagai istri yang tidak dianggap, aku tidak boleh berharap lebih dari seorang Mas Damar. Saat dia memintaku untuk mendatanginya, tentu hal tersebut adalah untuk kepentingannya, bukan untuk kami berdua, apalagi untukku. Aku masih mencoba menetralkan perasaanku, mengisi kekosongan dalam hati yang datang tiba-tiba. Harusnya aku sudah siap menghadapi hal ini, karena kemarin aku sendiri yang memberikannya lampu hijau, namun, jika naïf berkata dia tidak akan berani, aku salah, seorang Damar
last updateLast Updated : 2022-06-25
Read more
Bab 10 | Patah Hati Seorang Anak
“Kamu kenapa sih, Del? Sebenarnya kamu juga maukan menikah denganku?”“Aku tidak akan bertahan sejauh ini jika tidak ingin menikah denganmu, Mar, tapi aku ingin kamu tidak menyesali langkah yang kamu ambil dengan menikahiku,”“Kesalahanku adalah menerima perjodohan sial4n ini, Del!! Aku tidak akan pernah menyesal menika denganmu,” tandasnya mengakhiri percakapan.==================================================================Bagi banyak orang, hujan yang turun mengguyur bumi adalah suatu anugerah, karena dengan air hujan itu tamanan bisa tumbuh subur, petani sangat menyukai hujan, karena dengan begitu sawah mereka tidak akan kekeringan, masyarakat pedalaman juga sangat menyukai hujan, karena airnya bisa mereka tampung untuk keperluan sehari hari tanpa harus mengambil jauh ke sumbernya.Tapi bagi Safeea, hujan hanya mengingatkannya pada banyak peristiwa pahit yang dia alami dalam hidupnya. Ayah dan ibunya meninggal saat kecelakaan di bawah guyuran hujan. Dirinya harus terpisah dar
last updateLast Updated : 2022-06-26
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status