Suara ketukan dari luar membuatku tersadar dari lamunan, aku mempersilahkan mbok Minah masuk ke dalam kamar, beliau adalah asisten rumah tangga di rumah ini, sebelum bekerja bersamaku, mbok Minah sudah lebih dulu bekerja di kediaman mertuaku. Sejak kecil suamiku diurus olehnya, tidak heran, saat kami menikah dan tinggal di rumah pemberian pak Aldian yang notabene adalah mertuaku, mas Damar meminta mbok Minah untuk ikut bersama kami.
“Mbak, bahan masakan yang mbak Saf pesan sudah diantarkan sama tukang sayur, mbak Saf mau masak sekarang?”“Oh, iya, Mbok, sebentar lagi saya ke dapur, mbok duluan saja!”“Baik, Mbak!”Setelah merapikan pakaian yang ku kenakan, aku segera beranjak dari kamar untuk masuk ke dapur dan membuat sarapan untuk suamiku. Mbok Minah memang asisten rumah tangga di sini, namun untuk urusan perut suamiku, aku akan berusaha untuk selalu menyiapkannya sendiri, mengenai pakaian, aku juga yang mencuci pakaian mas Damar dan pakaianku, tugas mbok Minah hanya membereskan rumah dan menggantikan tugasku memasak jika aku sedang tidak bisa pulang ke rumah karena jadwal yang padat di rumah sakit.Pagi ini aku memasak makanan favoritnya mas Damar, spesial untuk merayakan hari jadi pernikahan kami yang kedua, walaupun aku yakin dia tidak akan mengingatnya, setidaknya aku masih berusaha untuk mencoba, manusia tidak akan pernah tau kapan keberuntungan datang kepadanya, kan?Selesai menata makanan di meja makan, aku segera menuju ke kamar suamiku untuk membangunkannya, walaupun tidur terpisah, mas Damar tidak pernah melarangku untuk masuk ke dalam kamarnya, sebenarnya akhirnya dia tidak melarangku. Dulu, saat awal pernikahan kami, aku yang ketika itu ingin membersihkan kamarnya justru mendapat makian darinya, dia bilang aku tidak berhak masuk dan menyentuh semua barang-barang miliknya yang ada di dalam kamar.Namun, suatu ketika mbok Minah secara kebetulan mengalami sakit yang cukup lama, sehingga tidak bisa bekerja, kamarnya yang sangat berantakan akhirnya membuka jalan bagiku untuk mendapatkan ijin agar bisa masuk ke dalam kamarnya. Maklum saja, mas Damar tidak terbiasa melakukan pekerjaan rumah tangga walaupun hanya membereskan kamar tidurnya saja.Tok tok tok!Aku mengetuk pintu kamarnya, seperti biasa, tidak akan pernah ada jawaban, aku memutuskan untuk langsung masuk saja ke dalam kamar, melihatnya masih tertidur pulas di atas ranjang berukuran kingnya tersebut, adalah kesempatan emas bagiku untuk memandang wajahnya yang tampan. Tidak bisa kupungkiri, mas Damar adalah impian semua wanita, semua.Semua yang diinginkan wanita ada di diri suamiku. Wajahnya yang tampan dengan kulit putih bersih, bentuk wajahnya seperti terpahat sempurna, hidungnya yang menjulang berpadu indah dengan mata elangnya, aku sempat berfikir, Allah terlalu baik kepada manusia dingin ini.Mas Damar merupakan sosok sempurna dari gambaran kriteria suami idaman, selain memiliki fisik yang tiada minus, dia juga kaya raya, warisan yang ayah mertuaku berikan untuknya cukup banyak, dia juga cerdas, terbukti dari banyaknya piala akademis maupun non akademis yang dia miliki.Selain itu, dia juga memiliki kekasih yang sangat cantik, ya, kalian tidak salah membaca, suamiku memiliki wanita idaman lain, oh salah, lebih tepatnya, suamiku sudah lebih dulu memiliki wanita idaman lain, jauh sebelum dia dipaksa menikah denganku.Jika aku menerima permintaan pak Aldian karena balas budi, mungkin Mas Damar-ku terpaksa menerima perjodohan ini karena terancam akan kehilangan segala asset yang dimiliki ayahnya. Ya, aku pernah mendengar pertengkaran mereka saat pertama kali pak Aldian membawaku ke rumahnya untuk diperkenalkan dengan Mas Damar.Saat itu Mas Damar menolak habis-habisan rencana perjodohan yang diinginkan pak Aldian, hingga akhirnya pak Aldian mengancam akan mencabut semua fasilitas yang selama ini Mas Damar gunakan, hingga ancaman mencoretnya dari daftar ahli waris. Hal itu membuatku kaget, sebegitu inginkah pak Aldian menjadikan aku menantu hingga dia rela menghapus anak lelaki satu-satunya dari daftar penerima harta warisan yang dia miliki?Nyatanya, ancaman itu berhasil, Mas Damar menyetujuinya, menikah denganku sebulan setelah pertemuan pertama kami. Namun, inilah konsekuensi yang harus kuterima, di malam pertama kami, Mas Damar justru pergi meninggalkanku selama sepekan lamanya, setelah ku selidiki, ternyata dia pergi berlibur bersama kekasihnya.Miris memang, namun akupun sudah terlanjur tercebur dalam lubang keterpaksaan ini, aku tidak mungkin menolak dan mengecewakan orang yang sudah sangat berjasa dalam kehidupanku.Aku masih betah memandangi wajah suamiku, dia terlihat polos dan sangat manis ketika sedang tertidur seperti ini, beda sekali ketika dia sedang dalam keadaan sadar, dia akan berubah jadi mahluk paling menyebalkan untukku, selain dingin, ketus, dia juga tega, seringkali dia mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan hatiku.“Happy anniversary, Mas, semoga pernikahan kita langgeng sampai ke surga! Hufft, kapan ya, Mas, kamu bisa nerima aku untuk seutuhnya menjadi istri kamu, sudah dua tahun aku bertahan, tapi sedikitpun tidak ada perubahan dari sikap kamu terhadapku,” bisikku lirih, sangat pelan, agar hanya aku yang bisa mendengarnya.Gejolak untuk mencium Mas Damar sangat kuat, namun keberanian yang ku miliki tidaklah cukup, aku takut jika dia tiba-tiba terbangun dan tau jika aku menciumnya. Dua tahun diabaikan tanpa sediktipun mendapat sentuhan, sedikit banyak membuatku tersiksa saat hasrat ingin disalurkan. Bukankah normal bagi seorang istri sepertiku menginginkan mendapat nafkah batin dari suaminya? Ah aku terlalu bermimpi, sampai kapanpun rasanya mustahil Mas Damar akan memberikannya kepadaku.“Mas, bangun! Sudah jam tujuh, pagi ini kita kan harus ke rumah Uti,” kataku akhirnya saat berhasil menekan keinginan untuk mengecup bibir seksinya.Matanya mengerjap, kemudian terbuka perlahan, seperti biasanya, dia akan langsung tersadar penuh, melakukan sedikit peregangan khas orang yang baru bangun tidur, seksi sekali.“Pakaian mas Damar sudah saya siapkan, setelah mandi saya tunggu di bawah untuk sarapan, permisi,” kataku memberitahu, gaya bicaraku dengannya memang sangat formal, karena memang tidak ada hal spesial diantara kami.Aku beranjak untuk meninggalkannya, namun masih berharap dia mengingat moment penting hari ini dan mengucapkannya kepadaku, nihil, hingga tubuhku melewati pintu kamarnya, tidak kudengar sedikitpun suara yang keluar dari mulutnya.Sambil menunggu mas Damar mandi dan bersiap-siap, aku memutuskan untuk menyiram bunga di taman mini yang sengaja ku buat di belakang rumah. Taman ini merupakan tempat favorite ku untuk menyendiri, di sini aku bisa melamun semauku sembari menatap bunga dan tanaman yang ku tanam sejak aku pindah ke rumah ini.Rumah ini sebenarnya tidak terlalu besar, rumah dua lantai bergaya minimalis yang pak Aldian siapkan untukku dan mas Damar di bangun di lahan seluas 150 meter saja, terdapat satu kamar utama di lantai atas, dan dua kamar tamu di lantai bawah, aku menempati kamar tamu utama, sedangkan kamar tamu yang satunya digunakan mbok Minah.Di lantai atas, selain ada kamar utama yang ditempati mas Damar, juga ada sebuah perpustakaan pribadi yang juga sering kugunakan sebagai ruang kerjaku, sedangkan mas Damar? Dia tidak pernah membawa pekerjaan kerumah, jangankan pekerjaan, bahkan dia sendiripun juga jarang pulang.============Kami sudah dalam perjalanan menuju kediaman rumah neneknya Mas Damar di Bandung, setiap sebulan sekali akan diadakan acara arisan keluarga yang tempatnya berpindah-pindah, tergantung siapa yang mendapat giliran menang arisan. Biasanya pada momen seperti ini adalah hal yang paling aku tunggu sekaligus aku hindari.Hal itu karena, ketika berkumpul dengan keluarga besarnya, Mas Damar akan memperlakukanku laiknya seorang istri, dia akan berpura-pura perhatian dan mencintaiku, menyakitkan memang, tapi aku cukup merasa senang, setidaknya ada moment di mana aku mendapatkan perlakuan manis dari suamiku sendiri.Sepanjang perjalanan yang kami tempuh dari Jakarta ke Bandung, hanya dilalui dengan saling diam, tidak ada pembicaraan selain suara musik dari radio yang mas Damar putar, selalu begini, sedikitpun Mas Damar enggan memulai percakapan denganku, dia baru akan melakukannya jika sedang bersandiwara di hadapan keluarganya.Kami sudah tiba di kediaman Eyang Uti, sudah banyak mobil berjejer di sana, tandanya sudah banyak keluarga yang hadir, aku juga melihat mobil yang biasa ibu mertuaku gunakan, terparkir apik di sana. Aku bergegas turun dari mobil dan mengejar mas Damar yang sudah turun lebih dulu. Ku sejajarkan langkahku dengannya, membuang rasa cemas yang menyelimuti.Sudah dua tahun kami menikah, namun hingga saat ini aku belum memiliki kedekatan yang berarti dengan keluarga besar mas Damar, hanya dengan Uti dan pak Aldian, sayang, bapak mertuaku meninggal tepat dua bulan aku dan Mas Damar menikah. Sejak saat itu, hanya Uti yang perhatian kepadaku, walau tempat tinggal Uti di Bandung dan aku di Jakarta, Uti seringkali menghubungi hanya untuk menanyai kabarku.“Ingat, jangan banyak bicara, jangan menjawab pertanyaan apapun tanpa saya suruh!” inilah yang selalu Mas Damar ingatkan kepadaku, setiap kali kami berkumpul dengan keluarganya.“Assalamu’alaikum, hai semua!” sapa Mas Damar ketika memasuki rumah Uti.“W*’alaikumusalam, ciee ada pengantin baru nih, sini-sini masuk!” sahut salah seorang sepupu Mas Damar.“Pengantin baru apanya? Sudah nikah dua tahun kok masih dibilang pengantin baru, sudah lama itu, sudah cukup waktu jika mau punya momongan! Ingat Mar, laki-laki boleh lho menikah sampai empat kali, apalagi kalau istrinya terbukti mandul, enggak bisa kasih keturunan buat suaminya, ya kayak istrimu ini,” nyeess! Inilah hal yang paling ku hindari setiap kali ada acara kumpul keluarga.Hati wanita mana yang tidak merasakan sakit, ketika suaminya dianjurkan untuk menikah lagi, bahkan oleh keluarga sendiri, aku tahu, keturunan memang belum bisa kuberikan untuk menyambung trah keluarga Mas Damar, namun itu sungguh bukanlah keinginanku, Mas Damar sendiri yang tidak menginginkannya, bukan aku yang tidak mampu.Pernah suatu kali, karena sudah bosan mendapat sindirian dari tantenya Mas Damar, karena aku yang tak kunjung hamil. Aku mencoba memintanya, merendahkan harga diriku sebagai wanita hanya untuk bisa disentuh oleh suamiku sendiri, namun apa yang kudapatkan? Hanya penolakan yang dibalut dengan kata-kata pedas. Sangat menyakitkan.“Jangan harap saya mau tidur denganmu, berdekatan saja rasanya saya jijik, jangan fikir karena kamu seorang dokter, kamu bisa menarik perhatian saya, cih, enggak sudi, lagipula, selama ini kami tau, kalau selain sebagai anak asuh bapak, kamu juga menjadi simpanannya, kan? Makanya dia selalu mensupport segala kebutuhanmu, kecil-kecil sudah mur
Mas Damar menarik kuat tanganku untuk mengikutinya pergi meninggalkan om Farhan, aku masih berfikir, darimana om Farhan bisa tau jika Mas Damar masih menjalin hubungan dengan mantan pacarnya? Apa om Farhan pernah melihat mereka jalan bersama?“Sudah saya bilang, jangan melakukan hal apapun yang tidak saya suruh,” tegurnya dengan suara yang ditekan, aku tau dia marah, dari caranya bicara dan mencengkram pergelangan tanganku.”Lepasin, Mas! Sakit! Aku enggak melakukan apapun? Kamu fikir aku ngapain?” berontakku berusaha melepaskan cengkraman tangannya, namun gagal, tenaganya terlalu kuat.“Setelah bapak enggak ada, kamu mau goda om Farhan juga? Hah? Cukup kamu menjadi benalu di keluarga ini!!” tandasnya penuh amarah, seraya mendorongku hingga terjerambab ke atas ranjang di salah satu kamar rumah Uti.“Kamu apa-apaan sih? Siapa yang goda om Farhan? Saya enggak pernah goda pria manapun, Mas! Tolong, saya bukan wanita murahan seperti yang kamu bilang, saya dan bapak tidak ada hubungan spes
Hujan mulai mereda, menyisakan rintik-rintik air yang masih sesekali jatuh menyentuh bumi, aku memilih melihat keluar jendela, memfokuskan netraku pada bias-bias air hujan yang menempel pada kaca jendela disebelahku. Dulu, saat masih kecil, aku sering sekali main air hujan bersama teman-temanku, kami begitu senang setiap kali hujan turun, namun, setelah kecelakaan saat itu, aku jadi begitu enggan dengan hujan, karena hal itu akan mengingatkan ku kembali pada peritiwa yang merenggut nyawa ayah dan ibuku.Mas Damar baru mengurangi kecepatan laju mobilnya tepat ketika kami sudah menuruni jalanan berliku khas lewiliang, jangan tanya bagaimana perasaanku, takut, sangat takut, belum lagi Mas Damar mengendarai di tengah hujan deras, harus kuakui, skill menyetir suamiku ini di atas rata-rata, karena kalau tidak, pasti mobil kami sudah tergelincir dan masuk ke dalam jurang.“Apa yang harus saya lakukan agar kamu tidak bersikap begitu jahat kepada saya?” tanyaku pelan, saat kami sudah memasuki
Aku segera menggunakan jas putih kebanggaanku dan menuju ruang IGD untuk memberikan pertolongan kepada pasien kecelakaan. Aku melihat Dokter Jordy sedang membebat kasa kepada pasien pria dengan luka di pelipisnya.Cukup lama waktu yang kami butuhkan untuk melakukan pertolongan, selain aku dan Dokter Jordy, kami juga dibantu oleh dokter jaga yang bertugas malam ini. Sekitar pukul satu dini hari kami selesai, aku bergegas keluar dari ruangan IGD dan hendak masuk ke dalam ruanganku, saat dari bekalang terdengar suara pria yang dulu pernah akrab di telingaku.“Heii! Terima kasih sudah mau membantu,” ucapnya yang membuatku menghentikan langkah.==================================================================Angin malam berhembus cukup kencang, menyapu wajah dan juga rambutku hingga membuatnya berterbaran menjadi riak, sepertinya hujan akan turun, karena udaranya lebih dingin dari malam-malam sebelumnya. Aku masih tertegun kala mendengar suara seseorang yang menyapaku, seperti berada p
Jam di nakas menunjukan pukul lima pagi, saat samar-samar dirinya mendengar suara ketukan dari luar, dengan kesadaran yang belum sepenuhnya, Damar berjalan ke arah pintu untuk memutar kuncinya.“Mau apa?” bentaknya saat melihat wajah Safeea yang sudah berbalut mukena, berdiri di depan kamarnya.“Ma-maaf, Mas, saya cuma mau bangunin mas Damar untuk sholat subuh,” ucap Safeea takut-takut, saat melihat wajah garang suaminya.“Enggak usah sok suci kamu, pergi!!” makinya lagi, masih dengan intonasi tinggi, membuat Safeea ketakutan dan memilih pergi.==================================================================POV SafeeaPagi ini, setelah melaksanakan sholat shubuh, aku memilih untuk memejamkan mataku kembali, rasanya kepalaku sangat sakit, selain itu seluruh badanku terasa remuk, mungkin karena kemarin terlalu banyak menangis dan berjalan kaki cukup jauh sebelum mas Damar menemukanku di jalan. Selain itu semalam aku baru tiba di rumah sekitar jam dua pagi, jadi sangat wajar jika aku
Melihatnya begitu bahagia saat bersama perempuan lain, nyatanya memang sesakit ini, dua tahun aku bertahan, tidak pernah sekalipun dia memberikanku sedikit senyumnya, tapi bersama wanitaitu, Mas Damar terlihat sangat bahagia, wajahnya cerah, seperti tidak ada beban yang ditanggungnya. Apa aku harus mengalah, Mas? Agar kamu bisa bahagia terus dengannya?==================================================================Aku memilih meninggalkannya tanpa dia tau, jika aku melihatnya dengan wanita tadi, sekarang aku tau, jika hari ini dia berpakaian seperti itu karena ingin berpergian bersama kekasihnya. Setelah membayar sepatu yang kubeli, kuputuskan untuk keluar dari mall dan tidak jadi berbelanja bulanan. Aku menaiki taksi online yang sudah kupesan sejak di dalam toko sepatu tadi.Sepanjang perjalanan aku mengingat bagaimana mas Damar tersenyum begitu manis untuk wanita lain, sementara untuk istrinya, sedikitpun tidak pernah dia lakukan. Aku mengingat semua perlakuannya kepadaku. Sela
Aku menyambut uluran tangan Adelya, dia seumuran dengan Mas Damar, itulah mengapa aku memanggilnya dengan sebutan Mbak. Senyuman Adelya sangat manis, dia juga cantik, pantas jika suamiku tidak bisa move on darinya.“Kami berencana menikah pekan depan, Saf,” ungkap Mas Damar tepat saat tangaku baru saja terlepas dari tangan Adelya, membuatku mengarahkan pandang kepadanya.“Mi – minggu, de-depan?” ulangku terbata.==================================================================Seharusnya aku tau, jika sebagai istri yang tidak dianggap, aku tidak boleh berharap lebih dari seorang Mas Damar. Saat dia memintaku untuk mendatanginya, tentu hal tersebut adalah untuk kepentingannya, bukan untuk kami berdua, apalagi untukku. Aku masih mencoba menetralkan perasaanku, mengisi kekosongan dalam hati yang datang tiba-tiba. Harusnya aku sudah siap menghadapi hal ini, karena kemarin aku sendiri yang memberikannya lampu hijau, namun, jika naïf berkata dia tidak akan berani, aku salah, seorang Damar
“Kamu kenapa sih, Del? Sebenarnya kamu juga maukan menikah denganku?”“Aku tidak akan bertahan sejauh ini jika tidak ingin menikah denganmu, Mar, tapi aku ingin kamu tidak menyesali langkah yang kamu ambil dengan menikahiku,”“Kesalahanku adalah menerima perjodohan sial4n ini, Del!! Aku tidak akan pernah menyesal menika denganmu,” tandasnya mengakhiri percakapan.==================================================================Bagi banyak orang, hujan yang turun mengguyur bumi adalah suatu anugerah, karena dengan air hujan itu tamanan bisa tumbuh subur, petani sangat menyukai hujan, karena dengan begitu sawah mereka tidak akan kekeringan, masyarakat pedalaman juga sangat menyukai hujan, karena airnya bisa mereka tampung untuk keperluan sehari hari tanpa harus mengambil jauh ke sumbernya.Tapi bagi Safeea, hujan hanya mengingatkannya pada banyak peristiwa pahit yang dia alami dalam hidupnya. Ayah dan ibunya meninggal saat kecelakaan di bawah guyuran hujan. Dirinya harus terpisah dar
Damar Pramudya BayanakaDisinilah aku sekarang, duduk membungkuk di dalam tahanan yang busuk, menatap pilu pada jeruji besi yang menahanku untuk menghirup udara kebebasan di luar sana. Sudah enam bulan lamanya aku mendekam di sini, tepatnya setelah aksiku yang berusaha untuk membalaskan dendam kepada Safeea dan Adriyan.Aku tidak menyangka jika akhirnya akulah yang terbakar dan hancur dalam kisah ini, kisah yang awalnya aku menjadi superior karena harta yang kumiliki, nyatanya akhir menyayat yang kualami.Selain harus mendekam selama lima tahun di penjara, aku juga kehilangan perusahaanku yang akhirnya di lelang. Aku masih tidak menyangka, perusahaan yang almarhum ayahku rintis dari nol, kini benar-benar kembali menjadi nol karena ulah dan kebodohanku yang mendarah daging.Andai dapat kuulang waktu, aku tidak akan melakukan segala kesalahan yang kulakukan dulu. Setidaknya, aku tidak akan menyakiti Safeea hingga segitu parahnya, sehingga membuat wanita yang selalu hadir dalam mimpiku t
“Safeea!! Buka!!” teriaknya lagi, kali ini menggunakan kakinya untuk mendobrak pintu kamar.Safeea yang mendengar suara gebrakan dari luar membuatnya berjingkat ketakutan. Mulutnya tidak henti berdoa dan menangis, berharap bantuan segera datang untuk membantunya terlepas dari manusia yang paling tidak ingin dirinya temui di muka bumi ini.“Safeea!! Buka! Jangan buat aku murka! Kamu harus tanggung jawab sekarang juga!!”“Tanggung jawab apa yang anda maksud, Bapak Damar?”=========== Berbekal ijin yang dia dapatkan dari Adriyan untuk membawa Safeea ke Mall, Tiara datang bermaksud untuk menjemput Safeea bersama Gianira dan ketiga anaknya. Namun, saat turun dari mobil dan mendapati pintu rumah Safeea terbuka, membuat Tiara curiga jika ada hal buruk yang terjadi.Dirinya berjalan cepat ke dalam rumah bersama Gianira, setelah sebelumnya meminta ketiga anak-anak Riza tersebut menunggu di dalam mobil. Tiara khawatir terjadi sesuatu di dalam rumah, sehingga dirinya berinisiatif menyuruh anak-
Pagii semuaa 😍🤗Maaf Euy baru bisa up lagi, qodarullah keadaan kurang fit ditambah file bab baru yang siap up malah hilang karena enggak sengaja ketiban file baru jadi harus ngumpulin niat dulu untuk ketik ulang kemarin kemarin tuh 🤭Oia, ini satu bab menjelang bab terakhir yang Insya Allah ku posting besok atau lusa ya ..Selamat membaca ✌️✌️========= Benar kata pepatah yang mengatakan, untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Bukan kurir yang datang melainkan tamu tidak diundang, pria yang ingin paling tidak ingin kutemui di dunia ini justru datang menemuiku di rumah.“Hai, Saf. Apa kabar?”============ Tanpa menjawab aku langsung berusaha untuk menutup pintu rumah, tetapi tenaga Mas Damar lebih kuat, sehingga dengan mudah menerobos masuk hanya dengan sedikit dorongan yang dia lakukan.Aku yang sadar saat ini hanya seorang diri di rumah tidak dapat berbuat apapun, asisten rumah tangga yang mas Essa pekerjakan baru saja pulang hampir setengah jam yang lalu. Lingkungan
Hai, ada sedikit bocoran. Ini sudah mendekati akhir lho 🤗=====Jangan tanya aku mendapatkan info darimana, karena tentu dengan mudah aku mengakses informasi tersebut dari sepupuku yang seorang bisnisman ulung namun kurang beruntung di dunia percintaannya.“Mas,”“Ya, ada apa, Sayang?” tanyaku, saat mendapati Zahra keluar dari toilet kamar kami.“I have surprise for you,” bisiknya, sambil memberikan sebuah kotak beludru berwarna biru. Kurasa isinya jam tangan? ========= “Apa nih, Sayang?” tanyaku heran, seingatku aku tidak sedang berulang tahun maupun ada hari spesial hari ini, lalu mengapa tiba-tiba Zahra memberikan surprise? Ditambah lagi dirinya memegang kamera dan menyalakan fitur merekam saat memberikan kotak beludru tersebut.“Buka aja!”“Aku sedang tidak melewatkan hari spesial kita, kan?” selidikku, karena heran melihat Zahra terus tersenyum ke arahku. Sebelah tangannya masih sibuk memegang ponsel yang diarahkan ke arahku.“Enggak, Sayang. Ini surprise spesial dari aku buat
Aku kembali menghubungi Jerryan, memintanya untuk mendesak Safeea menghentikan kegiatan bodohnya tersebut. Namun, aku justru mendapat berita yang lebih mencengangkan. Jerryan mengatakan tidak dapat mengubungi Tiara karena panggilannya selalu dialihkan. Selain itu, Jerryan memberitau jika ada seseorang dengan akun Instegrem Adl.ya membuat pengakuan jika dia adalah saksi dari seluruh kebenaran yang Safeea katakan. Dan aku sangat hafal, siapa orang di balik akun Adl.ya tersebut. ============= Kurasakan seluruh persendianku melemas karena kabar yang Jerryan sampaikan. Bagaimana bisa Adelya bersekongkol dengan Safeea untuk menyerangku malam ini? Bukankah selama ini Adelya begitu membenci Safeea? Bahkan menurut Bagus, dirinya mendapat informasi jika Adelya sempat menyerang Safeea ketika di rumah sakit kemarin, karena menganggap Safeea sebagai penyebab aku menjatuhkan talak kepadanya.Dengan mata membulat aku menyaksikan lagi live dari layar ponselku yang lain, melihat bagaimana kali ini
“Selama pernikahan juga mas Damar tidak pernah sekalipun memberikan nafkah bathin kepada saya, kecuali di malam terakhir sebelum akhirnya saya putuskan untuk menyerah. Dia meminta saya melayaninya tapi ...,” kalimatku terputus, rasanya aku tidak sanggup untuk mengungkit kembali kisah pahit pada malam itu. Tangisku mulai pecah, Mas Essa sibuk menenangkanku, merangkulku dengan hangat.=============== Mbak Gia memberikan ku segelas air putih yang langsung kuteguk hingga habis setengahnya. Tubuhku masih bergetar tiap kali mengingat peristiwa jahanam yang mas Damar perbuat kepadaku. Perbuatan tidak tau malu yang dilakukan dengan penuh pemaksaan. Memperlakukanku laiknya binatang jalang yang sesuka hatinya dia perlakukan sekasar dan sehina yang dia inginkan.[Lanjutin dong ceritanya! Penasaran, nih][Gila, jadi hampir sepekan ini kita di bohongin sama si Damar?][Dasar cowok playing victim, manipulatif!][Spill selingkuhannya dong, Kak!][Keluarganya enggak tau kalau kelakuan anaknya kay
Aku masih terus menggulir akun sosmedku, mencari informasi mengenai ke-viral-an aksi Damar sore tadi. Hingga tidak sengaja mataku menangkap sebuah postingan yang memberitakan jika Zahra meminta cerai dari Damar dan lebih memilih menikah denganku di saat Damar dalam keadaan lumpuh dan tidak dapat berbuat apa-apa. Fu*k, apa-apaan ini? Berita-berita ini benar-benar sudah kelewatan.=========== POV SafeeaAku tidak menyangka jika kecelakaan dua hari yang lalu berbuah buntut panjang, akan kewarasan mentalku yang seakan diuji oleh maraknya berita-berita hoax yang bertebaran di jaga dunia maya. Berita mengenai pernikahan dan perceraianku dengan mas Damar tersebar begitu massive, padahal selama ini aku tidak pernah memposting apapun mengenai pernikahan dan kehidupanku bersama mas Damar, setahuku begitupun sebaliknya.Lalu mengapa kini banyak tersebar berita tentang kami berdua? Bahkan aku dianggap mencampakan mas Damar karena bercerai dengannya di saat dia sedang sakit kala itu dan menikah
Sekuat tenaga aku menggerakan kaki ku agar mau terangkat, namun nihil susah sekali rasanya, hingga saat jaraknya semakin dekat, aku seakan mendapat dorongan kuat untuk kembali mencoba menggerakan kaki ku dan berlari menghampiri Safeea. Mendorongnya hingga kami jatuh berpelukan.Brakkk!!Suara reklame berdebam saat jatuh menimpa lantai beton rumah sakit. Kudengar Safeea berteriak karena kaget mendengar suara reklame jatuh, kemudian banyak orang berdatangan untuk melihat apa yang terjadi.============= Riuh ramai suara orang berdatangan mencoba memastikan keadaanku dan Safeea. Kuabaikan pertanyaan dari pihak keamanan rumah sakit yang mencoba mencari info keadaan kami.Namun, dadaku masih berdegup begitu kencang, karena selain baru saja mengalami peristiwa berbahaya, tapi juga karena Safeea saat ini masih dalam dekapanku. Tubuhnya bergetar, mungkin dirinya merasakan takut dan kaget bersamaan karena reklame jatuh barusan.Aku coba menenangkannya, mengatakan jika semua baik-baik saja. Kem
Benar yang Jerryan katakan, mengapa Adelya bisa berubah secepatnya ini? Apakah tidak ada sedikitpun tersisa rasa cintanya untukku? Hampir dua belas tahun kami menjalin hubungan dan hilang hanya dalam waktu tiga pekan?“Bagus bukan? Aku jadi bisa fokus untuk berusaha merebut kembali Safeea ke dalam pelukanku jika sudah resmi bercerai dari Adelya,” ucapku akhirnya, yang membuat Jerryan hanya bisa menepuk kepalanya. Memang apa yang salah dengan yang kukatakan barusan? Aneh!============== POV SafeeaDua bulan sudah aku menjalani kehidupan baruku sebagai seorang istri dan tentu saja aku merasa benar-benar menikmatinya. Walaupun sebenarnya aku sudah pernah mengalaminya selama dua tahun lebih sebelumnya, tetapi kali ini benar-benar berbeda.Jika dulu pergi dinas ke Rumah sakit merupakan tempat pelarianku untuk menenangkan diri dari perlakuan buruk mas Damar di rumah, kini setelah menikah dengan mas Essa, pulang ke rumah adalah sesuatu yang kunanti-nantikan. Karena di sana aku benar-benar m