Mas Damar menarik kuat tanganku untuk mengikutinya pergi meninggalkan om Farhan, aku masih berfikir, darimana om Farhan bisa tau jika Mas Damar masih menjalin hubungan dengan mantan pacarnya? Apa om Farhan pernah melihat mereka jalan bersama?
“Sudah saya bilang, jangan melakukan hal apapun yang tidak saya suruh,” tegurnya dengan suara yang ditekan, aku tau dia marah, dari caranya bicara dan mencengkram pergelangan tanganku.”Lepasin, Mas! Sakit! Aku enggak melakukan apapun? Kamu fikir aku ngapain?” berontakku berusaha melepaskan cengkraman tangannya, namun gagal, tenaganya terlalu kuat.“Setelah bapak enggak ada, kamu mau goda om Farhan juga? Hah? Cukup kamu menjadi benalu di keluarga ini!!” tandasnya penuh amarah, seraya mendorongku hingga terjerambab ke atas ranjang di salah satu kamar rumah Uti.“Kamu apa-apaan sih? Siapa yang goda om Farhan? Saya enggak pernah goda pria manapun, Mas! Tolong, saya bukan wanita murahan seperti yang kamu bilang, saya dan bapak tidak ada hubungan spesial seperti yang kamu tuduhkan, saya juga enggak tau mengapa bapak begitu baik kepada saya,”“Diam kamu! Kalau bukan karena ada affair antara kamu dan bapak, enggak mungkin bapak begitu mati-matian merawatmu, membiayai sekolah kedokteranmu yang mahal itu, hah? Kenapa?” teriaknya tepat di depan wajahku. Nafasnya naik turun menandakan begitu besar emosi yang tengah dia luapkan.“Saya enggak tau, demi Allah saya enggak tau mengapa bapak begitu baik sama saya, Mas!!” ucapku lirih, sakit rasanya ketika suamimu sendiri meragukan kesucian dirimu.“Jangan pernah kamu bawa-bawa nama Tuhan dengan mulut kotormu itu, ya! Sok alim sekali kamu!!”Aku mencoba menahan emosiku, ini tidak akan ada gunanya jika aku melawan ucapannya, biarlah, aku akan bertahan sekuat yang kumampu, namun, jika sampai saatnya aku kalah, aku pasti akan menyerah.Mas Damar meninggalkan ku sendirian dia dalam kamar yang asing bagiku, maklumlah, selama menikah, belum sekalipun aku menginap di rumah Uti. Setelah kuteliti, banyak sekali foto-foto mas Damar di sini, ku lihat satu persatu, ada foto mas Damar kecil yang sedang berenang, ada juga mas Damar remaja yang memegang bola basket, ada juga beberapa foto ketika mas Damar berlibur, lucu, dari kecil dia sudah merasakan kebahagiaan yang bahkan tidak pernah kurasakan.Setelah berhasil menenangkan diri dan memastikan penampilanku sudah membaik, aku memutuskan untuk keluar kamar dan bergabung bersama keluarga yang lain. Kali ini aku mencoba duduk berdekatan dengan ibu mertuaku, selama ini bukannya aku tidak berusaha untuk mendekatkan diri kepada ibu mertuaku, namun dinding pembatas yang dia pasang terlalu tinggi dan tebal, hingga aku sulit untuk menembusnya.“Bu,” sapaku pelan saat sudah duduk di sampingnya.Seperti dugaanku, ibu tidak menjawab sapaanku, hanya menengok sekilas kemudian berpaling tanpa senyuman, miris. Selain istri yang tidak dianggap, akupun menantu yang tidak diinginkan, nasibmu, Saf!“Mar, kemarin tante enggak sengaja ketemu lho sama Adelya di salon langganan tante, wah makin cantik aja ya dia, setelah tante tanya-tanya, rupanya dia belum menikah, Mar, bisa tuh kalau kamu mau deketin lagi!” tiba-tiba saja Tante Yunita bicara seakan tidak ada aku di dekat mereka.Aku sempat beradu pandang dengan Mas Damar, sebelum akhirnya kuputuskan untuk menundukan pandangan, karena percuma, aku yakin, kali inipun suamiku itu tidak akan pernah berada dipihak ku.“Kamu apa-apaan sih, Yun, Damar sudah punya istri, lho, masa kamu mau nyuruh dia deketin perempuan lain?” teguran Uti seakan membuat senyum tante Yunita menghilang.“Ya enggak apa-apa kan, Bu, toh si Safeea enggak bisa kasih keturunan sama Damar, wajarlah kalau Damar cari wanita lain yang bisa ngasih dia anak, lagian buat apa nikah lama-lama kalau enggak kunjung hamil, Bu, percuma cantik, dokter, tapi rahimnya enggak subur!”Sekuat tenaga aku menahan agar air mataku tidak kembali tumpah, andai aku memiliki keberanian untuk mengatakan bahwa aku sehat, rahimku baik-baik saja, diam-diam aku sudah melakukan pemeriksaan ke dokter kandungan, andai aku tidak memikirkan kebaikan almarhum pak Aldian, akan ku bongkar semua kenyataan pahit ini.“Mbak, cukup! Jangan bicara kayak gitu dong, belum tentukan kalau Saf m4ndul, lagipula mereka baru dua tahun menikah, mereka masih muda, masih banyak waktu untuk memiliki momongan nanti, lagian emangnya mbak Yunita mau kalau nanti suaminya Arina menikah lagi karena Arina enggak bisa ngasih keturunan sama dia? Jangan aneh-aneh, deh, biarin mereka menjalani rumah tangganya, enggak usah ikut campur!” tandas Om Farhan membelaku.Antara senang dan sedih sebenarnya. Senang karena ada juga yang membelaku dari serangan mulut jahat Tante Yuni, tapi akupun sedih, karena yang membelaku bukanlah Mas Damar. Laki-laki itu hanya diam tidak mengeluarkan sepatah katapun untuk membela harga diri istrinya, ah jangankan membela, bahkan dia sendiri menginjak-injak harga diriku. Wake up, Saf! Jangan mimpi!!“Diam kamu, Han! Berani kamu melawan mbakmu ini cuma untuk membela wanita m4ndul tidak jelas ini, hah? Anak pungut yang enggak tau diri, minta kuliah sampai jadi dokter, emang murah? Satu lagi, jangan kamu samakan Arina sama Safeea, Arina itu lahir dari keluarga yang rahimnya sehat, enggak mungkin dia m4ndul dan ditinggal nikah lagi sama suaminya nanti,”Rasanya aku sudah tidak sanggup menerima hinaan yang Tante Yuni berikan, setelah berpamitan dengan ibu mertuaku dan juga Uti, aku memutuskan untuk meninggalkan perkumpulan manusia-manusia suci tersebut.“Anak enggak tau sopan satun, pendidikan aja tinggi, tapi adabnya enggak ada, orangtua lagi ngomong malah ditinggal pergi!!” aku masih bisa mendengar makian yang tante Yunita katakan.Aku berharap mas Damar mengejarku, merangkulku dan menenangkan aku yang sedang tersakiti ini, namun harapan hanya tinggal harapan, jangankan mengejar, mungkin menoleh ketika aku dihinapun tidak dia lakukan.Sampai di depan pagar, aku bingung harus pergi naik apa, kawasan rumah Uti yang berada di kawasan leuwiliang sangat tidak memungkinkan ada kendaraan umum yang melintas, karena sudah kadung keluar dan malu jika harus kembali lagi ke dalam, aku memutuskan untuk berjalan kaki menelusuri jalanan yang panjang entah sampai mana.Hampir setengah jam aku berjalan, namun belum bertemu dengan satupun kendaraan umum, tidak mungkin aku memesan kendaraan online di daerah seperti ini, pasti tidak akan ada, aku sempatkan menoleh ke belakang, berfikir jika akhirnya mas Damar iba kepadaku dan berniat menjemputku. Tapi lagi-lagi semua hanya angan-angan yang tidak mungkin bisa terwujud.Kedua kakiku sakit karena terlalu lama berjalan, namun hatiku lebih sakit karena pelakuan tante Yunita dan sikap diamnya mas Damar. Aku beristirahat di sebuah kursi kayu yang diletakkan di pinggir jalan, rasa-rasanya aku tidak akan sanggup lagi untuk berjalan. Kontur jalanan yang naik turun kas jalanan daerah pegunungan membuatku mengalami kelelahan yang teramat sangat.Kulihat hari semakin sore, mungkin sebentar lagi akan malam, aku bingung setengah mati saat kurasakan ada setitik demi setitik air hujan yang mengenai lengan polosku.“Masuk!!” aku terkaget saat mendengar suara yang kuhafal, meneriaki untuk segera masuk ke dalam mobilnya, ya akhirnya suamiku datang menjemput.“Kamu b3go apa tol0l, sih? Kamu fikir ini Jakarta yang banyak kendaraan umum seliweran, sekolah tinggi tapi otaknya enggak dipake!! Kamu fikir kamu ratu yang bisa mendapat pengejaran dari pengawal kalau kamu kabur, hah? Bod0h!!” suara makian Mas Damar berebut dengan suara derasnya hujan yang turun, membuat hatiku lagi-lagi tergores karena ucapan beracunnya.“Iya, saya memang bodoh, saya bodoh karena mau aja kecebur di keluarga yang tidak pernah menghargai saya sebagai manusia, saya tol0l, karena mau aja disuruh nikah sama laki-laki yang enggak punya perasaan kayak kamu, saya emang enggak pake otak saat bermimpi kamu bisa nerima saya sebagai istri kamu, membela saya setiap kali saya dihina dan direndahkan, saya enggak minta kamu jemput, saya enggak peduli kalau saya harus jalan sampai Jakarta, saya enggak minta kamu kasihani!!” teriakku membalas makiannya, sudah tidak kupedulikan jika dia melihatku menangis seperti ini, aku hanya ingin meluapkan perasaanku, sakit hatiku yang selama ini kutahan.Ku fikir Mas Damar akan membalas teriakanku atau paling tidak menurunkanku kembali ke jalanan, namun dia justru mengencangkan laju kendaraannya. Seperti tidak terkontrol, Mas Damar menekan gas dalam-dalam, membuat mobil yang dia kendarai melaju begitu cepat membelah jalanan yang diguyur hujan lebat.Aku berulangkali berteriak memintanya mengurangi kecepatan, namun tidak digubrisnya, pandangannya lurus tajam kedepan, aura dingin dan mencekam menguar di sekitar kami, sepertinya Mas Damar tersinggung dengan ucapanku tadi.Aku berpegangan kuat pada handle hangrid mobil Mas Damar, lelah sudah aku memohon agar dia mau sedikit saja mengurangi kecepatannya, lebih baik aku berusaha menyeimbangkan diriku, agar tidak jatuh ke sisinya ketika mobil melewati tikungan yang tiada henti. Aku berdoa semoga kami berdua selamat dalam perjalanan ini, kalaupun akhirnya kami celaka, aku meminta kepada Allah agar aku saja yang pergi, agar terbebas dari situasi yang tidak mengenakan ini.Hujan mulai mereda, menyisakan rintik-rintik air yang masih sesekali jatuh menyentuh bumi, aku memilih melihat keluar jendela, memfokuskan netraku pada bias-bias air hujan yang menempel pada kaca jendela disebelahku. Dulu, saat masih kecil, aku sering sekali main air hujan bersama teman-temanku, kami begitu senang setiap kali hujan turun, namun, setelah kecelakaan saat itu, aku jadi begitu enggan dengan hujan, karena hal itu akan mengingatkan ku kembali pada peritiwa yang merenggut nyawa ayah dan ibuku.Mas Damar baru mengurangi kecepatan laju mobilnya tepat ketika kami sudah menuruni jalanan berliku khas lewiliang, jangan tanya bagaimana perasaanku, takut, sangat takut, belum lagi Mas Damar mengendarai di tengah hujan deras, harus kuakui, skill menyetir suamiku ini di atas rata-rata, karena kalau tidak, pasti mobil kami sudah tergelincir dan masuk ke dalam jurang.“Apa yang harus saya lakukan agar kamu tidak bersikap begitu jahat kepada saya?” tanyaku pelan, saat kami sudah memasuki
Aku segera menggunakan jas putih kebanggaanku dan menuju ruang IGD untuk memberikan pertolongan kepada pasien kecelakaan. Aku melihat Dokter Jordy sedang membebat kasa kepada pasien pria dengan luka di pelipisnya.Cukup lama waktu yang kami butuhkan untuk melakukan pertolongan, selain aku dan Dokter Jordy, kami juga dibantu oleh dokter jaga yang bertugas malam ini. Sekitar pukul satu dini hari kami selesai, aku bergegas keluar dari ruangan IGD dan hendak masuk ke dalam ruanganku, saat dari bekalang terdengar suara pria yang dulu pernah akrab di telingaku.“Heii! Terima kasih sudah mau membantu,” ucapnya yang membuatku menghentikan langkah.==================================================================Angin malam berhembus cukup kencang, menyapu wajah dan juga rambutku hingga membuatnya berterbaran menjadi riak, sepertinya hujan akan turun, karena udaranya lebih dingin dari malam-malam sebelumnya. Aku masih tertegun kala mendengar suara seseorang yang menyapaku, seperti berada p
Jam di nakas menunjukan pukul lima pagi, saat samar-samar dirinya mendengar suara ketukan dari luar, dengan kesadaran yang belum sepenuhnya, Damar berjalan ke arah pintu untuk memutar kuncinya.“Mau apa?” bentaknya saat melihat wajah Safeea yang sudah berbalut mukena, berdiri di depan kamarnya.“Ma-maaf, Mas, saya cuma mau bangunin mas Damar untuk sholat subuh,” ucap Safeea takut-takut, saat melihat wajah garang suaminya.“Enggak usah sok suci kamu, pergi!!” makinya lagi, masih dengan intonasi tinggi, membuat Safeea ketakutan dan memilih pergi.==================================================================POV SafeeaPagi ini, setelah melaksanakan sholat shubuh, aku memilih untuk memejamkan mataku kembali, rasanya kepalaku sangat sakit, selain itu seluruh badanku terasa remuk, mungkin karena kemarin terlalu banyak menangis dan berjalan kaki cukup jauh sebelum mas Damar menemukanku di jalan. Selain itu semalam aku baru tiba di rumah sekitar jam dua pagi, jadi sangat wajar jika aku
Melihatnya begitu bahagia saat bersama perempuan lain, nyatanya memang sesakit ini, dua tahun aku bertahan, tidak pernah sekalipun dia memberikanku sedikit senyumnya, tapi bersama wanitaitu, Mas Damar terlihat sangat bahagia, wajahnya cerah, seperti tidak ada beban yang ditanggungnya. Apa aku harus mengalah, Mas? Agar kamu bisa bahagia terus dengannya?==================================================================Aku memilih meninggalkannya tanpa dia tau, jika aku melihatnya dengan wanita tadi, sekarang aku tau, jika hari ini dia berpakaian seperti itu karena ingin berpergian bersama kekasihnya. Setelah membayar sepatu yang kubeli, kuputuskan untuk keluar dari mall dan tidak jadi berbelanja bulanan. Aku menaiki taksi online yang sudah kupesan sejak di dalam toko sepatu tadi.Sepanjang perjalanan aku mengingat bagaimana mas Damar tersenyum begitu manis untuk wanita lain, sementara untuk istrinya, sedikitpun tidak pernah dia lakukan. Aku mengingat semua perlakuannya kepadaku. Sela
Aku menyambut uluran tangan Adelya, dia seumuran dengan Mas Damar, itulah mengapa aku memanggilnya dengan sebutan Mbak. Senyuman Adelya sangat manis, dia juga cantik, pantas jika suamiku tidak bisa move on darinya.“Kami berencana menikah pekan depan, Saf,” ungkap Mas Damar tepat saat tangaku baru saja terlepas dari tangan Adelya, membuatku mengarahkan pandang kepadanya.“Mi – minggu, de-depan?” ulangku terbata.==================================================================Seharusnya aku tau, jika sebagai istri yang tidak dianggap, aku tidak boleh berharap lebih dari seorang Mas Damar. Saat dia memintaku untuk mendatanginya, tentu hal tersebut adalah untuk kepentingannya, bukan untuk kami berdua, apalagi untukku. Aku masih mencoba menetralkan perasaanku, mengisi kekosongan dalam hati yang datang tiba-tiba. Harusnya aku sudah siap menghadapi hal ini, karena kemarin aku sendiri yang memberikannya lampu hijau, namun, jika naïf berkata dia tidak akan berani, aku salah, seorang Damar
“Kamu kenapa sih, Del? Sebenarnya kamu juga maukan menikah denganku?”“Aku tidak akan bertahan sejauh ini jika tidak ingin menikah denganmu, Mar, tapi aku ingin kamu tidak menyesali langkah yang kamu ambil dengan menikahiku,”“Kesalahanku adalah menerima perjodohan sial4n ini, Del!! Aku tidak akan pernah menyesal menika denganmu,” tandasnya mengakhiri percakapan.==================================================================Bagi banyak orang, hujan yang turun mengguyur bumi adalah suatu anugerah, karena dengan air hujan itu tamanan bisa tumbuh subur, petani sangat menyukai hujan, karena dengan begitu sawah mereka tidak akan kekeringan, masyarakat pedalaman juga sangat menyukai hujan, karena airnya bisa mereka tampung untuk keperluan sehari hari tanpa harus mengambil jauh ke sumbernya.Tapi bagi Safeea, hujan hanya mengingatkannya pada banyak peristiwa pahit yang dia alami dalam hidupnya. Ayah dan ibunya meninggal saat kecelakaan di bawah guyuran hujan. Dirinya harus terpisah dar
Priiiittt!!Pluit tanda dimulainya pertandingan telah ditiup. Semua peserta melompat ke dalam kolam renang. Damar berenang dengan penuh semangat. Dia berharap bisa memenangkan pertandingan dan membuat bapak serta ibunya bangga.Namun sayang, hingga pertandingan selesai, orang yang Damar tunggu tidak juga datang. Membuatnya harus menelan pil pahit di hari kemenangan nya."Damar benci sama bapak, kenapa bapak ingkar janji, Bu? Bapak bilang mau datang ke pertandingan Damar, tapi sampai sekarang bapak enggak datang juga, hu hu hu," tangisan Damar menggema di seluruh penjuru rumah.==================================================================Damar terbangun dari tidur saat samar-samar terdengar ketukan dari pintu kamarnya, saat bergerak, seluruh badannya sakit, dirinya baru menyadari jika semalam dia tertidur di lantai kamarnnya. Damar tertidur karena terlalu lelah menangisi nasibnya, yang tidak seberuntung Safeea dalam mendapatkan perhatian almarhum bapaknya.Pelan-pelan dia bangki
Semua memandang heran ke arah Damar dan juga Adelya, mereka bingung mengapa Damar membawa wanita lain ke pertemuan keluarga besarnya. Namun, Damar mencoba tidak terpengaruh dengan pandangan mereka, Damar berusaha tenang. Sambil menggenggam tangan Adel, Damar memulai pembicarannya.“Malam semua, seperti yang sudah Damar infoin di grup keluarga, jika malam ini Damar mengumpulkan ibu, tante, om dan saudara-saudara yang lain, karena Damar mau menginfokan sesuatu. Jadi, Damar dan Adelya, akan segera menikah, tepatnya hari sabtu minggu depan,” ungkap Damar, membuat semua terkejut dengan informasi yang di sampaikannya.==================================================================Tidak ada yang merespon pengumuman yang Damar berikan, semua tampak diam, terkejut dan mencoba mencerna kebenaran dari informasi yang mereka dengar. Adelya Nampak salah tingkah, dirinya tau, hal ini gila, menjadi istri ke dua dalam rumah tangga orang lain, memang sering kali menjadi stigma buruk di mata masya
Damar Pramudya BayanakaDisinilah aku sekarang, duduk membungkuk di dalam tahanan yang busuk, menatap pilu pada jeruji besi yang menahanku untuk menghirup udara kebebasan di luar sana. Sudah enam bulan lamanya aku mendekam di sini, tepatnya setelah aksiku yang berusaha untuk membalaskan dendam kepada Safeea dan Adriyan.Aku tidak menyangka jika akhirnya akulah yang terbakar dan hancur dalam kisah ini, kisah yang awalnya aku menjadi superior karena harta yang kumiliki, nyatanya akhir menyayat yang kualami.Selain harus mendekam selama lima tahun di penjara, aku juga kehilangan perusahaanku yang akhirnya di lelang. Aku masih tidak menyangka, perusahaan yang almarhum ayahku rintis dari nol, kini benar-benar kembali menjadi nol karena ulah dan kebodohanku yang mendarah daging.Andai dapat kuulang waktu, aku tidak akan melakukan segala kesalahan yang kulakukan dulu. Setidaknya, aku tidak akan menyakiti Safeea hingga segitu parahnya, sehingga membuat wanita yang selalu hadir dalam mimpiku t
“Safeea!! Buka!!” teriaknya lagi, kali ini menggunakan kakinya untuk mendobrak pintu kamar.Safeea yang mendengar suara gebrakan dari luar membuatnya berjingkat ketakutan. Mulutnya tidak henti berdoa dan menangis, berharap bantuan segera datang untuk membantunya terlepas dari manusia yang paling tidak ingin dirinya temui di muka bumi ini.“Safeea!! Buka! Jangan buat aku murka! Kamu harus tanggung jawab sekarang juga!!”“Tanggung jawab apa yang anda maksud, Bapak Damar?”=========== Berbekal ijin yang dia dapatkan dari Adriyan untuk membawa Safeea ke Mall, Tiara datang bermaksud untuk menjemput Safeea bersama Gianira dan ketiga anaknya. Namun, saat turun dari mobil dan mendapati pintu rumah Safeea terbuka, membuat Tiara curiga jika ada hal buruk yang terjadi.Dirinya berjalan cepat ke dalam rumah bersama Gianira, setelah sebelumnya meminta ketiga anak-anak Riza tersebut menunggu di dalam mobil. Tiara khawatir terjadi sesuatu di dalam rumah, sehingga dirinya berinisiatif menyuruh anak-
Pagii semuaa 😍🤗Maaf Euy baru bisa up lagi, qodarullah keadaan kurang fit ditambah file bab baru yang siap up malah hilang karena enggak sengaja ketiban file baru jadi harus ngumpulin niat dulu untuk ketik ulang kemarin kemarin tuh 🤭Oia, ini satu bab menjelang bab terakhir yang Insya Allah ku posting besok atau lusa ya ..Selamat membaca ✌️✌️========= Benar kata pepatah yang mengatakan, untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Bukan kurir yang datang melainkan tamu tidak diundang, pria yang ingin paling tidak ingin kutemui di dunia ini justru datang menemuiku di rumah.“Hai, Saf. Apa kabar?”============ Tanpa menjawab aku langsung berusaha untuk menutup pintu rumah, tetapi tenaga Mas Damar lebih kuat, sehingga dengan mudah menerobos masuk hanya dengan sedikit dorongan yang dia lakukan.Aku yang sadar saat ini hanya seorang diri di rumah tidak dapat berbuat apapun, asisten rumah tangga yang mas Essa pekerjakan baru saja pulang hampir setengah jam yang lalu. Lingkungan
Hai, ada sedikit bocoran. Ini sudah mendekati akhir lho 🤗=====Jangan tanya aku mendapatkan info darimana, karena tentu dengan mudah aku mengakses informasi tersebut dari sepupuku yang seorang bisnisman ulung namun kurang beruntung di dunia percintaannya.“Mas,”“Ya, ada apa, Sayang?” tanyaku, saat mendapati Zahra keluar dari toilet kamar kami.“I have surprise for you,” bisiknya, sambil memberikan sebuah kotak beludru berwarna biru. Kurasa isinya jam tangan? ========= “Apa nih, Sayang?” tanyaku heran, seingatku aku tidak sedang berulang tahun maupun ada hari spesial hari ini, lalu mengapa tiba-tiba Zahra memberikan surprise? Ditambah lagi dirinya memegang kamera dan menyalakan fitur merekam saat memberikan kotak beludru tersebut.“Buka aja!”“Aku sedang tidak melewatkan hari spesial kita, kan?” selidikku, karena heran melihat Zahra terus tersenyum ke arahku. Sebelah tangannya masih sibuk memegang ponsel yang diarahkan ke arahku.“Enggak, Sayang. Ini surprise spesial dari aku buat
Aku kembali menghubungi Jerryan, memintanya untuk mendesak Safeea menghentikan kegiatan bodohnya tersebut. Namun, aku justru mendapat berita yang lebih mencengangkan. Jerryan mengatakan tidak dapat mengubungi Tiara karena panggilannya selalu dialihkan. Selain itu, Jerryan memberitau jika ada seseorang dengan akun Instegrem Adl.ya membuat pengakuan jika dia adalah saksi dari seluruh kebenaran yang Safeea katakan. Dan aku sangat hafal, siapa orang di balik akun Adl.ya tersebut. ============= Kurasakan seluruh persendianku melemas karena kabar yang Jerryan sampaikan. Bagaimana bisa Adelya bersekongkol dengan Safeea untuk menyerangku malam ini? Bukankah selama ini Adelya begitu membenci Safeea? Bahkan menurut Bagus, dirinya mendapat informasi jika Adelya sempat menyerang Safeea ketika di rumah sakit kemarin, karena menganggap Safeea sebagai penyebab aku menjatuhkan talak kepadanya.Dengan mata membulat aku menyaksikan lagi live dari layar ponselku yang lain, melihat bagaimana kali ini
“Selama pernikahan juga mas Damar tidak pernah sekalipun memberikan nafkah bathin kepada saya, kecuali di malam terakhir sebelum akhirnya saya putuskan untuk menyerah. Dia meminta saya melayaninya tapi ...,” kalimatku terputus, rasanya aku tidak sanggup untuk mengungkit kembali kisah pahit pada malam itu. Tangisku mulai pecah, Mas Essa sibuk menenangkanku, merangkulku dengan hangat.=============== Mbak Gia memberikan ku segelas air putih yang langsung kuteguk hingga habis setengahnya. Tubuhku masih bergetar tiap kali mengingat peristiwa jahanam yang mas Damar perbuat kepadaku. Perbuatan tidak tau malu yang dilakukan dengan penuh pemaksaan. Memperlakukanku laiknya binatang jalang yang sesuka hatinya dia perlakukan sekasar dan sehina yang dia inginkan.[Lanjutin dong ceritanya! Penasaran, nih][Gila, jadi hampir sepekan ini kita di bohongin sama si Damar?][Dasar cowok playing victim, manipulatif!][Spill selingkuhannya dong, Kak!][Keluarganya enggak tau kalau kelakuan anaknya kay
Aku masih terus menggulir akun sosmedku, mencari informasi mengenai ke-viral-an aksi Damar sore tadi. Hingga tidak sengaja mataku menangkap sebuah postingan yang memberitakan jika Zahra meminta cerai dari Damar dan lebih memilih menikah denganku di saat Damar dalam keadaan lumpuh dan tidak dapat berbuat apa-apa. Fu*k, apa-apaan ini? Berita-berita ini benar-benar sudah kelewatan.=========== POV SafeeaAku tidak menyangka jika kecelakaan dua hari yang lalu berbuah buntut panjang, akan kewarasan mentalku yang seakan diuji oleh maraknya berita-berita hoax yang bertebaran di jaga dunia maya. Berita mengenai pernikahan dan perceraianku dengan mas Damar tersebar begitu massive, padahal selama ini aku tidak pernah memposting apapun mengenai pernikahan dan kehidupanku bersama mas Damar, setahuku begitupun sebaliknya.Lalu mengapa kini banyak tersebar berita tentang kami berdua? Bahkan aku dianggap mencampakan mas Damar karena bercerai dengannya di saat dia sedang sakit kala itu dan menikah
Sekuat tenaga aku menggerakan kaki ku agar mau terangkat, namun nihil susah sekali rasanya, hingga saat jaraknya semakin dekat, aku seakan mendapat dorongan kuat untuk kembali mencoba menggerakan kaki ku dan berlari menghampiri Safeea. Mendorongnya hingga kami jatuh berpelukan.Brakkk!!Suara reklame berdebam saat jatuh menimpa lantai beton rumah sakit. Kudengar Safeea berteriak karena kaget mendengar suara reklame jatuh, kemudian banyak orang berdatangan untuk melihat apa yang terjadi.============= Riuh ramai suara orang berdatangan mencoba memastikan keadaanku dan Safeea. Kuabaikan pertanyaan dari pihak keamanan rumah sakit yang mencoba mencari info keadaan kami.Namun, dadaku masih berdegup begitu kencang, karena selain baru saja mengalami peristiwa berbahaya, tapi juga karena Safeea saat ini masih dalam dekapanku. Tubuhnya bergetar, mungkin dirinya merasakan takut dan kaget bersamaan karena reklame jatuh barusan.Aku coba menenangkannya, mengatakan jika semua baik-baik saja. Kem
Benar yang Jerryan katakan, mengapa Adelya bisa berubah secepatnya ini? Apakah tidak ada sedikitpun tersisa rasa cintanya untukku? Hampir dua belas tahun kami menjalin hubungan dan hilang hanya dalam waktu tiga pekan?“Bagus bukan? Aku jadi bisa fokus untuk berusaha merebut kembali Safeea ke dalam pelukanku jika sudah resmi bercerai dari Adelya,” ucapku akhirnya, yang membuat Jerryan hanya bisa menepuk kepalanya. Memang apa yang salah dengan yang kukatakan barusan? Aneh!============== POV SafeeaDua bulan sudah aku menjalani kehidupan baruku sebagai seorang istri dan tentu saja aku merasa benar-benar menikmatinya. Walaupun sebenarnya aku sudah pernah mengalaminya selama dua tahun lebih sebelumnya, tetapi kali ini benar-benar berbeda.Jika dulu pergi dinas ke Rumah sakit merupakan tempat pelarianku untuk menenangkan diri dari perlakuan buruk mas Damar di rumah, kini setelah menikah dengan mas Essa, pulang ke rumah adalah sesuatu yang kunanti-nantikan. Karena di sana aku benar-benar m