Beranda / Pernikahan / Aku Istri yang Tidak Dianggap / Bab 7 | Anggrek dan Cokelat

Share

Bab 7 | Anggrek dan Cokelat

Penulis: Didi Mawadah
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-23 11:25:29

Jam di nakas menunjukan pukul lima pagi, saat samar-samar dirinya mendengar suara ketukan dari luar, dengan kesadaran yang belum sepenuhnya, Damar berjalan ke arah pintu untuk memutar kuncinya.

“Mau apa?” bentaknya saat melihat wajah Safeea yang sudah berbalut mukena, berdiri di depan kamarnya.

“Ma-maaf, Mas, saya cuma mau bangunin mas Damar untuk sholat subuh,” ucap Safeea takut-takut, saat melihat wajah garang suaminya.

“Enggak usah sok suci kamu, pergi!!” makinya lagi, masih dengan intonasi tinggi, membuat Safeea ketakutan dan memilih pergi.

==================================================================

POV Safeea

Pagi ini, setelah melaksanakan sholat shubuh, aku memilih untuk memejamkan mataku kembali, rasanya kepalaku sangat sakit, selain itu seluruh badanku terasa remuk, mungkin karena kemarin terlalu banyak menangis dan berjalan kaki cukup jauh sebelum mas Damar menemukanku di jalan. Selain itu semalam aku baru tiba di rumah sekitar jam dua pagi, jadi sangat wajar jika aku terbangun dengan kondisi tidak fit.

Sayup-sayup aku mendengar seseorang mengetuk pintu kamarku, siapa lagi jika bukan bi Minah, dia pasti heran mengapa aku belum keluar kamar untuk membuat sarapan pagi ini. Segera aku melepas mukena yang masih kugunakan, entah mengapa aku begitu nyaman ketika tidur dengan menggunakan mukena, mungkin karena sejak dulu saat ayah dan ibuku baru saja meninggal, aku sering tertidur setelah menunaikan sholat isya, biasanya karena kelelahan menangis karena ditinggalkan mereka, makanya jadi tertidur di atas sajadah masih dengan mukena lengkap.

“Ya, Bi,” ucapku ketika membukakan pintu untuknya.

“Sudah jam setengah tujuh pagi, Bu, apa Mbak Safeea enggak berangkat dinas? Lalu sarapan mas Damar, gimana?” tanyanya dengan raut bingung, karena tidak biasanya aku telat bangun seperti ini.

“Dinas, Bi, saya ketiduran sehabis shubuh tadi, ini saya bikinin sarapan bapak dulu, nanti setelah itu saya baru siap-siap ke rumah sakit,” kataku seraya menutup pintu kamar dan membimbingnya mengikutiku ke dapur.

Mengingat sudah kesiangan, jadi ku putuskan untuk membuat sarapan yang simple saja, roti tawar yang ku panggang dengan isian telur dadar dan mozzarella, menjadi menu simple pilihanku pagi ini. Setelah selesai, tidak lupa ku siapkan orange juice sebagai minumannya. Saat sedang menata sarapan di meja, aku meminta bi Minah untuk melihat apa mas Damar sudah bangun atau belum.

Tapi baru saja Bi Minah akan menaiki tangga, Mas Damar sudah terlebih dahulu turun dari kamarnya. Pagi ini tidak seperti biasanya, Mas Damar memakai setelan casual untuk ke kantor, celana eans hitam dipadankan dengan kaos polo berwana putih, tidak lupa sebuah topi putih juga bertengger di kepalanya, wajahnya terlihat fresh sekali, sesekali aku melihatnya tersenyum sendiri, ada apa sebenarnya dengan suamiku.

Kehadiranku di meja makan sepertinya tidak ada pengaruhnya sedikitpun kepada Mas Damar, terbukti dia asik memakan sarapannya sambil sesekali berbalas pesan di ponselnya, membuatku penasaran setengah mati, menebak dengan siapa dia berkomunikasi sehingga membuat modenya sangat bagus pagi ini.

“Pagi ini tumben Mas Damar pakai pakaian seperti ini untuk ke kantor, apa mas ada acara di luar?” tanyaku untuk mengurangi rasa penasaranku.

“Bukan urusanmu,” sahutnya ketus

“Saya cuma nanya, Mas,”

“Sejak kapan kamu punya hak bertanya mengenai apapun yang saya lakukan di luar? Sudah saya bilang, walaupun kamu istri saya secara hukum dan agama, tapi saya tidak pernah menganggap kamu istri, jadi stop mencampuri segala urusan saya, paham?”

“Sa-saya_”

“Saya bilang stop!! Kamu membuat nafsu makan saya hilang saja!!” marahnya lagi seraya melempar garpu dan pisau potong yang sedang dipegangnya ke atas piring, sehingga menimbulkan suara gaduh. Aku setengah terkejut mendengarnya, terlebih saat dia pergi begitu saja tanpa menghabiskan sarapannya. Memang apa salahnya jika aku bertanya?

“Sabar ya, Mbak!, mas Damar aslinya baik kok, Mbak Safeea sabar ya!” ucap Bi Minah, membuatku sersenyum sumbang.

“Kurang sabar apa saya, Bi, sudah dua tahun dan hingga saat ini belum ada sedikitpun berubahan berarti,” sahutku lirih.

==================================================================

Setibanya di rumah sakit, setelah mengisi absensi aku masuk ke ruanganku, memakai jas putih yang semalam ku tinggal di sini, eh tapi tunggu, aku melihat ada sekuntum anggrek dan sebuah cokelat di atas mejaku, tanpa memeriksanya akupun sudah tau siapa pelakunya.

“Ciee dokter Safeea ada ngasih bunga sama cokelat nih, eh tapi kok bunganya angrek sih bukan mawar merah atau mawar putih?” tanya rekan profesiku sesame dokter.

“Dokter Vina tau siapa yang menaruh di sini?” tanyaku hanya untuk memastikan apa ada yang melihat saat dia meletakan hadiah ini di mejaku.

“Enggak sih, dok, saya datang sudah ada di situ, dari pacarnya ya? Dokter sini juga dong? Suda, gaskeun lah! Sudah cukup usia juga kok kalau menikah!!” ucapnya mengompori, ah andai dia tau jika aku sudah menikah dua tahun ini.

Pernikahanku dengan mas Damar memang tidak banyak yang tau, kecuali keluarga besarnya dan teman baikku, Tiara, selain itu tidak ada yang tau, ini persyaratan yang mas Damar ajukan, tidak ingin pernikahan kami terlalu di publikasikan, dan pak Aldian menyetujuinya asal dia mau menikah denganku. Miris memang, pernikahan yang seharusnya menjadi hal paling membahagiakan, nyatanya bagiku dan mas Damar hanya seperti aib yang harus di tutupi.

“Saya sudah menika kali, Dok!” ucapku seraya meninggalkannya terpaku mendengar pernyataanku.

“Eh serius, Dok? Kapan? Sama siapa? Kok enggak ada yang diundang? Cakep enggak suaminya? Berarti itu bunga saa cokelatnya dari siapa doang?” pertanyaan dokter Vinamembuatku sadar jika tadi aku sudah salah bicara, mas Damar sangat melarang jika rekanku ada yang mengetaui jika aku adalah istrinya.

“Ade, deh, rahasia, Sudah, ya! Saya mau visit ke pasien-pasien dulu!” kataku untuk menghindari pertanyaan Dokter Vina.

Ini kamar ke empat di mana aku melakukan visit, untuk memeriksa keadaan pasien yang sedang kutangani, di kamar ini ada tiga orang pasien yang semuanya adalah seorang wanita, aku lebih dulu memeriksa pasien yang berada paling pinggir ruangan, namanya Bu Imelda, beliau masuk rumah sakit dengan dengan keluhan sesak nafas dan nyeri di dadanya jika sedang bernafas. Bu Imelda ini memliki riwayat penyakit asma akut, jadi tidak heran jika beliau sekarang di rawat inap karena penyakit yang sama.

“Selamat pagi, ibu Imelda, bagaimana kabarnya hari ini? Sudah enakan nafasnya?” aku membiasakan diri untuk menyapa setiap pasien yang kutangani, berusaha mengingat namanya agar ketika ku panggil mereka merasa dikenali, itu salah satu cara pendekatanku sebagai dokter kepada pasien.

“Puji Tuhan, hari ini sudah makin membaik, Dokter, nafaspun sudah tidak terlalu sesak, saya mau cepat pulang rasanya, Ddok, kanget kali dengan anak-anak di rumah,” sahutnya dengan logat Medan yang kental.

“Syukurlah kalau begitu, kita lihat asil tensi ibu dulu, ya, jika sudah normal dan hasil lab kemarin keluar juga sudah tidak ada penyakit yang mengikuti, bu Imelda bisa kok pulang hari ini. Tapi janji, setelah pulang rajin minum obatnya, jangan bekerja terlalu lelah yang membuat sesak nafas bu Imelda kumat lagi, bisa ya?”

“Bisa dong, Bu Dokter cantik, senang kali saya rasanya di tangani sama Dokter Safeea, selain cantik, baik pula perangainya, andai saya punya anak laki-laki dewasa, sudah kuminta dia buat melamar dokter untuk jadi menantu saya!” kelakarnya, membuatku dan suster jaga yang mendampingiku ikut tertawa.

“Saya juga senang menangani bu Imelda, tapi saya lebih senang kalau bu Imelda sehat-sehat, jadi tidak perlu di rawat inap lagi, kan kasian anak-anak di tinggal,”

“Iya juga sih, Dok, ah, baiklah, saya sudah sehat ini, iyakan sus? Bagaimana hasil tensi saya?”

“Tensinya sudah normal, Bu, sudah bagus,”

“Na, kan, Dok, apa saya bilang? Pulang lah saya berarti?”

“Boleh, kita tunggu hasil lab yang kemarin dulu, ya!”

“Baiklah kalau begitu,”

“Saya permisi untuk periksa pasien yang lain dulu ya, Bu,” pamitku kepada Bu Imelda, dan segera menuju ranjang di sebelahnya.

Jadwal dinasku hari ini hanya sampai jam tiga sore, jadi aku memutuskan pergi ke supermarket untuk berbelanja kebutuhan rumah, selain itu aku juga ingin membeli sepatu untuk dinas, karena sepatu yang kugunakan sekaran sudah agak kesempitan, maklumlah, sepatu ini aku pakai dari jaman interinship hingga kini, berarti sekitar empat tahun lamanya, jadi wajar jika aku membeli sepatu lagi.

Aku memasuki sebuah mall di kawasan Jakarta Selatan, setelah taksi online yang tumpangi menurunkanku di lobby, tujuan utamaku adalah toko sepatu, setelah itu baru ke supermarket. Aku memasuki toko demi toko untuk mencari sepatu yang cocok dengan seleraku, tentunya dengan harga yang masuk akal, aku tidak terlalu memikirkan merk, asal nyaman di pakai dan tidka membuat ATM ku menjerit itu sudah cukup.

Kali ini aku berhenti di salah satu toko yang menjual sepatu dan tas wanita, pelayan toko menyambutku dengan ramah, menanyakanku apa yang ingin ku cari, setelah mengatakan jika aku mencari sepasang sepatu, pelayan toko tersebut membimbingku ke salah satu ruangan yang menampilkan banyak koleksi sepatu di toko tersebut.

Teliti aku memilihnya, mulai dari warna dan ukuran, hingga aku menemukan yang sesuai dengan keinginanku, harganya pun amsih berada dibatas kewajaran menurutku. Segera aku meminta pelayan toko tersebut untuk mengambilkan sepatu yang ku inginkan untuk segera ku bayar, namun, saat ingin menuju ke kasir, aku seperti mendengar suara yang begitu akrab di telingaku.

Karena penasaran, aku mengikuti arah di mana suara itu berasal, rupanya ada di salah satu ruangan ganti dalam toko tersebut, aku menghapirinya karena jujur saja aku sangat mengenal suara ini, suara yang setiap hari ku dengar hanya membentakku, namun kali ini terdengar sangat lembut dan riang.

Jantungku berdegub kencang, membayangkan jika dugaanku benar, aku masih berharap jika ini bukanlah orang yang kumaksud, namun jika memang benar itu dia, apa aku snaggup meliahatnya? Namun rasa penasaranku lebih besar, jadi aku putuskan untuk melihat ke sumber suara, ternyata benar, itu memang suara Mas Damar, dia sedang menemani seorang wanita yang kuduga adalah kekasihnya, sedang berbelanja dan memili pakaian.

Melihatnya begitu bahagia saat bersama perempuan lain, nyatanya memang sesakit ini, dua tahun aku bertahan, tidak pernah sekalipun dia memberikanku sedikit senyumnya, tapi bersama wanit aitu, Mas Damar terlihat sangat bahagia, wajahnya cerah, seperti tidak ada beban yang ditanggungnya.

Apa aku harus mengalah, Mas? Agar kamu bisa bahagia terus dengannya?

Bersambung ….

Yuk … nantikan kelanjutan ceritanya ya kakak!

Jangan lupa like, komen dan kasih bintang lima di cerita Aku Istri yang Tidak Dianggap.

Dan jangan lupa follow akun author juga

Happy Reading semua 💚💚

Komen (11)
goodnovel comment avatar
Lodya Fomeny
bagus tapi terlalu mahal 20 koin tambah lagi tidak dapat bonus
goodnovel comment avatar
Nur Aliq
aku suka jln ceritanya...
goodnovel comment avatar
Uly Muliyani
knp mesti bertahan...lepasin aj...cari kebahagiaan sndiri..cukup sdh pengabdianmu sm Pak Aldian..dripd makan hati d perlakukan kasar...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Aku Istri yang Tidak Dianggap   Bab 8 | Bertemu Calon Madu

    Melihatnya begitu bahagia saat bersama perempuan lain, nyatanya memang sesakit ini, dua tahun aku bertahan, tidak pernah sekalipun dia memberikanku sedikit senyumnya, tapi bersama wanitaitu, Mas Damar terlihat sangat bahagia, wajahnya cerah, seperti tidak ada beban yang ditanggungnya. Apa aku harus mengalah, Mas? Agar kamu bisa bahagia terus dengannya?==================================================================Aku memilih meninggalkannya tanpa dia tau, jika aku melihatnya dengan wanita tadi, sekarang aku tau, jika hari ini dia berpakaian seperti itu karena ingin berpergian bersama kekasihnya. Setelah membayar sepatu yang kubeli, kuputuskan untuk keluar dari mall dan tidak jadi berbelanja bulanan. Aku menaiki taksi online yang sudah kupesan sejak di dalam toko sepatu tadi.Sepanjang perjalanan aku mengingat bagaimana mas Damar tersenyum begitu manis untuk wanita lain, sementara untuk istrinya, sedikitpun tidak pernah dia lakukan. Aku mengingat semua perlakuannya kepadaku. Sela

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-24
  • Aku Istri yang Tidak Dianggap   Bab 9 | Sepenggal Fakta Mengejutkan

    Aku menyambut uluran tangan Adelya, dia seumuran dengan Mas Damar, itulah mengapa aku memanggilnya dengan sebutan Mbak. Senyuman Adelya sangat manis, dia juga cantik, pantas jika suamiku tidak bisa move on darinya.“Kami berencana menikah pekan depan, Saf,” ungkap Mas Damar tepat saat tangaku baru saja terlepas dari tangan Adelya, membuatku mengarahkan pandang kepadanya.“Mi – minggu, de-depan?” ulangku terbata.==================================================================Seharusnya aku tau, jika sebagai istri yang tidak dianggap, aku tidak boleh berharap lebih dari seorang Mas Damar. Saat dia memintaku untuk mendatanginya, tentu hal tersebut adalah untuk kepentingannya, bukan untuk kami berdua, apalagi untukku. Aku masih mencoba menetralkan perasaanku, mengisi kekosongan dalam hati yang datang tiba-tiba. Harusnya aku sudah siap menghadapi hal ini, karena kemarin aku sendiri yang memberikannya lampu hijau, namun, jika naïf berkata dia tidak akan berani, aku salah, seorang Damar

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-25
  • Aku Istri yang Tidak Dianggap   Bab 10 | Patah Hati Seorang Anak

    “Kamu kenapa sih, Del? Sebenarnya kamu juga maukan menikah denganku?”“Aku tidak akan bertahan sejauh ini jika tidak ingin menikah denganmu, Mar, tapi aku ingin kamu tidak menyesali langkah yang kamu ambil dengan menikahiku,”“Kesalahanku adalah menerima perjodohan sial4n ini, Del!! Aku tidak akan pernah menyesal menika denganmu,” tandasnya mengakhiri percakapan.==================================================================Bagi banyak orang, hujan yang turun mengguyur bumi adalah suatu anugerah, karena dengan air hujan itu tamanan bisa tumbuh subur, petani sangat menyukai hujan, karena dengan begitu sawah mereka tidak akan kekeringan, masyarakat pedalaman juga sangat menyukai hujan, karena airnya bisa mereka tampung untuk keperluan sehari hari tanpa harus mengambil jauh ke sumbernya.Tapi bagi Safeea, hujan hanya mengingatkannya pada banyak peristiwa pahit yang dia alami dalam hidupnya. Ayah dan ibunya meninggal saat kecelakaan di bawah guyuran hujan. Dirinya harus terpisah dar

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-26
  • Aku Istri yang Tidak Dianggap   Bab 11 | Mengabarkan Keluarga

    Priiiittt!!Pluit tanda dimulainya pertandingan telah ditiup. Semua peserta melompat ke dalam kolam renang. Damar berenang dengan penuh semangat. Dia berharap bisa memenangkan pertandingan dan membuat bapak serta ibunya bangga.Namun sayang, hingga pertandingan selesai, orang yang Damar tunggu tidak juga datang. Membuatnya harus menelan pil pahit di hari kemenangan nya."Damar benci sama bapak, kenapa bapak ingkar janji, Bu? Bapak bilang mau datang ke pertandingan Damar, tapi sampai sekarang bapak enggak datang juga, hu hu hu," tangisan Damar menggema di seluruh penjuru rumah.==================================================================Damar terbangun dari tidur saat samar-samar terdengar ketukan dari pintu kamarnya, saat bergerak, seluruh badannya sakit, dirinya baru menyadari jika semalam dia tertidur di lantai kamarnnya. Damar tertidur karena terlalu lelah menangisi nasibnya, yang tidak seberuntung Safeea dalam mendapatkan perhatian almarhum bapaknya.Pelan-pelan dia bangki

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-27
  • Aku Istri yang Tidak Dianggap   Bab 12 | Tidak Peka

    Semua memandang heran ke arah Damar dan juga Adelya, mereka bingung mengapa Damar membawa wanita lain ke pertemuan keluarga besarnya. Namun, Damar mencoba tidak terpengaruh dengan pandangan mereka, Damar berusaha tenang. Sambil menggenggam tangan Adel, Damar memulai pembicarannya.“Malam semua, seperti yang sudah Damar infoin di grup keluarga, jika malam ini Damar mengumpulkan ibu, tante, om dan saudara-saudara yang lain, karena Damar mau menginfokan sesuatu. Jadi, Damar dan Adelya, akan segera menikah, tepatnya hari sabtu minggu depan,” ungkap Damar, membuat semua terkejut dengan informasi yang di sampaikannya.==================================================================Tidak ada yang merespon pengumuman yang Damar berikan, semua tampak diam, terkejut dan mencoba mencerna kebenaran dari informasi yang mereka dengar. Adelya Nampak salah tingkah, dirinya tau, hal ini gila, menjadi istri ke dua dalam rumah tangga orang lain, memang sering kali menjadi stigma buruk di mata masya

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-28
  • Aku Istri yang Tidak Dianggap   Bab 13 | Pemukulan

    “Kamu belum makan malam memangnya?” tanya Safeea akhirnya.“Belum, tadi ke rumah ibu sama Adel, buat bilang kalau sabtu depan kita menikah, tapi enggak sempat makan,” ujar Damar tanpa beban, membuat Safeea melongo mendengarnya.Degh! Jantung Safeea seakan berhenti berdetak, segera dia bangkit dari kursinya dan pergi meninggalkan Damar, yang masih belum sadar, jika baru saja mengatakan hal yang menyakitkan untuk di dengar.==================================================================Safeea memilih masuk lagi ke dalam ruangannya, mencoba berkonsentrasi pada pekerjaanya yang tadi sempat tertunda, karena harus mengantar makanan ke kamar suaminya, namun sayang, konsentrasinya seakan menguap hilang tak bersisa, hatinya terasa sakit, kala mengingat bagaimana suaminya dengan lancar mengatakan, jika baru saja berkunjung ke rumah mertuanya, untuk memberitahu jika mereka akan menikah, tanpa mengajaknya atau menginfokannya terlebih dahulu.Entah sudah berapa kali Safeea berusaha menstabilka

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-29
  • Aku Istri yang Tidak Dianggap   Bab 14 | Safeea Kenapa?

    Setelah selesai, kuberikan Mas Damar obat penghilang nyeri, setelah itu baru ku suapi dia sarapan, yang baru saja diantarkan petugas rumah sakit. Sakit rasanya saat melihatnya menahan sakit setiap kali mengunyah makanan. Bagaimanapun jahatnya dia kepadaku, Mas Damar tetaplah suamiku.“Apa dia mantan tunanganmu?” pertanyaan Mas Damar membuat memandangnya, bagaimana dia bisa tau?”==================================================================Aku cukup terkejut saat mendengar pertanyaan yang diajukan Mas Damar, pasalnya, selama ini aku tidak perna cerita kepada siapapun mengenai hubunganku dengan mas Essa kecuali teman-teman di kampus dulu, yang memang sejak awal tau jika kami berhubungan. Aku lebih memilih diam, enggan menjawabnya, hingga aku selesai menyuapinya sarapan.“Eh, dokter Saf, maaf, Dok, saya ganggu, ya?” suara suster Anna yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar rawat Mas Damar.“Enggak kok, Sus, silahkan, saya sudah selesai. Oia, hasil CT Scannya sudah keluar, hasilnya bagu

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-30
  • Aku Istri yang Tidak Dianggap   Bab 15 | Tidur Bersama

    Sepanjang perjalanan mereka mengobrol, mengenai apa-apa saja yang belum mereka persiapkan untuk pernikahan besok. Hingga tanpa sengaja, saat di lampu merah, Damar melihat Safeea sedang duduk tenang di atas motor ojek online dengan wajah yang terlihat pucat.“Kamu kenapa diam, Mar?” tanya Adel saat Damar tidak merespon ucapannya.“Eh, enggak kok, enggak kenapa-napa, kamu tadi ngomong apa?” saut Damar, mencoba kembali fokus dengan pembicaraannya dengan Adelya, walaupun kini hatinya mengkhawatirkan Safeea yang terlihat pucat tadi.==================================================================Damar meminta Adelya untuk mempercepat laju kendaraannya, dengan beralasan ingin segera sampai rumah untuk beristirahat. Adelya tanpa curiga mengikuti permintaan Damar untuk menambah kecepatan. Sesampainya di rumah, Adelya menemani Damar beristirahat di kamarnya, Damar berpura-pura mengantuk agar Adelya segera pulang, dirinya ingin segera menemui Safeea dan melihat keadaannya.Suara deru kendara

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-01

Bab terbaru

  • Aku Istri yang Tidak Dianggap   Bab 106 | Extra Part

    Damar Pramudya BayanakaDisinilah aku sekarang, duduk membungkuk di dalam tahanan yang busuk, menatap pilu pada jeruji besi yang menahanku untuk menghirup udara kebebasan di luar sana. Sudah enam bulan lamanya aku mendekam di sini, tepatnya setelah aksiku yang berusaha untuk membalaskan dendam kepada Safeea dan Adriyan.Aku tidak menyangka jika akhirnya akulah yang terbakar dan hancur dalam kisah ini, kisah yang awalnya aku menjadi superior karena harta yang kumiliki, nyatanya akhir menyayat yang kualami.Selain harus mendekam selama lima tahun di penjara, aku juga kehilangan perusahaanku yang akhirnya di lelang. Aku masih tidak menyangka, perusahaan yang almarhum ayahku rintis dari nol, kini benar-benar kembali menjadi nol karena ulah dan kebodohanku yang mendarah daging.Andai dapat kuulang waktu, aku tidak akan melakukan segala kesalahan yang kulakukan dulu. Setidaknya, aku tidak akan menyakiti Safeea hingga segitu parahnya, sehingga membuat wanita yang selalu hadir dalam mimpiku t

  • Aku Istri yang Tidak Dianggap   Bab 105 | Akhir

    “Safeea!! Buka!!” teriaknya lagi, kali ini menggunakan kakinya untuk mendobrak pintu kamar.Safeea yang mendengar suara gebrakan dari luar membuatnya berjingkat ketakutan. Mulutnya tidak henti berdoa dan menangis, berharap bantuan segera datang untuk membantunya terlepas dari manusia yang paling tidak ingin dirinya temui di muka bumi ini.“Safeea!! Buka! Jangan buat aku murka! Kamu harus tanggung jawab sekarang juga!!”“Tanggung jawab apa yang anda maksud, Bapak Damar?”=========== Berbekal ijin yang dia dapatkan dari Adriyan untuk membawa Safeea ke Mall, Tiara datang bermaksud untuk menjemput Safeea bersama Gianira dan ketiga anaknya. Namun, saat turun dari mobil dan mendapati pintu rumah Safeea terbuka, membuat Tiara curiga jika ada hal buruk yang terjadi.Dirinya berjalan cepat ke dalam rumah bersama Gianira, setelah sebelumnya meminta ketiga anak-anak Riza tersebut menunggu di dalam mobil. Tiara khawatir terjadi sesuatu di dalam rumah, sehingga dirinya berinisiatif menyuruh anak-

  • Aku Istri yang Tidak Dianggap   Bab 104 | Serangan

    Pagii semuaa 😍🤗Maaf Euy baru bisa up lagi, qodarullah keadaan kurang fit ditambah file bab baru yang siap up malah hilang karena enggak sengaja ketiban file baru jadi harus ngumpulin niat dulu untuk ketik ulang kemarin kemarin tuh 🤭Oia, ini satu bab menjelang bab terakhir yang Insya Allah ku posting besok atau lusa ya ..Selamat membaca ✌️✌️========= Benar kata pepatah yang mengatakan, untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Bukan kurir yang datang melainkan tamu tidak diundang, pria yang ingin paling tidak ingin kutemui di dunia ini justru datang menemuiku di rumah.“Hai, Saf. Apa kabar?”============ Tanpa menjawab aku langsung berusaha untuk menutup pintu rumah, tetapi tenaga Mas Damar lebih kuat, sehingga dengan mudah menerobos masuk hanya dengan sedikit dorongan yang dia lakukan.Aku yang sadar saat ini hanya seorang diri di rumah tidak dapat berbuat apapun, asisten rumah tangga yang mas Essa pekerjakan baru saja pulang hampir setengah jam yang lalu. Lingkungan

  • Aku Istri yang Tidak Dianggap   Bab 103 | Hamil

    Hai, ada sedikit bocoran. Ini sudah mendekati akhir lho 🤗=====Jangan tanya aku mendapatkan info darimana, karena tentu dengan mudah aku mengakses informasi tersebut dari sepupuku yang seorang bisnisman ulung namun kurang beruntung di dunia percintaannya.“Mas,”“Ya, ada apa, Sayang?” tanyaku, saat mendapati Zahra keluar dari toilet kamar kami.“I have surprise for you,” bisiknya, sambil memberikan sebuah kotak beludru berwarna biru. Kurasa isinya jam tangan? ========= “Apa nih, Sayang?” tanyaku heran, seingatku aku tidak sedang berulang tahun maupun ada hari spesial hari ini, lalu mengapa tiba-tiba Zahra memberikan surprise? Ditambah lagi dirinya memegang kamera dan menyalakan fitur merekam saat memberikan kotak beludru tersebut.“Buka aja!”“Aku sedang tidak melewatkan hari spesial kita, kan?” selidikku, karena heran melihat Zahra terus tersenyum ke arahku. Sebelah tangannya masih sibuk memegang ponsel yang diarahkan ke arahku.“Enggak, Sayang. Ini surprise spesial dari aku buat

  • Aku Istri yang Tidak Dianggap   Bab 102 | Bangkrut

    Aku kembali menghubungi Jerryan, memintanya untuk mendesak Safeea menghentikan kegiatan bodohnya tersebut. Namun, aku justru mendapat berita yang lebih mencengangkan. Jerryan mengatakan tidak dapat mengubungi Tiara karena panggilannya selalu dialihkan. Selain itu, Jerryan memberitau jika ada seseorang dengan akun Instegrem Adl.ya membuat pengakuan jika dia adalah saksi dari seluruh kebenaran yang Safeea katakan. Dan aku sangat hafal, siapa orang di balik akun Adl.ya tersebut. ============= Kurasakan seluruh persendianku melemas karena kabar yang Jerryan sampaikan. Bagaimana bisa Adelya bersekongkol dengan Safeea untuk menyerangku malam ini? Bukankah selama ini Adelya begitu membenci Safeea? Bahkan menurut Bagus, dirinya mendapat informasi jika Adelya sempat menyerang Safeea ketika di rumah sakit kemarin, karena menganggap Safeea sebagai penyebab aku menjatuhkan talak kepadanya.Dengan mata membulat aku menyaksikan lagi live dari layar ponselku yang lain, melihat bagaimana kali ini

  • Aku Istri yang Tidak Dianggap   Bab 101 | Serangan Balik

    “Selama pernikahan juga mas Damar tidak pernah sekalipun memberikan nafkah bathin kepada saya, kecuali di malam terakhir sebelum akhirnya saya putuskan untuk menyerah. Dia meminta saya melayaninya tapi ...,” kalimatku terputus, rasanya aku tidak sanggup untuk mengungkit kembali kisah pahit pada malam itu. Tangisku mulai pecah, Mas Essa sibuk menenangkanku, merangkulku dengan hangat.=============== Mbak Gia memberikan ku segelas air putih yang langsung kuteguk hingga habis setengahnya. Tubuhku masih bergetar tiap kali mengingat peristiwa jahanam yang mas Damar perbuat kepadaku. Perbuatan tidak tau malu yang dilakukan dengan penuh pemaksaan. Memperlakukanku laiknya binatang jalang yang sesuka hatinya dia perlakukan sekasar dan sehina yang dia inginkan.[Lanjutin dong ceritanya! Penasaran, nih][Gila, jadi hampir sepekan ini kita di bohongin sama si Damar?][Dasar cowok playing victim, manipulatif!][Spill selingkuhannya dong, Kak!][Keluarganya enggak tau kalau kelakuan anaknya kay

  • Aku Istri yang Tidak Dianggap   Bab 100 | Membuka Luka Lama

    Aku masih terus menggulir akun sosmedku, mencari informasi mengenai ke-viral-an aksi Damar sore tadi. Hingga tidak sengaja mataku menangkap sebuah postingan yang memberitakan jika Zahra meminta cerai dari Damar dan lebih memilih menikah denganku di saat Damar dalam keadaan lumpuh dan tidak dapat berbuat apa-apa. Fu*k, apa-apaan ini? Berita-berita ini benar-benar sudah kelewatan.=========== POV SafeeaAku tidak menyangka jika kecelakaan dua hari yang lalu berbuah buntut panjang, akan kewarasan mentalku yang seakan diuji oleh maraknya berita-berita hoax yang bertebaran di jaga dunia maya. Berita mengenai pernikahan dan perceraianku dengan mas Damar tersebar begitu massive, padahal selama ini aku tidak pernah memposting apapun mengenai pernikahan dan kehidupanku bersama mas Damar, setahuku begitupun sebaliknya.Lalu mengapa kini banyak tersebar berita tentang kami berdua? Bahkan aku dianggap mencampakan mas Damar karena bercerai dengannya di saat dia sedang sakit kala itu dan menikah

  • Aku Istri yang Tidak Dianggap   Bab 99 | Viral

    Sekuat tenaga aku menggerakan kaki ku agar mau terangkat, namun nihil susah sekali rasanya, hingga saat jaraknya semakin dekat, aku seakan mendapat dorongan kuat untuk kembali mencoba menggerakan kaki ku dan berlari menghampiri Safeea. Mendorongnya hingga kami jatuh berpelukan.Brakkk!!Suara reklame berdebam saat jatuh menimpa lantai beton rumah sakit. Kudengar Safeea berteriak karena kaget mendengar suara reklame jatuh, kemudian banyak orang berdatangan untuk melihat apa yang terjadi.============= Riuh ramai suara orang berdatangan mencoba memastikan keadaanku dan Safeea. Kuabaikan pertanyaan dari pihak keamanan rumah sakit yang mencoba mencari info keadaan kami.Namun, dadaku masih berdegup begitu kencang, karena selain baru saja mengalami peristiwa berbahaya, tapi juga karena Safeea saat ini masih dalam dekapanku. Tubuhnya bergetar, mungkin dirinya merasakan takut dan kaget bersamaan karena reklame jatuh barusan.Aku coba menenangkannya, mengatakan jika semua baik-baik saja. Kem

  • Aku Istri yang Tidak Dianggap   Bab 98 | Resmi Bercerai

    Benar yang Jerryan katakan, mengapa Adelya bisa berubah secepatnya ini? Apakah tidak ada sedikitpun tersisa rasa cintanya untukku? Hampir dua belas tahun kami menjalin hubungan dan hilang hanya dalam waktu tiga pekan?“Bagus bukan? Aku jadi bisa fokus untuk berusaha merebut kembali Safeea ke dalam pelukanku jika sudah resmi bercerai dari Adelya,” ucapku akhirnya, yang membuat Jerryan hanya bisa menepuk kepalanya. Memang apa yang salah dengan yang kukatakan barusan? Aneh!============== POV SafeeaDua bulan sudah aku menjalani kehidupan baruku sebagai seorang istri dan tentu saja aku merasa benar-benar menikmatinya. Walaupun sebenarnya aku sudah pernah mengalaminya selama dua tahun lebih sebelumnya, tetapi kali ini benar-benar berbeda.Jika dulu pergi dinas ke Rumah sakit merupakan tempat pelarianku untuk menenangkan diri dari perlakuan buruk mas Damar di rumah, kini setelah menikah dengan mas Essa, pulang ke rumah adalah sesuatu yang kunanti-nantikan. Karena di sana aku benar-benar m

DMCA.com Protection Status