Sampai detik berikutnya Adrian yang sudah berada di atas tubuh Greesel, menindih tubuh mungil itu yang membuat Greesel semakin gugup dan refleks memalingkan wajah ke kiri. Dia sangat tidak berani menatap Adrian yang sejak tadi memancarkan aura wajah yang sangat dingin.
"T- tuan mau apa?" tanya Greesel dengan terbata-bata. "Cih! Pertanyaan macam apa itu!" sahut Adrian dengan mendengus kasar yang memperhatikan wajah gugup Greesel yang harus diakui memang sangat cantik. "Kau jangan lupa dan pura-pura bodoh. Jika malam ini kau akan berada di bawah kekuasaan ku, bukankah tujuanku menikah dengan mu hanya untuk ini dan kau sudah mendapatkan bayaran pertamamu. Jadi sudah menjadi tugasmu untuk menjalan kewajibanmu," Adrian menjelaskan sekali lagi. Kata-kata yang terdengar dengan suara berat itu cukup membuat Greesel takut, hal ini menjadi yang pertama kali untuknya dan dia juga tidak tahu harus melakukan apa. Dia sudah mendapatkan uang, adiknya di operasi dan mereka sudah menikah. Sebenarnya tanpa mengingat kontrak, Greesel yang memang punya kewajiban besar untuk melayani Adrian. 'Ya, Allah, bagaimana ini? Apa dia sungguh akan melakukannya malam ini. Apa tidak basa-basi dulu atau memberiku kesempatan terlebih dahulu? apa kami tidak perlu berbicara sebentar ,'batin Greesel yang semakin panik. Ternyata dia masih mengharapkan ada diskusi di antara mereka berdua, mungkin sedikit kenyamanan yang harus di dapatkan Greesel sebelum melakukan hubungan intim. Di tengah lamunan Greesel, tiba-tiba Greesel merinding yang dan merasa geli yang ternyata lehernya jenjang putih mulus itu sudah di kecup. Darahnya berdesir seperti ada sengatan listrik dengan remasan sprei yang semakin kuat saat merasakan sentuhan yang pertama kali itu. Hal itu benar-benar aneh bagi Greesel, dia emang tidak pernah merasakan hal intim seperti itu sebelumnya. Adrian mengangkat kepala yang ingin melihat ekspresi Greesel. Adrian menyunggingkan senyum yang melihat kegelisahan di wajah gadis cantik yang sudah memejamkan mata itu. "Wajahmu saja yang terlihat polos. Tetapi kau rela menikah hanya demi uang," batin Adrian yang menatap remeh Greesel. Adrian yang tidak ingin membuang-buang waktu yang kembali melanjutkan aksinya. Greesel yang kembali merasakan geli yang luar biasa. "Tuan tunggu!" Greesel yang tiba-tiba mendorong dada bidang Adrian. Adrian yang langsung menatap dengan kesal pada wanita yang sudah mensejajarkan wajah mereka. "Maaf, tuan! tapi apa hal itu harus di lakukan sekarang?" Greesel begitu hati-hati bertanya. "Lalu menurutmu apa. Aku harus menunggu. Aku tidak punya waktu untuk menunggu. Kau sudah setuju dengan kontrak itu dan Kita sudah menikah. Menikah hanya untuk memberiku anak. Jadi lakukan tugasmu!" jawab Adrian dengan menegaskan. Wajah yang terlihat galak yang ingin menerkam Greesel yang seperti sengaja ingin mengulur waktu yang benar-benar sangat banyak alasan. "Apa kau berubah pikiran?" tanya Adrian dengan alis terangkat. "Ma-maf tuan, saya tidak bermaksud untuk menolak atau tidak melakukan kewajiban saja .... te- tetapi..." "Tapi apa!" potong Adrian. Greesel terdiam yang semakin takut. "Kau jangan membuat ku marah!" Adrian sudah mulai menaikkan tingkat volume suaranya dengan nada menekan. Dia bisa murka jika dipermainkan seorang pelayan hotel. "Aku tidak ingin mendengar alasan apapun dari mu!" tegas Adrian yang kembali mencium leher jenjang Greesel. Greesel yang ternyata tidak berdaya dengan sentuhan itu dan membuat matanya yang kembali terpejam. Adrian yang tidak akan membuang banyak waktu untuk mendengar alasan Greesel, dia sudah membayar banyak dan dia yang akan menguasai Greesel malam itu. Suka tidak suka Adrian hanya ingin semua cepat selesai. Greesel kembali merasakan bibirnya yang tertempel benda kenyal dan mulutnya yang di paksa terbuka yang membuat dia kembali tidak berdaya dan membuka sedikit mulutnya yang memberikan akses lidah Adrian masuk lebih dalam lagi. Adrian yang mengabsen setiap rata gigi Greesel yang memberikan sensasi baru yang tidak pernah Greesel rasakan. Adrian bisa merasakan tubuh wanita yang di bawah kekuasaannya itu mampu merespon dengan bulu kuduk yang naik. 'Dasar naif. Sok menolakku dan baru saja aku melakukan hal seperti ini kau sudah bertekuk lutut, dasar menikahiku hanya untuk uang. Orang miskin memang harus melakukan hal bodoh untuk menjadi kaya raya dengan instan,"batin Adrian terus mengejek Greesel dengan pemikiran nya yang negatif. Di tengah ciuman yang panas itu tangan Adrian sekarang meraba raba punggung Greesel ingin mencari resleting gaun pengantin yang masih dipakai Greesel. Namun tiba-tiba tangan Greesel menahan tangan Adrian yang membuat Adrian menghentikan aksinya. Pria yang penuh dengan gairah itu mengangkat kepala melihat ke arah Greesel dengan nafas keduanya yang sama-sama naik turun. Greesel juga baru bisa bernafas setelah ciuman itu terlepas. "Tunggu dulu, tuan,!" ucapnya dengan nafas yang sesak dengan tatapan mata yang sayu. "Jangan alasan. Kau sudah menerima uang muka dan kau hanya menjalankan tugas mu. Aku bukan laki-laki yang bisa kau tipu dan harus mendengar alasan dengan semua permainannya mu!" Adrian mulai emosi. Sangat kesal dengan lawannya bercinta itu yang sebentar-sebentar menghentikan dia dan lama-lama Avian muak dan sudah tidak mood lagi. "Aku tidak bermaksud untuk bermain-main, tetapi aku tiba-tiba merasa sakit," ucap Greesel dengan sangat hati-hati dan takut-takut. "Apa katamu!" emosi Adrian yang semakin naik mendengar alasan itu. "Tuan aku merasa sakit di bagian perutku dan aku-aku- aku sepertinya datang bulan!" ucapnya dengan sempurna. Adrian melotot dengan bola mata yang hampir keluar. Pernyataan itu benar-benar membuat jantungnya meledak-ledak yang ingin menutup bantal ke wajah Greesel dan semua akan berakhir. "Aku tidak bohong, aku berani bersumpah!" Greesel bisa bisa melihat kemarahan Adrian ya membuat dia semakin takut. Bruk. Adrian meninju kuat bantal di samping Greesel yang membuat Greesel kaget dengan mata terpejam. Greesel yang sudah merasa tidak ada orang yang menindihnya lagi yang memang Adrian yang sudah bangkit dari atas tubuh Greesel. Adrian yang terlihat frustasi yang mengusap kasar wajahnya dengan melihat Greesel yang masih tetap pada tempatnya "Apa kau mempermainkan ku!" Greesel kembali kaget dengan suara menekan itu yang membuat Greesel membuka mata. "Aku tidak mempermainkan tuan dan memang benar aku sedang datang bulan. Aku juga tidak tahu kenapa hal ini terjadi," jawab Kayra dengan bibir bergetar. "Kau tidak mungkin tidak tahu kapan kau jadwal datang bulan dan kau diam saja dan tidak mengatakan apa-apa dengan membiarkan pernikahan ini berjalan!" tegas Adrian yang benar-benar emosi. Greesel terdiam dan tidak bisa mengatakan apa-apa lagi. Dia sangat takut melihat wajah emosi Adrian dan tidak mampu untuk membela diri. "Kau sangat membuang waktu!" umpat Adrian. "Jika kau sampai ketahuan berbohong. Kau akan lihat resikonya!" tegas Adrian dengan sedikit ancaman. Adrian yang tidak mengatakan apa-apa lagi yang terlihat sangat frustasi yang langsung keluar dari kamar dengan suara bantingan pintu yang sangat kuat membuat Greesel kembali kaget yang melihat kepergian Adrian. 'Aku memang tidak bohong,' batinnya yakin. BersambungAdrian yang terlihat gelisah berdiri di depan pintu kamar dan tidak lama seseorang keluar dari kamar."Bagaimana? tanya Adrian."Nona Greesel yang memang sedang datang bulan dan hal itu juga menyebabkan nyeri pada perutnya," jawab wanita itu.Adrian yang memang tidak percaya sama sekali dengan Greesel dan sampai Adrian membawa Dokter untuk memeriksa kondisi yang sebenarnya Greesel.'Jadi dia benar-benar berhalangan,' batin Gavin yang terlihat masih kesal."Baiklah tuan, kalau begitu saya permisi dulu!" ucap wanita itu. Adrian hanya menganggukkan kepala dan wanita itu langsung pergi.Adrian membuang kasar nafas dengan mengusap kasar wajahnya. Dia masih terlihat begitu frustasi dengan gagalnya malam pertama mereka berdua. Bukan karena Adrian ngebet dengan malam pertama itu. Tetapi Adrian hanya ingin semua berjalan dengan cepat dan tidak ingin waktu terbuang sia-sia.Jika Adrian yang masih frustasi berbeda dengan Greesel yang sudah berganti pakaian dan dia juga sudah mandi. Greesel yang
Sampai akhirnya Greesel memasuki rumah mewah dan luas tersebut. Kepalanya tidak hentinya berkeliling. Harus mengakui takjub dengan kediaman Adrian yang memang seperti istana."Silahkan, tuan!" langkah Adrian berhenti di dekat meja makan.Di sana terlihat Eyang besar dan juga seorang pemuda yang sebaya dengan Adrian."Kalian baru sampai?" sapa Eyang."Iya!" sahut Adrian datar dan menghampiri meja makan. Mata pria yang duduk di samping Eyang melihat genggaman tangan Adrian dan Greesel."Ayo! kita sarapan bersama," sahut Eyang. Pelayan itu yang sudah meninggalkan tempat tersebut."Kami tadi sudah sarapan," jawab Adrian yang sepertinya sangat malas bergabung.'Kenapa tuan Adrian berbohong. Kapan aku sarapan bersama dia,'batin Greesel bingung. Mungkin juga perutnya yang lapar. Karena saat pesta pernikahan dia juga tidak makan dan di tambah lagi dengan tadi pagi yang juga belum memakan apapun."Tapi tidak ada salahnya. Kamu dan istri kamu sarapan untuk pertama kali di rumah ini," tegas Eyan
Greesel dan Adrian yang sudah berada di dalam kamar yang disiapkan oleh Eyang. Kamar yang begitu sangat luas dengan tempat tidur king size lemari yang panjang berwarna putih ditambah lagi dengan furniture mewah yang berada di dalam kamar itu dari sofa, televisi, dan yang lainnya. Tidak seperti ruang rumah Adrian saat pertama kali Greesel masuk, yang mana Greesel masih punya kesempatan untuk melihat di sekitarnya, tetapi sekarang justru dia tertunduk berdiri di depan Adrian dengan kedua tangannya yang saling mengatup dengan memencet jarinya. "S-saya benar-benar minta maaf, tuan! dengan apa yang sudah saya lakukan di meja makan tadi," ucapnya terbata. Dia sangat menyadari kesalahan yang sudah membuat malu Adrian. Untung saja Adrian jujur dengan asal usul Greesel. Jadi tidak ada yang harus diperbaiki dan pasti Eyang mengerti. "Kau seharusnya bisa menempatkan dirimu dan jangan membawa tabiatmu ke rumah ini!" tegas Adrian. "Maafkan saya tuan!" Greesel kembali mengucapkan kata maaf
Setelah membeli roti itu. Greesel yang kembali menghampiri Ibunya yang masih menunggu di luar. "Maaf Greesel lama, Bu!" ucap Greesel. "Tidak apa-apa, Nduk," sahut Asti. "Ini Ibu makan dulu," ucap Greesel yang memberikan roti itu. Asti mengangguk kepala. Wajah Asti masih terlihat tidak tenang yang pasti masih kepikiran dengan pernikahan yang dikatakan Greesel. "Ibu kenapa tidak di makan?" tanya Greesel yang melihat makanan itu tidak di sentuh sama sekali. "Kamu makanlah, Ibu tidak lapar," jawab Asti. "Ada apa, Bu? apa ada sesuatu yang mengganggu pikiran Ibu?" tanya Greesel. "Ibu hanya khawatir dengan kamu, Ibu tahu. Jika kamu tidak bahagia dengan pernikahanku," ucap Asti. Firasat seorang Ibu memang pasti akan ada ada. Perasannya yang tidak tenang, walau Greesel yang sudah berusaha untuk meyakinkan Asti. "Ibu, harus percaya pada Greesel dan semua akan baik-baik saja. Ibu tidak perlu mengkhawatirkan apapun!" ucap Greesel yang terus meyakinkan. Asti tersenyum dengan meme
Greesel dan Adrian yang sudah kembali di rumah Eyang. Mereka berdua yang memasuki kamar. "Aku akan tidur di ranjang dan kamu di sofa!" tegas Adrian yang langsung menentukan peraturan. Mata Greesel melihat sofa berwarna navy itu. Untuk sofa itu bisa di stel menjadi tempat tidur. Jadi pasti nyaman untuk Greesel. Sofa orang kaya jauh lebih empuk dari pada ranjang di rumahnya "Kau keberatan?" tanya Adrian. "Tidak!" Greesel menjawab dengan cepat sembari menggelengkan kepala. "Aku bahkan tidak mengatakan apa-apa sama sekali," jawab Greesel. "Bagus kalau begitu. Kau memang harus tahu diri dan tahu tempatmu di mana!" tegas Adrian. Greesel hanya mengangguk. "Siap-siaplah! Eyang menunggu kita makan malam!" tegas Adrian yang hendak pergi. "Tunggu sebentar!" Greesel menahan tangan Adrian dan langsung dengan cepat melepasnya yang merasa terlalu lancang. "Aku belum mengambil pakaianku di rumah! kapan aku bisa mengambil pakaianku?" tanya Greesel. "Kau tidak perlu membawa pakaian kotor dan
Adrian berada di dalam kamar yang berdiri di belakang Greesel yang duduk di sofa. Entah apa yang dilakukan Adrian di belakangnya yang terlihat menghubungi seseorang. "Baiklah! aku akan mengatur jadwalnya!" hanya kata itu yang diucapkan Adrian yang terdengar di telinga Greesel. Lalu Adrian mematikan telepon tersebut yang melihat ke arah Greesel yang masih tetap diam dan tidak mengatakan apa-apa. "Kau ikuti semua apa kata Eyang. Jika Eyang menyuruhmu untuk tetap bekerja di Hotel dengan posisi yang Eyang berikan maka terimalah!" tegas Adrian. Greesel hanya menganggukkan kepala. "Sebelum berangkat ke hotel Kau harus bertemu dengan seseorang yang setelah itu baru bekerja!" kata-kata Adrian membuat Greesel menoleh ke arah Adrian. "Se-seorang siapa?" tanya Greesel bingung. "Aku sudah membuat janji dengan salah satu guru yang akan mengajarimu, cara berbicara, cara makan, cara berpenampilan yang layak dan pantas untuk menjadi istriku dan tidak membuatku malu," jawab Adrian. "Maksudnya? a
Pengumuman yang diberikan Eyang cukup mengejutkan semua staf yang termasuk Gracia. Apalagi sebelumnya Adrian tidak mengatakan apa-apa pada dia."Baiklah Saya rasa cukup itu saja yang saya sampaikan pagi hari ini. Saya tidak ingin mengganggu pekerjaan kalian dan kalian boleh kembali bekerja ke tempat masing-masing!" tegas Eyang.Para staf hotel menganggukan kepala dan mulai berbubaran satu persatu. "Greesel Eyang pulang dulu. Kamu sudah mendapatkan pekerjaan kamu dan orang-orang sudah tahu apa tugas kamu. Jadi kamu bisa tanyakan pada manajer pelayan sebelumnya apa saja yang harus kamu pegang dan kamu bisa lanjutkan pekerjaan dia," ucap Eyang."Baik Eyang," sahut Greesel dengan menundukkan kepala. "Kalau begitu selamat untuk bekerja di hari pertama kamu dengan posisi yang baru. Semoga kamu nyaman dengan posisi ini dan kamu bisa semakin berkembang," Eyang dengan tulus yang selalu memberikan semangat untuk Greesel."Makasih Eyang," Greesel hanya menunduk. Eyang tersenyum yang memegang p
Greesel tadi tetap pada posisinya yang tetap menunduk dan berdiri di tempatnya dengan jari-jari yang saling memencet. "Aku katakan kepadamu Gracia. Aku tidak pernah mengurus pernikahan ini dan semua Eyang yang mengurus pernikahan ini. Aku menolak juga bahkan tidak bisa!" tegas Adrian dengan suara penuh dengan penekanan. "Kalian berdua sekarang benar-benar kompak ya. Jawaban kalian berdua sama yang tidak bisa menolak apa kata Eyang. Lalu Mau sampai kapan kalian berdua akan terus menuruti semua kemauan Eyang!" tegas Gracia yang bergantian melihat pasangan suami istri itu yang semakin emosi. "Apa maksud mu? Kenapa sekarang kau malah marah-marah seperti ini?" karena kata-kata Gracia membuat Adrian juga tersulut emosi. "Bagaimana aku tidak marah. Jika kamu sangat santai menghadapi semua ini, kamu mengatakan tidak bisa menolak permintaan Eyang. Karena pernikahan yang kamu adakan begitu mewah dan semua orang sekarang tahu jika kamu sudah menikah dengan Greesel dan karena pernikahan