Share

Bab 6 Malam yang tidak jadi.

Sampai detik berikutnya Adrian yang sudah berada di atas tubuh Greesel, menindih tubuh mungil itu yang membuat Greesel semakin gugup dan refleks memalingkan wajah ke kiri. Dia sangat tidak berani menatap Adrian yang sejak tadi memancarkan aura wajah yang sangat dingin.

"T- tuan mau apa?" tanya Greesel dengan terbata-bata.

"Cih! Pertanyaan macam apa itu!" sahut Adrian dengan mendengus kasar yang memperhatikan wajah gugup Greesel yang harus diakui memang sangat cantik.

"Kau jangan lupa dan pura-pura bodoh. Jika malam ini kau akan berada di bawah kekuasaan ku, bukankah tujuanku menikah dengan mu hanya untuk ini dan kau sudah mendapatkan bayaran pertamamu. Jadi sudah menjadi tugasmu untuk menjalan kewajibanmu," Adrian menjelaskan sekali lagi.

Kata-kata yang terdengar dengan suara berat itu cukup membuat Greesel takut, hal ini menjadi yang pertama kali untuknya dan dia juga tidak tahu harus melakukan apa. Dia sudah mendapatkan uang, adiknya di operasi dan mereka sudah menikah.

Sebenarnya tanpa mengingat kontrak, Greesel yang memang punya kewajiban besar untuk melayani Adrian.

'Ya, Allah, bagaimana ini? Apa dia sungguh akan melakukannya malam ini. Apa tidak basa-basi dulu atau memberiku kesempatan terlebih dahulu? apa kami tidak perlu berbicara sebentar

,'batin Greesel yang semakin panik.

Ternyata dia masih mengharapkan ada diskusi di antara mereka berdua, mungkin sedikit kenyamanan yang harus di dapatkan Greesel sebelum melakukan hubungan intim.

Di tengah lamunan Greesel, tiba-tiba Greesel merinding yang dan merasa geli yang ternyata lehernya jenjang putih mulus itu sudah di kecup.

Darahnya berdesir seperti ada sengatan listrik dengan remasan sprei yang semakin kuat saat merasakan sentuhan yang pertama kali itu.

Hal itu benar-benar aneh bagi Greesel, dia emang tidak pernah merasakan hal intim seperti itu sebelumnya.

Adrian mengangkat kepala yang ingin melihat ekspresi Greesel. Adrian menyunggingkan senyum yang melihat kegelisahan di wajah gadis cantik yang sudah memejamkan mata itu.

"Wajahmu saja yang terlihat polos. Tetapi kau rela menikah hanya demi uang," batin Adrian yang menatap remeh Greesel.

Adrian yang tidak ingin membuang-buang waktu yang kembali melanjutkan aksinya. Greesel yang kembali merasakan geli yang luar biasa.

"Tuan tunggu!" Greesel yang tiba-tiba mendorong dada bidang Adrian.

Adrian yang langsung menatap dengan kesal pada wanita yang sudah mensejajarkan wajah mereka.

"Maaf, tuan! tapi apa hal itu harus di lakukan sekarang?" Greesel begitu hati-hati bertanya.

"Lalu menurutmu apa. Aku harus menunggu. Aku tidak punya waktu untuk menunggu. Kau sudah setuju dengan kontrak itu dan Kita sudah menikah. Menikah hanya untuk memberiku anak. Jadi lakukan tugasmu!" jawab Adrian dengan menegaskan.

Wajah yang terlihat galak yang ingin menerkam Greesel yang seperti sengaja ingin mengulur waktu yang benar-benar sangat banyak alasan.

"Apa kau berubah pikiran?" tanya Adrian dengan alis terangkat.

"Ma-maf tuan, saya tidak bermaksud untuk menolak atau tidak melakukan kewajiban saja .... te- tetapi..."

"Tapi apa!" potong Adrian.

Greesel terdiam yang semakin takut.

"Kau jangan membuat ku marah!" Adrian sudah mulai menaikkan tingkat volume suaranya dengan nada menekan. Dia bisa murka jika dipermainkan seorang pelayan hotel.

"Aku tidak ingin mendengar alasan apapun dari mu!" tegas Adrian yang kembali mencium leher jenjang Greesel.

Greesel yang ternyata tidak berdaya dengan sentuhan itu dan membuat matanya yang kembali terpejam.

Adrian yang tidak akan membuang banyak waktu untuk mendengar alasan Greesel, dia sudah membayar banyak dan dia yang akan menguasai Greesel malam itu. Suka tidak suka Adrian hanya ingin semua cepat selesai.

Greesel kembali merasakan bibirnya yang tertempel benda kenyal dan mulutnya yang di paksa terbuka yang membuat dia kembali tidak berdaya dan membuka sedikit mulutnya yang memberikan akses lidah Adrian masuk lebih dalam lagi.

Adrian yang mengabsen setiap rata gigi Greesel yang memberikan sensasi baru yang tidak pernah Greesel rasakan.

Adrian bisa merasakan tubuh wanita yang di bawah kekuasaannya itu mampu merespon dengan bulu kuduk yang naik.

'Dasar naif. Sok menolakku dan baru saja aku melakukan hal seperti ini kau sudah bertekuk lutut, dasar menikahiku hanya untuk uang. Orang miskin memang harus melakukan hal bodoh untuk menjadi kaya raya dengan instan,"batin Adrian terus mengejek Greesel dengan pemikiran nya yang negatif.

Di tengah ciuman yang panas itu tangan Adrian sekarang meraba raba punggung Greesel ingin mencari resleting gaun pengantin yang masih dipakai Greesel. Namun tiba-tiba tangan Greesel menahan tangan Adrian yang membuat Adrian menghentikan aksinya.

Pria yang penuh dengan gairah itu mengangkat kepala melihat ke arah Greesel dengan nafas keduanya yang sama-sama naik turun.

Greesel juga baru bisa bernafas setelah ciuman itu terlepas.

"Tunggu dulu, tuan,!" ucapnya dengan nafas yang sesak dengan tatapan mata yang sayu.

"Jangan alasan. Kau sudah menerima uang muka dan kau hanya menjalankan tugas mu. Aku bukan laki-laki yang bisa kau tipu dan harus mendengar alasan dengan semua permainannya mu!" Adrian mulai emosi.

Sangat kesal dengan lawannya bercinta itu yang sebentar-sebentar menghentikan dia dan lama-lama Avian muak dan sudah tidak mood lagi.

"Aku tidak bermaksud untuk bermain-main, tetapi aku tiba-tiba merasa sakit," ucap Greesel dengan sangat hati-hati dan takut-takut.

"Apa katamu!" emosi Adrian yang semakin naik mendengar alasan itu.

"Tuan aku merasa sakit di bagian perutku dan aku-aku- aku sepertinya datang bulan!" ucapnya dengan sempurna.

Adrian melotot dengan bola mata yang hampir keluar. Pernyataan itu benar-benar membuat jantungnya meledak-ledak yang ingin menutup bantal ke wajah Greesel dan semua akan berakhir.

"Aku tidak bohong, aku berani bersumpah!" Greesel bisa bisa melihat kemarahan Adrian ya membuat dia semakin takut.

Bruk.

Adrian meninju kuat bantal di samping Greesel yang membuat Greesel kaget dengan mata terpejam.

Greesel yang sudah merasa tidak ada orang yang menindihnya lagi yang memang Adrian yang sudah bangkit dari atas tubuh Greesel.

Adrian yang terlihat frustasi yang mengusap kasar wajahnya dengan melihat Greesel yang masih tetap pada tempatnya

"Apa kau mempermainkan ku!" Greesel kembali kaget dengan suara menekan itu yang membuat Greesel membuka mata.

"Aku tidak mempermainkan tuan dan memang benar aku sedang datang bulan. Aku juga tidak tahu kenapa hal ini terjadi," jawab Kayra dengan bibir bergetar.

"Kau tidak mungkin tidak tahu kapan kau jadwal datang bulan dan kau diam saja dan tidak mengatakan apa-apa dengan membiarkan pernikahan ini berjalan!" tegas Adrian yang benar-benar emosi.

Greesel terdiam dan tidak bisa mengatakan apa-apa lagi. Dia sangat takut melihat wajah emosi Adrian dan tidak mampu untuk membela diri.

"Kau sangat membuang waktu!" umpat Adrian.

"Jika kau sampai ketahuan berbohong. Kau akan lihat resikonya!" tegas Adrian dengan sedikit ancaman.

Adrian yang tidak mengatakan apa-apa lagi yang terlihat sangat frustasi yang langsung keluar dari kamar dengan suara bantingan pintu yang sangat kuat membuat Greesel kembali kaget yang melihat kepergian Adrian.

'Aku memang tidak bohong,' batinnya yakin.

Bersambung

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status