Share

Bab 2 Bertemu Adrian.

"Jika memang saya bisa mendapatkan uang untuk biaya operasi adik saya dengan pekerjaan yang Ibu berikan, maka saya akan bersedia melakukannya," ucap Greesel sembari melepas tangan Gracia.

"Baiklah,” ujar Gracia sambil tersenyum tipis. “Kalau begitu kamu ikut saya sekarang.”

Greesel menganggukkan kepala tanpa banyak tanya dan mengikuti wanita yang sudah berjalan terlebih dahulu itu.

Greesel dibawa ke salah satu salon dan butik mewah. Tanpa buang-buang waktu, gadis itu langsung didandani sesuai perintah Gracia, sementara ia duduk di sofa dengan kakinya yang menyilang sembari membaca majalah.

Mata Greesel melihat wanita yang baru saja memberikan bantuan itu kepadanya dari bayangan cermin.

"Aku tidak tahu kenapa Bu Gracia memberikan pekerjaan ini kepadaku. Tetapi aku memang tidak punya pilihan lain," batin Greesel yang terlihat begitu pasrah.

"Sudah selesai Nona!" ucap wanita yang sejak tadi menata rambutnya. Gracia yang juga mendengar hal itu langsung melihat ke arah Greesel yang berdiri dari tempat duduknya.

Gracia hanya mengangguk sekilas melihat penampilan Greesel yang sangat berbeda. Seolah wanita kucel yang tadi dibawanya bukan orang yang sama yang berdiri di hadapannya sekarang.

 Greesel tampak cantik menggunakan dress hitam di bawah mata kaki dengan lengan yang diberi organza. Tidak lupa dengan heels tinggi dan gaya rambut yang sangat cocok dengan dress yang digunakannya.

Tak lama kemudian, Greesel dibawa ke salah satu gedung apartemen mewah di tengah kota. Keduanya tiba di depan sebuah unit yang pintunya tertutup rapat.

Tangan Gracia sejak tadi menekan bel sementara Greesel terlihat sangat gugup berdiri di samping wanita yang juga memiliki jabatan cukup tinggi di tempat dia bekerja.

Tidak lama, pintu itu terbuka dan memperlihatkan seorang pria tampan dengan tubuh tegap, berkulit putih, yang menunjukkan aura dingin tetapi sangat berkarismatik. Siapapun yang melihatnya pasti akan langsung terpikat.

Mata indah seperti lautan dalam itu melihat ke arah Gracia yang sekarang tersenyum kepadanya. Lalu, tatapan mata itu berpindah kepada wanita di samping Gracia yang sejak tadi melihat ke lantai. Dia sama sekali tidak berani menatap atasannya itu yang sekali-kali berpapasan di Hotel.

"Sayang!" sapa Gracia yang langsung memeluk pria itu dan tidak lupa cipika-cipiki.

"Siapa dia?" suara itu terdengar sangat berat namun begitu mendebarkan hati.

"Kita masuk dulu!" jawab Gracia.

Adrian Brawijaya bergeser mempersilahkan Gracia memasuki apartemen mewah tersebut. Greesel mengikuti di belakangnya.

Adrian menutup pintu dan sekarang berhadapan dengan dua wanita itu. Ruangan di dalam apartemen itu terlihat sangat luas dengan furniture yang mewah yang pasti dari desain terkenal. Namun, Greesel sama sekali tidak mengangkat kepala untuk mengagumi isi ruangan itu.

"Siapa dia?"

Greesel mendengar Adrian kembali bertanya.

"Dia salah satu karyawan di hotel, bagian bersih-bersih," jawab Gracia dengan singkat.

"Aku tidak membutuhkan pelayan baru di apartemen ini, Gracia. Untuk apa kamu membawa dia ke tempat ini?" tanya Adrian heran.

Padahal, jika dilihat dari penampilan Greesel yang sudah begitu menarik, tidak akan ada yang mengira ia adalah seorang pelayan. Lagipula, mana mungkin Gracia membawa pelayan baru ke tempat itu dengan pakaian elegan seperti ini.

"Aku membawa dia ke sini bukan untuk itu," sahut Gracia.

"Lalu untuk apa?" tanya Adrian.

"Untuk kamu nikahi," jawab Gracia.

Hal itu sangat mengejutkan Adrian. Sepasang matanya langsung menyorot tajam Gracia. Sedangkan Greesel sama sekali tak berani menatap bos besarnya itu.

"Apa katamu?!" pekik Adrian tak percaya. "Kamu gila!"

Gracia lantas menghampiri Adrian dan menarik tangannya agar sedikit menjauh dari Greesel.

Greesel mengangkat sedikit kepalanya dan melirik pasangan yang tengah bersitegang itu dari jarak yang tak begitu jauh dari tempatnya duduk.

"Kenapa Pak Adrian begitu terkejut? Jangan-jangan dia tidak tahu hal ini?’ batin Greesel bertanya-tanya kebingungan. Ia menjadi cemas, apalagi saat melihat ekspresi mengeras di wajah pria tampan itu.

"Apa-apaan kamu!" pekik Adrian melepaskan kasar tangan Gracia.

"Sayang kamu dengarkan aku dulu," ucap Gracia berusaha menjelaskan.

"Apa yang harus aku dengarkan?! Kamu sudah tidak waras!" ujar Adrian sambil melihat ke arah Greesel yang masih tetap diam pada tempatnya.

"Sayang, bukankah kamu harus segera memiliki seorang anak agar kamu bisa mendapatkan hak waris dari Eyang? Ini cara satu-satunya agar kamu bisa memiliki anak dengan menikahi wanita yang aku bawa," jelas Gracia lagi.

Wajah Adrian mengeras. "Aku memang membutuhkan anak sesuai dengan apa yang dikatakan Eyang. Tapi yang harusnya aku nikahi itu kamu, bukan orang lain, apalagi seorang pelayan seperti ini!"

"Tapi aku tidak mungkin menikah dengan kamu!" sahut Gracia.

"Kenapa tidak mungkin?!" suara Adrian terdengar meninggi.

Greesel yang sejak tadi mendengar samar-samar jadi ikut tersentak kaget. Wajah pria tampan berkulit putih itu tampak memerah, memperlihatkan aura kemarahan yang sangat besar. Rahang kokohnya mengeras, membuat urat lehernya tampak menonjol.

Greesel menelan ludah. Ia langsung menundukkan kepalanya saat tak sengaja bertatapan dengan Adrian yang menatapnya tajam.

Pria itu menyergah napas kasar, berusaha mengendalikan diri.

Perasaan Greesel menjadi tidak tenang dan takut. Selain mencemaskan sang adik yang masih berada di rumah sakit dan membutuhkan operasi secepatnya, ia semakin dibuat bimbang dengan keputusannya saat ini. Apakah menikah dengan pria itu adalah pilihan yang tepat?

"Sayang, aku bukan tidak mau menikah dengan kamu. Tapi kamu tahu sendiri kalau aku sedang di puncak karir. Aku terikat kontrak sebagai model internasional dan kamu tahu sendiri jika selama ini itu adalah cita-citaku.”

Greesel mendengar jelas ucapan Gracia. ‘Jadi karena itu…’ pikirnya dalam hati.

“Aku sudah berjuang begitu banyak untuk mendapatkan semua itu dan aku tidak mungkin menyia-nyiakan impianku hanya untuk sebuah pernikahan," ucap Gracia lagi yang mencoba untuk meyakinkan Adrian.

"Alasan kamu sangat tidak masuk akal!" sahut Adrian dengan penuh penekanan.

Posisi Adrian yang sangat tertekan dalam situasi itu. Entah apa yang di pikirkan Gracia sampai mengambil tindakan seperti itu.

"Apa yang aku lakukan ini semuanya demi kebaikan kamu, demi hak kamu untuk mendapatkan warisan. Apa kamu mau melihat semua usaha kamu jatuh kepada orang lain?”

Greesel tak mendengar apapun lagi dari pasangan itu, hingga ia akhirnya mendongak untuk melihat apa yang mereka lakukan.

Betapa terkejutnya ia saat melihat Adrian kini berdiri di hadapannya, menatapnya dengan sorot tajam seolah ingin menerkamnya hidup-hidup.

Suara Adrian terdengar dalam dan penuh penekanan saat berkata, “Tinggalkan kami berdua.”

Greesel lantas berdiri dari sofa dengan jantung berdegup kencang, ia ketakutan. Namun, saat hendak beranjak, Adrian malah menahan pergelangan tangannya dengan erat, membuat Greesel terhenyak.

“Bukan kau,” ujar Adrian. Ia lantas menoleh pada Gracia sembari berkata. “Tinggalkan aku berdua bersama pelayan ini!” 

Bersambung...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status