Ikatan Tak Dirindu

Ikatan Tak Dirindu

last updateTerakhir Diperbarui : 2022-01-13
Oleh:  Biru ToscaOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
10
29 Peringkat. 29 Ulasan-ulasan
52Bab
8.2KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Sinopsis

Safira dirundung malang. Mahasiswi itu terpaksa menikah dengan Sagara karena lelaki itu menodainya. Ia tak punya pilihan lain karena hamil. Rumah tangga Sagara dan Safira yang tak berlandaskan cinta juga makin rumit dengan kehadiran Benua, mantan tunangan Safira. Karena masih memendam rasa, Safira nyaris tergoda oleh bujuk rayu Benua untuk kembali ke pelukannya. Siapakah yang akan dipertahankan, rumah tangganya bersama Sagara atau cinta pertamanya?

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1 | Malam Ternoda

Bismillahirrahmanirrahim

Dear Sahabat, sebelum lanjut baca, simpan cerita ini di rak bacaanmu, jangan lupa vote dan komen ya usai baca tiap partnya. Share juga ke teman-temanmu biar makin banyak lagi yang baca. Makasih banyak 

***

Malam itu Safira tiba di sebuah vila di kawasan Puncak Bogor. Sesuai dengan petunjuk dari teman-temannya, dia tiba di vila itu. Namun anehnya vila itu kosong.

"Jangan-jangan mereka mengerjaiku lagi," gerutu Safira di depan vila. "Duuh, gimana nih. Kalau balik lagi udah malam begini lagi."

Safira mengedarkan pandangannya ke sekeliling vila. Lebih banyak gelap daripada terangnya.

Dia mulai was-was. Batinnya berkecamuk, antara memilih diam di situ atau pulang. Hati kecilnya ingin sekali dia pulang, namun sudah malam seperti ini, dia pikir jalanan jauh lebih berbahaya.

Gadis berambut Panjang itu mondar-mandir di depan vila. Setelah merasa pegal, akhirnya dia memilih duduk dan berusaha tenang.

Dia mengetik pesan, ke W* grup teman-temannya.

Hei, aku sudah di depan villa nih, kalian ada di dalem nggak? Kalian pada ke mana?

Nihil. Lama menunggu tak ada seorang pun yang meresponnya.

Dia pun mengetik pesan untuk menjapri satu per satu temannya yang ia kenal.

Rana, kamu di mana? Aku sudah tiba nih. Dia mengirim pesan itu kepada salah satu panitia acara Raker BEM Fakultas Psikologi di kampusnya.

Hasil tetap sama. Tak ada respon juga.

Safira makin gusar. Kalau tahu bakal kayak gini, mendingan aku nggak usah datang.

Dia sangat menyesal kenapa tidak mengikuti kata hatinya, sejak berangkat tadi hatinya memang menolak. Namun demi kepentingan belajar dan dunia akademik, dia bela-belain datang.

Lagian kenapa sih acara mesti ke Puncak segala?

Sialnya, dalam kondisi seperti ini, apa yang bisa dia lakukan. Kalau saja tadi di bawa mobil pribadi, mungkin tidak akan bernasib seperti ini.

Entah mengapa, hari ini dia merasa menjadi seperti orang yang paling malang di dunia. Sudah datang di titik kumpul mengikuti arahan, ditinggalkan rombongan. Terpaksa naik Go-Car dari Tangerang.

Tak mungkin dia bawa mobil sendiri. Dia termasuk kudet, tak terlalu paham jalanan untuk menempuh rute yang cukup jauh.

Sekalipun dia menggunakan Waze atau G****e Maps, tetap saja dia tak bisa. Dulu pernah dia melakukannya, dan terbukti gagal. Tersesat.

Merasa terlalu lama berpikir, Safira harus segera memutuskan.

Aku tak bisa terus-terusan di sini. Aku harus pulang. Tekad gadis itu sudah bulat. Daripada tidak jelas begini, lebih baik aku mengerjakan tugas-tugas kuliahku di rumah, pikirnya.

Safira membuka aplikasi ojol untuk order kendaraan. Sayangnya, dia tak kunjung mendapatkan driver. Apa jangan-jangan karena faktor sinyal, memesan di aplikasi Grab pun sama.

Dia tak patah arang. Dia terus mencoba di sisa-sisa baterai hapenya yang sudah darurat angka merah.

Begitu baterai sudah habis dan hapenya tak menyala sama sekali, dia sudah pasrah, tak lagi yang bisa dia lakukan.

Safira berdiri dan menyeret tas covernya yang berukuran mini. Sampai di gerbang vila, dia berharap ada angkot atau kendaraan lewat sekalipun kemungkinannya kecil karena sudah terlalu larut malam.

Ada satu kendaraan yang parkir dekat vila itu. Safira berpikir, apa mungkin minta bantuan ke si pemilik mobil itu?

Safira galau, tapi gimana kalau dia orang jahat. Tiba-tiba dia merinding membayangkan hal yang tidak dia inginkan. Takut berbagai berita kriminal yang menodai harkat perempuan menimpa dirinya.

Safira urung. Kakinya lebih memilih mundur. Mungkin lebih baik bertahan di beranda vila saja.

Mobil itu menghampiri Safira. Safira mulai cemas.

Si pemilik mobil itu, membuka kaca ... Begitu dibuka, Safira tidak terlalu gusar. Rasanya di kampus dia pernah melihat wajah itu. Dia sering kali berpapasan, namun tak mengenal namanya.

"Safira, kamu mau ke mana?"

Gadis itu kaget, kok dia bisa tahu namaku?

"Sepertinya kamu butuh bantuan, ayo naik?"

Safira masih diam dan enggan memberikan jawaban.

"Kamu siapa, kok bisa tahu namaku?"

Lelaki itu keluar. Lalu mendekat ke arah Safira.

"Oh iya, kenalin, aku Sagara," lelaki itu mengulurkan tangannya.

Safira tak membalas uluran tangannya. Dia malah cuek. Sagara makin gemas. Karena sebenarnya sejak dari kampus dia selalu menguntit Safira dan mencari-cari kesempatan untuk bisa dekat dengannya.

Beberapa saat Safira berpikir, dari wajahnya lelaki ini tidak ada tanda-tanda membahayakan. Mungkin dia bisa meminta bantuan.

"Aku sebenarnya ini mau ikut acara teman-teman mahasiswa sejurusan, sayangnya aku ketinggalan rombongan. Menyusul ke sini eh tetep nggak ketemu."

Sagara menyimak penuturan Safira sambil tak berhenti memandangi kecantikan yang terpancar dari gadis itu. Cintanya yang terpendam selama ini, meluap. Hasratnya tak terbendung. Inilah kesempatan untuk mendapatkannya.

"Feeling aku, sepertinya aku salah vila, acara mereka tetap di sini, cuma aku nggak tahu vilanya yang mana?"

"Kalau gitu, ayo naik, aja, kayaknya lebih enak ngobrol di dalam," rayu Sagara.

Safira menurut. Dia tak bisa menepis, wajah Sagara memang ganteng, badannya atletis. Mungkin kalau dia bertelanjang dada, perutnya akan berbentuk roti sobek.

Ah, Safira buang jauh-jauh pikiran yang seharusnya tak perlu. Dia tak mudah menjatuhkan hatinya sekadar menyaksikan lelaki berparas tampan dan bertubuh gagah.

Masalahnya saat ini dia sudah bertunangan dengan Benua. Benua tak kalah tampannya dari Sagara. Calon suaminya itu kini tengah menempuh S2 di Prancis. Beberapa bulan lagi, selesai menuntaskan studi, keduanya akan segera melangsungkan pernikahan.

Di dalam mobil, Safira dan Sagara duduk berdampingan. Awalnya Safira memilih untuk duduk di belakang saja. Dia tidak ingin terlalu dekat dengan Sagara. Namun melihat kelembutan dan kebaikan Sagara, Safira tak kuasa menolak.

"Alamat vila atau gedungnya apa?" tanya Sagara.

"Nah itu, dia aku lupa. Hapeku dari tadi mati."

"Coba di-charge dulu," pinta Sagara.

Safira menurut. Sambil menunggu hapenya bisa menyala, Sagara melirik Safira sesekali.

"Kamu kayaknya, stress dan Lelah banget ya," ucap Sagara sembari menatap Saifra. "Gih, minum dulu, biar tenang."

Baik juga nih, cowok, kata Safira. Perhatian juga, kata hati Safira, tak ada rasa curiga sama sekali.

Safira menerima botol minuman yang isinya teh manis itu. Gadis itu memegang botol minuman itu agak lama. Tak langsung meminumnya. Ada sedikit keraguan yang menerpa dirinya.

"Enggak, ini aku masih kepikiran, alamat vila," Safira meraih hapenya, berharap sudah bisa dinyalakan.

Ketika hapenya menyala, dia tersenyum lebar. Hatinya benar-benar lega.

"Makasih ya, Sagara. Kamu sudah baik banget nolongin aku," Safira tampak ceria dan sedikit manja, mirip anak kecil yang baru saja menemukan kembali mainannya yang hilang.

"Ini alamat vilanya," ucap Safira sambal mendekatkan layer hapenya ke arah Sagara.

"Okey," kita coba meluncur ke sana. Sagara menyalakan G****e Maps di hapenya untuk mencari alamat tersebut.

"Kamu nggak haus ya," tanya Sagara lagi, "Ayo minum dulu."

Safira menurut, dia menyeruput minuman di tangannya. "Oke, makasih banyak ya, maaf aku jadi ngerepotin kamu nih," ucap Safira.

"No problem! Sangat beruntung bisa bantu gadis secantik kamu."

Safira berusaha menyembunyikan rasa berbunga-bunganya saat mendapatkan pujian itu. Dia mencoba tetap tenang meski jantungnya berdetak tak normal. Dia bertekad, untuk tetap menjaga hatinya untuk Benua.

Setelah minuman di botol itu tinggal tersisa sedikit lagi, tiba-tiba kepalanya pusing. Lama kelamaan pandangan di sekitarnya menjadi buram.

Tubuhnya memanas. Ada yang tiba-tiba meledak untuk dipenuhi.

Safira tak bisa apa-apa lagi. "Sagara apa yang kamu lakukan padaku, kenapa setelah minum, reaksi tubuhku jadi begini?" Safira memandang Sagara geram.

Sagara menghentikan laju mobilnya. Dia mematung, tak membalas pertanyaan Safira yang berulang kali dilontarkan.

Sagara menatap Safira dengan wajah penuh nafsu. Senyum iblisnya keluar. Tubuh Safira lemas tak berdaya.

Di tempat sepi itu, di dalam mobil Sagara mulai melancarkan aksi brutalnya. Akal sehatnya sudah sirna. 

Sementara gadis malang itu, karena efek obat yang dicampur dengan minumannya, tak punya daya yang lebih untuk membela dan melindungi kesucian dirinya.

Bersambung...

Dear pembaca, bagaimana setelah membaca part ini, apakah kamu suka? Kasih masukan komentarnya ya?

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

10
100%(29)
9
0%(0)
8
0%(0)
7
0%(0)
6
0%(0)
5
0%(0)
4
0%(0)
3
0%(0)
2
0%(0)
1
0%(0)
10 / 10.0
29 Peringkat · 29 Ulasan-ulasan
Tulis Ulasan
default avatar
nings
Baguuuuuuussssss
2021-10-10 23:28:45
1
user avatar
Monata
Bagus tapi blm baca
2021-10-10 23:08:33
1
user avatar
Wuri Masruroh
Yakin, Safira adalah perempuan yg kuat. semangat updatenya, thor
2021-10-07 07:09:42
1
user avatar
Eneng Susanti
cerita di blurb-nya mengingatkan kepada Karmila karya Marga T, nih. Jadi nostalgia, duh ... walaupun konfliknya berat, tapi ceritanya ngalir dan mudah dicerna. Semangat, Kak.
2021-10-05 16:10:53
1
user avatar
Cadburry♥
Next kak! Bagus ceritanya... semangat ya!
2021-09-26 15:39:01
1
user avatar
Indy Shinta
Semangat up date ya, Thor. Bagus ceritanya.
2021-09-26 14:00:23
1
user avatar
Sachie
bagus, semangat lanjut kak
2021-09-23 20:57:43
1
user avatar
Ryuzy_hdr
seru kak! semangat
2021-09-23 20:17:41
1
user avatar
Quin
Lanutkan kak! Aku penasaran!
2021-09-23 16:20:45
1
user avatar
Sasakiya
Seru, kak ... Semangat ^_
2021-09-23 14:08:16
1
user avatar
Kingwanati
good for reading
2021-09-23 13:13:47
1
user avatar
Mia Ariani
Tidak sabar menunggu kelanjutannya
2021-09-23 12:58:33
1
user avatar
Jenny Kim
Keren kak, smangat buat lanjut ya..
2021-09-23 12:47:09
1
user avatar
Evhae Naffae
Keren kak, lanjut dan semangat ya ....
2021-09-23 12:44:58
1
user avatar
Quin
Wah ini mah keren banget!! Aku penasaran kan! Ayo kak up dong!
2021-09-23 12:44:56
1
  • 1
  • 2
52 Bab
Bab 1 | Malam Ternoda
Bismillahirrahmanirrahim Dear Sahabat, sebelum lanjut baca, simpan cerita ini di rak bacaanmu, jangan lupa vote dan komen ya usai baca tiap partnya. Share juga ke teman-temanmu biar makin banyak lagi yang baca. Makasih banyak    ***   Malam itu Safira tiba di sebuah vila di kawasan Puncak Bogor. Sesuai dengan petunjuk dari teman-temannya, dia tiba di vila itu. Namun anehnya vila itu kosong. "Jangan-jangan mereka mengerjaiku lagi," gerutu Safira di depan vila. "Duuh, gimana nih. Kalau balik lagi udah malam begini lagi."
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-18
Baca selengkapnya
Bab 2 | Pagi Terkelam
  Safira menangis tergugu seraya mengenakan pakaian untuk menutupi tubuhnya. Sementara Sagara masih tertidur pulas. Inilah pagi yang paling kelam di mata Safira, sekalipun pagi itu, matahari bersinar cerah. Sambil menahan ngilu di tubuhnya, Safira berpikir apa yang harus ia lakukan setelah malapetaka ini. "Keparat, bangun lo!" Safira memukul Sagara bertubi-tubi. Air matanya tumpah. Sagara belum merespon. Dia masih terlelap dalam tidurnya. Safira mencari cara agar Sagara bangun. Sembarang dia mencari benda yang ada di depan dashboard mobil. Dia meraih aksesoris jam lalu memukulkannya dengan kencang ke kepala Sagara.
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-18
Baca selengkapnya
Bab 3 | Menggarami Luka
 Safira, kamu sudah tak suci lagi! Wanita itu memandangi wajahnya sendiri dan berkata pada dirinya sendiri di depan cermin di kamar mandi. Dia kerap kali bolak-balik ke kamar mandi tak kenal waktu.Di kamar mandi, Safira berkali-kali membasahi seluruh tubuhnya dengan air. Bahkan saat ini, saat malam hari dia tetap melakukannya.Namun perasaannya tetap saja nyaman. Rasanya, walaupun seluruh air di dunia ini telah ia habiskan untuk membersihkan tubuhnya, sungguh tubuhnya saat ini tetap kotor. Kesucian dirinya sudah ternoda.Usai mengenakan kimono handuk berwarna pink dan menutupi rambut kepalanya yang masih basah, Safira keluar dari kamar mandi.Aku sungguh tak berharga. Batin Sa
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-18
Baca selengkapnya
Bab 4 | Bagaimana Kata Dokter?
 Setelah berhari-hari dibujuk Berliana dan Mama, Safira akhirnya mau untuk memeriksakan diri ke dokter."Ayo, Lian kita berangkat," ajak Mama yang sudah siap mengenakan gamis dan kerudung warna coklat tua. "Mana, Kakakmu?" tanya mama melirik ke kanan dan kiri mencari Safira."Kayaknya masih di kamar, Ma," jawab Berliana yang tak kalah rapinya mengenakan kerudung dan gamis hijau pastel."Lha, gimana ini, bukannya harusnya dia udah siap?!" Papa yang yang juga sudah rapi dengan suara agak meninggi wajahnya tampak sedikit kesal."Sabar, Pa," Mama mengusap-usap dada papa. "Mohon, Pa. Kejadian kemarin jangan terulang lagi. Kita udah sepakat kan?" ucap mama mengingatkan.
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-18
Baca selengkapnya
Bab 5 | Sirene di Tengah Hari
 "Awwww!"Saking kencangnya, teriakan itu terdengar hingga ke lantai bawah, di mana kamar kedua orang tuanya berada.Tepat tengah malam, Sagara terbangun oleh mimpi buruk. Keringatnya bercucuran memenuhi seluruh tubuhnya.Dia memegangi kepalanya yang terasa pening dan berat.Dalam mimpi, dia melihat dirinya terlempar ke sebuah jurang. Di jurang itu dia disambut oleh lahar dan binatang-binatang aneh yang mengerikan.Kenapa mimpi mengerikan ini selalu berulang? hatinya bertanya dalam kegundahannya.Sungguh, dia belum pernah merasa jiwanya tak tenang seperti yang dialaminya seka
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-18
Baca selengkapnya
Bab 6 | Dia Pulang
Kenapa ini semua harus menimpa diriku? hati Safira bertanya-tanya. Sejak peristiwa itu, dia sering menangis saat seorang diri.Dalam kesendiriannya, Safira termenung. Sekalipun Sagara kini sudah meringkuk di penjara, namun bagaimanapun luka yang sudah dihujamkan ke dalam jiwanya masih membekas. Jiwanya belum tenang karena kesuciannya takkan bisa kembali lagi.Apa ini semua salahku? Kenapa semua ini harus terjadi? Kenapa mimpi-mimpi indahku yang sudah kuukir kini berubah menjadi mimpi buruk, lirih Safira.Bagaimana bisa tenang, kesucian yang selama ini dia jaga, hanya dipersembahkan untuk suaminya nanti, malah dirampas begitu saja.Mimpi indah itu telah pergi. Yang menemani ku kini mimpi-mimpi buruk. Aku sudah tak punya masa depan lagi, ungkap hatinya.Ini semua salahku, seharusnya hari itu, aku nggak pergi. Mungkin jika tak pergi, semua ini takkan terjadi, ungkap hatinya lagi, cenderung menyalahkan dirinya sendiri.Safira meraih ponsel pinta
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-19
Baca selengkapnya
Bab 7 | Tak Siap Kandas
“Fira, ayolah makan,” pinta mama saat mereka sekeluarga saat berkumpul di meja makan.Seperti malam-malam lainnya, makan malam yang dilalui Safira terasa hambar.Mama, Papa, dan Berliana menatap Safira yang dari tadi memain-mainkan sendoknya di atas piring nasi. Sepertinya baru beberapa suap yang masuk. Karena nasi di piring itu tersisa masih sangat banyak.Sementara adik dan kedua orang tuanya sudah dari tadi menuntaskan makan malamnya.Terlalu berat bagiku, menghadapi ini. Aku tak sanggup, ucapnya dalam hati.Dia tak menyadari permintaan mamanya, karena terlalu larut dalam pikirannya.“Fira, Sayang. Ayolah makan. Kamu harus kuat. Kamu harus bisa melanjutkan kehidupan,” ucap Papanya.Nada suara papanya jauh lebih nyaring dibanding mamanya sehingga Safira bisa mendengarnya.“Iya, Pa…” ucap Safira, dia ingin menyenangkan papanya. “Ini aku, makan,” lanjutnya sembari menyuap n
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-20
Baca selengkapnya
Bab 8 | Malam Penentuan?!
“Kak, tolong buka, Kak!” suara Berliana terdengar lebih tinggi saat mengetuk-ngetuk kamar Safira.Dia sudah berkali-kali mengucapkan kalimat itu, namun tak kunjung ada respon dari kakaknya.Dia mengkhawatirkan kakaknya, sementara untuk bisa masuk ke kamar pintunya terkunci.“Kak, tolong buka, Kak,” ucap Berliana lagi. Dia mulai cemas. Duuh, Kak, moga-moga aja nggak terjadi apa-apa sama kamu, gumam Berliana.Dari dalam sebenarnya Safira dapat mendengar dengan jelas suara adiknya. Namun dia merasa enggan, sama sekali tak berminat membuka pintu kamar dan menampakkan diri. Terlebih dengan kondisi saat ini, penampilan rambutnya sudah tak jelas.Dia memandangi dirinya di depan cermin, dengan potongan rambut yang sudah pendek.Namun suara adiknya di luar juga masih terus terdengar. Adiknya tak menyerah.Safira berhenti memandangi dirinya di cermin. Dia melangkah mendekati pintu. Akhirnya terpaksa, dia membuka kun
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-21
Baca selengkapnya
Bab 9 | Masih Mengganjal Hati
“Hubungan rumah tangga harus dilandasi dengan kejujuran dan keterbukaan,” Safira mengawali. “Aku tahu ini pahit untukku. Tapi aku tidak mau mengecewakanku, sehingga malam ini aku harus berkata apa ada padamu, Ben.”“Ya, aku sepakat,” jawab Benua lugas.“Ben, apa kamu nggak tahu berita viral?” tanya Safira saat dia bersama Benua sudah duduk di kursi halaman rumah. Di samping Safira, Berliana ikut duduk menemani.Kenapa nanya soal berita viral sih, pikir Benua. Nggak ada pertanyaan lain apa? Benua belum memahami alur pembicaraan calon istrinya.“Berita viral apa? Maksud kamu apa?” tanya Benua polos. Dia memang belum paham.Mendengar jawaban seperti itu, Safira menyimpulkan bahwa Benua memang belum mengetahuinya. Mungkin dia belum sempat baca-baca berita di media sosial.Safira menghirup napas dalam-dalam, mengumpulkan kekuatan untuk menjelaskan.“Ben, sebelumnya aku mau m
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-22
Baca selengkapnya
Bab 10 | Terancam Batal?!
Ya Tuhan, mengapa dunia ini tiba-tiba gelap teramat pekat dan mencekam? Padahal jauh-jauh hari aku sudah merencanakan kebahagiaanku bersamanya. Bersama Queenku...Dunia Ben kini menggelap, lebih gelap dari jutaan malam yang telah dilaluinya. Selama ini, segelap apa pun malam yang dijalaninya, tetap saja indah karena di langit hatinya ada satu bintang, yaitu Safira yang selalu ia sayang setulusnya.Malam itu, Benua termenung sendiri di kamarnya yang gelap tanpa nyala lampu. Dua memang sengaja mematikan lampu di kamarnya.Sekalipun hatinya mencoba untuk tenang menghadapi masalah asmaranya ini, namun jiwanya tetap saja muncul gelisah. Ada hitam yang semakin membesar di dadanya. Jika dibiarkan, tentu kegelapan itu akan memakan cahaya hati dan membuat jiwanya terguncang.Dalam kegalauannya dia memainkan gawai yang tergeletak di nakas di samping tempat tidurnya. Dia meraihnya perlahan dengan rasa malas. Sungguh beberapa hari i
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-23
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status