Home / Pernikahan / Ikatan Tak Dirindu / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Ikatan Tak Dirindu: Chapter 1 - Chapter 10

52 Chapters

Bab 1 | Malam Ternoda

Bismillahirrahmanirrahim Dear Sahabat, sebelum lanjut baca, simpan cerita ini di rak bacaanmu, jangan lupa vote dan komen ya usai baca tiap partnya. Share juga ke teman-temanmu biar makin banyak lagi yang baca. Makasih banyak    ***   Malam itu Safira tiba di sebuah vila di kawasan Puncak Bogor. Sesuai dengan petunjuk dari teman-temannya, dia tiba di vila itu. Namun anehnya vila itu kosong. "Jangan-jangan mereka mengerjaiku lagi," gerutu Safira di depan vila. "Duuh, gimana nih. Kalau balik lagi udah malam begini lagi."
last updateLast Updated : 2021-09-18
Read more

Bab 2 | Pagi Terkelam

  Safira menangis tergugu seraya mengenakan pakaian untuk menutupi tubuhnya. Sementara Sagara masih tertidur pulas. Inilah pagi yang paling kelam di mata Safira, sekalipun pagi itu, matahari bersinar cerah. Sambil menahan ngilu di tubuhnya, Safira berpikir apa yang harus ia lakukan setelah malapetaka ini. "Keparat, bangun lo!" Safira memukul Sagara bertubi-tubi. Air matanya tumpah. Sagara belum merespon. Dia masih terlelap dalam tidurnya. Safira mencari cara agar Sagara bangun. Sembarang dia mencari benda yang ada di depan dashboard mobil. Dia meraih aksesoris jam lalu memukulkannya dengan kencang ke kepala Sagara.
last updateLast Updated : 2021-09-18
Read more

Bab 3 | Menggarami Luka

 Safira, kamu sudah tak suci lagi! Wanita itu memandangi wajahnya sendiri dan berkata pada dirinya sendiri di depan cermin di kamar mandi. Dia kerap kali bolak-balik ke kamar mandi tak kenal waktu.Di kamar mandi, Safira berkali-kali membasahi seluruh tubuhnya dengan air. Bahkan saat ini, saat malam hari dia tetap melakukannya.Namun perasaannya tetap saja nyaman. Rasanya, walaupun seluruh air di dunia ini telah ia habiskan untuk membersihkan tubuhnya, sungguh tubuhnya saat ini tetap kotor. Kesucian dirinya sudah ternoda.Usai mengenakan kimono handuk berwarna pink dan menutupi rambut kepalanya yang masih basah, Safira keluar dari kamar mandi.Aku sungguh tak berharga. Batin Sa
last updateLast Updated : 2021-09-18
Read more

Bab 4 | Bagaimana Kata Dokter?

 Setelah berhari-hari dibujuk Berliana dan Mama, Safira akhirnya mau untuk memeriksakan diri ke dokter."Ayo, Lian kita berangkat," ajak Mama yang sudah siap mengenakan gamis dan kerudung warna coklat tua. "Mana, Kakakmu?" tanya mama melirik ke kanan dan kiri mencari Safira."Kayaknya masih di kamar, Ma," jawab Berliana yang tak kalah rapinya mengenakan kerudung dan gamis hijau pastel."Lha, gimana ini, bukannya harusnya dia udah siap?!" Papa yang yang juga sudah rapi dengan suara agak meninggi wajahnya tampak sedikit kesal."Sabar, Pa," Mama mengusap-usap dada papa. "Mohon, Pa. Kejadian kemarin jangan terulang lagi. Kita udah sepakat kan?" ucap mama mengingatkan.
last updateLast Updated : 2021-09-18
Read more

Bab 5 | Sirene di Tengah Hari

 "Awwww!"Saking kencangnya, teriakan itu terdengar hingga ke lantai bawah, di mana kamar kedua orang tuanya berada.Tepat tengah malam, Sagara terbangun oleh mimpi buruk. Keringatnya bercucuran memenuhi seluruh tubuhnya.Dia memegangi kepalanya yang terasa pening dan berat.Dalam mimpi, dia melihat dirinya terlempar ke sebuah jurang. Di jurang itu dia disambut oleh lahar dan binatang-binatang aneh yang mengerikan.Kenapa mimpi mengerikan ini selalu berulang? hatinya bertanya dalam kegundahannya.Sungguh, dia belum pernah merasa jiwanya tak tenang seperti yang dialaminya seka
last updateLast Updated : 2021-09-18
Read more

Bab 6 | Dia Pulang

Kenapa ini semua harus menimpa diriku? hati Safira bertanya-tanya. Sejak peristiwa itu, dia sering menangis saat seorang diri.Dalam kesendiriannya, Safira termenung. Sekalipun Sagara kini sudah meringkuk di penjara, namun bagaimanapun luka yang sudah dihujamkan ke dalam jiwanya masih membekas. Jiwanya belum tenang karena kesuciannya takkan bisa kembali lagi.Apa ini semua salahku? Kenapa semua ini harus terjadi? Kenapa mimpi-mimpi indahku yang sudah kuukir kini berubah menjadi mimpi buruk, lirih Safira.Bagaimana bisa tenang, kesucian yang selama ini dia jaga, hanya dipersembahkan untuk suaminya nanti, malah dirampas begitu saja.Mimpi indah itu telah pergi. Yang menemani ku kini mimpi-mimpi buruk. Aku sudah tak punya masa depan lagi, ungkap hatinya.Ini semua salahku, seharusnya hari itu, aku nggak pergi. Mungkin jika tak pergi, semua ini takkan terjadi, ungkap hatinya lagi, cenderung menyalahkan dirinya sendiri.Safira meraih ponsel pinta
last updateLast Updated : 2021-09-19
Read more

Bab 7 | Tak Siap Kandas

“Fira, ayolah makan,” pinta mama saat mereka sekeluarga saat berkumpul di meja makan.Seperti malam-malam lainnya, makan malam yang dilalui Safira terasa hambar.Mama, Papa, dan Berliana menatap Safira yang dari tadi memain-mainkan sendoknya di atas piring nasi. Sepertinya baru beberapa suap yang masuk. Karena nasi di piring itu tersisa masih sangat banyak.Sementara adik dan kedua orang tuanya sudah dari tadi menuntaskan makan malamnya.Terlalu berat bagiku, menghadapi ini. Aku tak sanggup, ucapnya dalam hati.Dia tak menyadari permintaan mamanya, karena terlalu larut dalam pikirannya.“Fira, Sayang. Ayolah makan. Kamu harus kuat. Kamu harus bisa melanjutkan kehidupan,” ucap Papanya.Nada suara papanya jauh lebih nyaring dibanding mamanya sehingga Safira bisa mendengarnya.“Iya, Pa…” ucap Safira, dia ingin menyenangkan papanya. “Ini aku, makan,” lanjutnya sembari menyuap n
last updateLast Updated : 2021-09-20
Read more

Bab 8 | Malam Penentuan?!

“Kak, tolong buka, Kak!” suara Berliana terdengar lebih tinggi saat mengetuk-ngetuk kamar Safira.Dia sudah berkali-kali mengucapkan kalimat itu, namun tak kunjung ada respon dari kakaknya.Dia mengkhawatirkan kakaknya, sementara untuk bisa masuk ke kamar pintunya terkunci.“Kak, tolong buka, Kak,” ucap Berliana lagi. Dia mulai cemas. Duuh, Kak, moga-moga aja nggak terjadi apa-apa sama kamu, gumam Berliana.Dari dalam sebenarnya Safira dapat mendengar dengan jelas suara adiknya. Namun dia merasa enggan, sama sekali tak berminat membuka pintu kamar dan menampakkan diri. Terlebih dengan kondisi saat ini, penampilan rambutnya sudah tak jelas.Dia memandangi dirinya di depan cermin, dengan potongan rambut yang sudah pendek.Namun suara adiknya di luar juga masih terus terdengar. Adiknya tak menyerah.Safira berhenti memandangi dirinya di cermin. Dia melangkah mendekati pintu. Akhirnya terpaksa, dia membuka kun
last updateLast Updated : 2021-09-21
Read more

Bab 9 | Masih Mengganjal Hati

“Hubungan rumah tangga harus dilandasi dengan kejujuran dan keterbukaan,” Safira mengawali. “Aku tahu ini pahit untukku. Tapi aku tidak mau mengecewakanku, sehingga malam ini aku harus berkata apa ada padamu, Ben.”“Ya, aku sepakat,” jawab Benua lugas.“Ben, apa kamu nggak tahu berita viral?” tanya Safira saat dia bersama Benua sudah duduk di kursi halaman rumah. Di samping Safira, Berliana ikut duduk menemani.Kenapa nanya soal berita viral sih, pikir Benua. Nggak ada pertanyaan lain apa? Benua belum memahami alur pembicaraan calon istrinya.“Berita viral apa? Maksud kamu apa?” tanya Benua polos. Dia memang belum paham.Mendengar jawaban seperti itu, Safira menyimpulkan bahwa Benua memang belum mengetahuinya. Mungkin dia belum sempat baca-baca berita di media sosial.Safira menghirup napas dalam-dalam, mengumpulkan kekuatan untuk menjelaskan.“Ben, sebelumnya aku mau m
last updateLast Updated : 2021-09-22
Read more

Bab 10 | Terancam Batal?!

Ya Tuhan, mengapa dunia ini tiba-tiba gelap teramat pekat dan mencekam? Padahal jauh-jauh hari aku sudah merencanakan kebahagiaanku bersamanya. Bersama Queenku...Dunia Ben kini menggelap, lebih gelap dari jutaan malam yang telah dilaluinya. Selama ini, segelap apa pun malam yang dijalaninya, tetap saja indah karena di langit hatinya ada satu bintang, yaitu Safira yang selalu ia sayang setulusnya.Malam itu, Benua termenung sendiri di kamarnya yang gelap tanpa nyala lampu. Dua memang sengaja mematikan lampu di kamarnya.Sekalipun hatinya mencoba untuk tenang menghadapi masalah asmaranya ini, namun jiwanya tetap saja muncul gelisah. Ada hitam yang semakin membesar di dadanya. Jika dibiarkan, tentu kegelapan itu akan memakan cahaya hati dan membuat jiwanya terguncang.Dalam kegalauannya dia memainkan gawai yang tergeletak di nakas di samping tempat tidurnya. Dia meraihnya perlahan dengan rasa malas. Sungguh beberapa hari i
last updateLast Updated : 2021-09-23
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status