Home / Pernikahan / Ikatan Tak Dirindu / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Ikatan Tak Dirindu: Chapter 21 - Chapter 30

52 Chapters

Bab 21 | Fira, Kamu Kenapa?

 Sebelum azan Subuh berkumandang, Sagara sudah bangung terlebih dahulu. Pagi itu dia sengaja mandi dan keramas supaya tidak menimbulkan kecurigaan di keluarga Safira.Dia menyalakan lampu kamar dan mematut diri di depan cermin untuk mengenakan sarung, baju koko dan peci putih rajut khas Turki.Tak lama kemudian azan Subuh berkumandang. Sagara berniat ke masjid. Meskipun dia belum tahu lokasi masjid dari rumah Safira, dia akan mencoba berjalan mengikuti arah salah suara azan yang terdengar paling dekat dari rumah keluarga istrinya.Sebelum keluar kamar, dia menatap Safira yang masih tertidur pulas.“Fira… sudah azan Subuh,” ujar Sagara agak canggung sambil duduk di tepi ranjang samping istrinya.Safira menggeliat. Saat membuka matanya, dia benar-benar kaget. “Nga… ngapain kamu?” tanya Safira, suaranya bergetar karena gugup sekaligus cemas. Entah kenapa, masih ada rasa ketak
Read more

Bab 22 | Setia Menjaga

 Tidak ada jawaban. Kelopak mata Safira masih mengatup. Tubuhnya sangat dingin. Perasaan Sagara benar-benar campur aduk. Firasatnya tak enak. Jantungnya terasa mau copot.Jangan-jangan dia sudah pingsan dari tadi lagi, pikir Sagara.Sagara segera mengangkat Safira. Dia membawa Safira ke atas kasur. Lantas, setelah menutup tubuh Safira dengan selimut, Sagara berlari keluar kamar.“Ma, Pa… tolongin Safira!” teriak Sagara.Orang tua Safira segera berlari dan masuk ke dalam kamar Safira. Langkah keduanya diikuti oleh Berliana dan Sagara.“Kamu kenapa, Nak?” Ibu Safira mengusap kepala Safira. Putrinya sampai saat ini belum siuman.“Kakak… ” Berliana ikut panik.“Gimana kejadiannya ini?” tanya Pak Yahya kepada Sagara.“Kemungkinan dia jatuh dan pingsan di kamar mandi, Pa. Tadi aku temukan dia tergeletak di kamar mandi,” jelas Sagara.Setelah
Read more

Bab 23 | I Love You So

 “Alhamdulillah… akhirnya kamu kembali,” kata ayah Safira.“Mama senang, kamu sudah bisa membuka mata,” ujar ibu Safira.Ustaz Reza dan istrinya pun ikut lega. “Alhamdulillah ya Allah, terima kasih sudah mengabulkan doa-doa kami,” ujar Ustaz Reza.“Mama senang. Nak, akhirnya kamu siuman. Sudah tiga hari kami cemas menunggu kamu membuka mata,” ujar istri Ustaz Reza.“Jadi… aku...”“Sudahlah, kamu jangan banyak mikir dulu. Alhamdulillah, yang penting sekarang kamu sudah kembali,” Sagara meremas jemari istrinya. Safira merasa asing dengan kondisi seperti itu. Namun dia juga tak kuasa menolak. Lagi pula pula, orang yang menggenggamnya saat ini adalah suaminya sendiri.Entah kenapa, hari ini, Safira merasa sangat istimewa. Mendapatkan banyak perhatian, mulai dari kedua orang tuanya, kedua mertuanya, dan juga dari suaminya.
Read more

Bab 24 | Sang Pelindung

 “Jangan kuatir, Sayang. Jika kamu merasa belum siap. Aku tidak akan melakukannya. Aku ingin membuatmu tetap nyaman dan merasa tidak tersiksa dengan perlakuanku,” bisik Sagara ke telinga istrinya.Safira membayangkan apa yang terjadi antara dirinya dan Sagara beberapa hari ini. Meskipun kebencian Safira pada Sagara belum hilang sepenuhnya, namun Safira merasa ada sesuatu yang beda. Dia merasa sangat spesial. Sepulang dari rumah sakit, Sagara sangat perhatian. Dia selalu memperhatikan segala kebutuhannya. Kamu tidak sepenuhnya jahat seperti yang selama ini aku pikirkan. Aku dapat menemukan dan merasakan sisi baik dari dirimu, ucap Safira dalam hati.Safira menarik kedua tangan suaminya yang tengah menempel di bahunya. Safira memberanikan diri menggenggam tangan Sagara. Dia dapat merasakan kehangatan jemari suaminya.“Aku menghargai segala usahamu. Aku hanya bilang, terima kasih kamu sudah memperhatikanku be
Read more

Bab 25 | Orang Ketiga

 Sagara tersenyum mendengar pertanyaan itu. Hatinya bertabur bunga-bunga.“Ya, aku sangat mencintaimu. Aku ingin belajar mencintaimu karena Allah.”“Tapi kenapa kamu dulu menyakitiku?” Safira bertanya kembali, dia teringat lagi masa-masa kelam itu.“Dulu mungkin cintaku padamu salah. Cintaku padamu hanya karena nafsu dan menjadi dosa besar. Sekarang aku ingin menebusnya dengan cinta suci. Dan aku harap kamu bisa memberiku kesempatan membuktikannya.”“Maukah kamu memaafkanku?””Aku tidak janji. Tapi… aku akan terus belajar memaafkanmu,” balas Safira.“Sekarang aku yang balik bertanya. Maukah kamu menerima cintaku?”“Aku tidak janji. Tapi… aku juga akan belajar untuk mencobanya.”“Makasih banyak, Sayang. Kamu sudah berikan aku kesempatan. Aku akan terus berdoa agar Allah menggerakkan hati dan perasaanmu, agar aku b
Read more

Bab 26 | Cemburu Itu Bumbu

    “Sayang, ini tidak seperti yang kamu bayangkan,” Sagara menghempas Granita dengan kuat, bahkan Granita nyaris terjatuh ke lantai. “Auww… Sialan, gara-wanita itu, kamu perlakukan aku seperti ini hah?” bentak Granita. Dia mengaduh sambil memegangi bagian tubuhnya yang sakit. “Sayang, biar aku jelasin. Aku nggak ada hubungan apa-apa sama dia,” ucap Sagara sambil menggenggam jemari Safira. “Ayo pergi,” kata Safira. “Aku nggak ingin ada keributan di sini.” Safira melangkah cepat diikuti Sagara. “Hei, Fira kamu ke mana?” teriak Granita. “Urusan kita belum selesai. Dasar pelakor, Kamu udah rebut Sagara dariku. Awas, tunggu pembalasanku. Sagara pasti kembali ke pelukanku.” Safira tak pedulikan ocehan Granita. Dia ingin cepat-cepat sampa di mobil. Kepalanya terasa sangat pening. Safira tak tahan, dia memegangi kepalanya. Saat pintu lift terbuka, tubuh Safira nyaris ambruk. Beruntung Sagara berhasil menahan
Read more

Bab 27 | Satu Ranjang

 Sagara tersenyum dengan tenang. Dia terus melangkah dan membopong Safira.Safira tak bisa menghindar lagi. Tubuhnya sudah kadung dibopong, dan dia hanya bisa menatap dagu dan wajah suaminya dari jarak terdekat.Sagara terus membopong Safira hingga masuk rumah, melewati ruang tamu.“Peduli padamu menjadi pahala bagiku sekarang. Aku ingin mencintaimu dan membahagiakanmu. Itu ibadah terindah bagiku saat ini.”Benar-benar kalimat belum pernah Safira dengar sebelumnya. Bahkan, Benua pun belum pernah mengatakan perkataan seperti itu.“Kamu masih bisa bersabar, sejak malam pertama itu kamu dan aku belum pernah melakukan ibadah biologis suami istri?”Sagara tersenyum. Pikirannya melayang jauh. Dia adalah lelaki normal pada umumnya. Sungguh dia sebenarnya tak sabar ingin menghabiskan malam-malam indah bersama istrinya. Namun dia pun tak akan pernah memaksa sampai istrinya rela. Menurutnya, memaksakan
Read more

Bab 28 | Jatuh dalam Pelukan

 Aku yakin, kamu pasti bisa nyaman bersamaku. Aku yakin pada akhirnya kamu akan mencintaiku sepenuh hati, kata hati Sagara.“Sekarang, kamu istirahat ya… Aku temani kamu,” kata Sagara. Safira mengangguk. Kemudian Sagara membetulkan posisi bantal.“Ayo tidur!” pinta Sagara sambil menepuk-nepuk bantal yang sudah disiapkannya.Safira membenamkan kepalanya di bantal. Sagara menatapnya dengan tersenyum.Pandangan Safira menatap langit-langit.“Tutup matamu, istirahatlah,” kata Sagara.“Bawel...” Safira memonyongkan bibirnya. Tak lama kemudian dia memejamkan mata.Sagara ikut berbaring di sampingnya. Dia tersenyum bahagia menatap istrinya lebih lama. Dia lebih leluasa menatap, karena Safira tak melihatnya. Dan yang lebih penting lagi, kini istrinya tak bisa memprotesnya.Sagara merasa tak bosan menatap wajah istrinya.Kenapa kamu kok nggak buka ke
Read more

Bab 29 | Pillow Talk

 Safira berpikir. “Boleh, tapi kamu nggak bisa terus-terusan nyuapin aku ya. Kalau lagi sibuk kan pastinya bikin makannya jadi lebih lama.”“Lagian siapa yang mau nyuapin kamu,” Sagara pura-pura cuek. Dia ingin menggoda lagi istrinya.“Iih. sebel deh. Ya udah. Terserah,” Safira cemberut.“Maaf deh.. Maaf ya, Sayang,” kata Sagara sambil mengelus-elus rambut istrinya.“Oke… tenang, besok-besok, pake sendok dan garpunya sepasang. Jadi tetap makan sepiring dan menyuap masing-masing hehe,” lanjut Sagara.Sepiring nasi pun akhirnya habis.“Nggak kerasa ya, kok udah abis lagi,” ujar Sagara.“Kamu masih laper?”“Enggak ah. Udah kenyang kok...”“Jangan boong ah… mana mungkin kamu udah kenyang. Dedek bayi di perut juga pasti belum kenyang. Kamu harus makan banyak. Lagian aku juga masih laper,” kata
Read more

Bab 30 | Detik-Detik Terakhir

 “Aku … nggak ngapa-ngapain. Cuma betulin selimut kamu aja takut kamu kedinginan,” Safira menjawab terbata-bata saking gugupnya. Tubuhnya mendadak meriang.Duuh, kok jadi meriang begini, ya, pikir Safira.“Jangan pergi! Ayo lanjutkan,” pinta Sagara.“Apaan, sih kamu ini nakal!” Safira memukul tangan Sagara.“Nakalan siapa sama yang diam-diam nyium pas lagi orangnya lagi tidur hayo?”“Iiih… kamu ini,” Safira memukul-mukul dada dan bahu Sagara.Seperti biasa, Sagara mengedipkan sebelah matanya ke arah Safira.“By the way, kenapa kamu tadi kamu kok kayak niat banget ya nyium aku?” tanya Sagara sambil menahan tawanya.Sekali lagi Safira melayangkan pukulan ke arah bisep suaminya.“Puas banget kamu. Puas? Dasar!”“Gimana rasanya, seneng nggak?” Lagi-lagi Sagara mencoba menahan tawanya.&ldqu
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status