Semua Bab Ikatan Tak Dirindu: Bab 31 - Bab 40

52 Bab

Bab 31 | Berjuang Bersama

 “Pa, dia juga sama kayaknya sibuk juga. Dia juga lagi ngejar revisian skripsi.”“Ma, Pa.. makasih banyak ya. Berangkat dulu,” ucap Sagara sambil mencium tangan mertuanya satu per satu.“Assalamualaikum,” ucap Sagara. Dia berlalu meninggalkan mertuanya.Beberapa menit kemudian dari dalam rumah terdengar suara mobil dinyalakan dan melaju keluar dari halaman rumah kediaman Pak Indra.Sementara di dalam kamar, sayangnya di sela kesibukannya merevisi naskah skripsi, Safira malah kepikiran obrolannya tadi dengan Sagara.Kasihan banget Papa dan Mamanya pengen liat foto wisuda dia. Apa masih mungkin ya, dia untuk mendaftarkan diri ikutan wisuda? Safira bertanya sendiri dalam hati.Mungkin, usai sidang, aku kan nanti daftar wisuda. Aku coba tanya-tanya deh, mudah-mudah masih bisa. Kalau bisa bersyukur banget jadi bisa wisuda bareng-bareng.Safira pun kembali fokus menatap layar laptop. Saking f
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-14
Baca selengkapnya

Bab 32 | Hati yang Retak

 Berliana menyaksikan Safira yang mematung. Suasana hatinya tak nyaman. Dia merasa yakin, dari tadi kakaknya mendengar percakapannya dengan Benua.Berliana menatap Safira agak lama.“Lian kamu kenapa, kok diam?” tanya Benua.“Kak, nanti ngobrol-ngobrolnya dilanjutin ya,” kata Berliana. “Kami mau berangkat jalan-jalan ke taman nih. Mau refreshing setelah seminggu ini kami disibukkan sama revisian hehe.”“Oke… kamu bilang kami. Berarti kakakmu mau sidang juga?”“Iya, Kak. Kita barengan.”Benua tampak berpikir lagi.“Oh, oke. Selamat berjuang ya. Semoga kamu dan kakakmu dilancarkan.”“Amiin. Makasih ya, Kak.”“Salam buat Fira.”“Oke, Kak. Nanti aku sampaikan. Pamit ya, Kak. Assalamualaikum.”“Waalaikumussalam warahmatullah.”Percakapan keduanya pun berakhir.
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-15
Baca selengkapnya

Bab 33 | Tragedi Usai Sidang

 Safira bertanya seperti itu karena masih penasaran karena tadi dia tidak mendengar atau melihat Mamanya ngobrol dengan Papanya di telepon.Kalau saja mama tidak ingat putrinya sedang hamil, dia ingin sekali memarahinya. Tadi kamu ke mana aja sih? Masa nggak denger obrolan Mama dan Papa di telp. Hari ini kamu benar-benar aneh, Mama hanya bisa menggerutu dalam hati.Setelah mereka sampai rumah, Mama segera ke kamar mencari suaminya. Rupanya suaminya sedang berbaring dengan tertutup selimut.Safira dan Berliana pun ikut masuk.“Badanmu sangat panas, Pa,” kata sang istri setelah memegang kening dan tangan suaminya.“Iya, meriang, Ma,” kata Papa pelan“Lian tolong ambilkan termometer ya..” pinta Mama.Berliana pun segera mengambil termometer di kotak P3K.“Sini aku yang pasang,” kata Safira.Kemudian Safira memasangkannya di ketiak ayahnya.Beberapa saat , S
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-16
Baca selengkapnya

Bab 34 | Kehangatan

 “Kamu jangan naif. Dia itu istriku. Aku sangat mencintai dia. Dan kamu ini siapa?” Sagara menatap Granita dengan murka.Safira, Sagara, dan Berliana segera masuk lift. Granita masih mencoba mengejar.“Ara, tunggu...” Granita mau masuk lift, sayangnya pintunya sudah tertutup.“Kenapa sih dia kok gitu amat ya, Kak?” tanya Berliana pada Sagara.“Dia emang aneh. Otaknya udah eror kali,” Sagara menjawab sekenanya. Suasana hatinya masih diliputi kekesalan.“Aneh itu orang. Masa aku dibilang pelakor,” ucap Safira sambil cemberut.“Udah, Yang. Nggak usah diambil hati. Rugi kita yang normal terpengaruh sama pikiran eror orang nggak normal macam begitu,” kata Sagara sambil tersenyum dan merangkul pundak istrinya.“Aku heran aja sama dia. Masa orang kamu dan dia nggak nikah ka? Masa aku dibilang pelakor. Okelah kalau kamu dan dia memang punya masa lalu. A
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-17
Baca selengkapnya

Bab 35 | Tergoda

 “Lumayan, Pa,” jawab Safira mencoba tenang.“Di sini rasanya pengap. Pengen udara segar. Ini masih lama nggak, kapan nyampenya?” Safira melirik Sagara.“Padahal AC-nya nyala ya,” ujar Safira.“Enggak tau tetep pengap. Tetap beda,” ujar Safira.“Sabar ya, Yang. Bentar lagi.”Safira mengeluarkan aromaterapi citrus dari tasnya dan menghirupnya.Safira mencoba menyandarkan kepalanya ke jok belakang. Dia mencoba tenang dengan kondisi yang dirasakannya.Akhirnya, waktu yang ditunggu-tunggu tiba. Mobil masuk ke area sebuah restoran padang. Sagara segera turun dan membukakan pintu untuk Safira.“Alhamdulillah, nyampe nih,” Sagara memberikan tangannya sebagai pegangan kepada Safira agar ia bisa turun dengan lancar.Safira pun meraih tangan Sagara.“Makasih.”Sagara menuntun istrinya dengan pelan masuk ke dalam restoran.
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-18
Baca selengkapnya

Bab 36 | Meriang Pembawa Keberuntungan

“Sembarangan,” ucap Safira sambil melepaskan pelukan suami.Sagara menarik tubuh istrinya ke dalam pelukannya. Pipi Safira kini bersentuhan dengan dada suaminya. Sagara mengelus-ngelus lembut kepada istrinya yang masih mengenakan kerudung.“Kalau aku bantu buka kerudungmu boleh?”Sebenarnya Safira merasakan kehangatan dan kenyamanan saat berada di pelukan Sagara. Namun dia berusaha menghindar.Aku nggak boleh terbuai, kata hati Safira.“Enggak,” jawab Safira ketus.Safira pun segera melangkah masuk ke kamar mandi, namun tangannya langkah tertahan, tangannya ditarik ke pelukan Sagara.“Lepaskan, apa-apaan sih? Aku mau ganti baju dulu,” ungkap Safira, ketus.“Oke, aku lepas,” kata Sagara. “Nanti kita bisa tidur bareng kan?”“Jangan harap!” kata Safira sambil menutup kamar mandi. Setelah kamar mandi terkunci, dia dengan leluasa mengganti pak
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-19
Baca selengkapnya

Bab 37 | Siap Dikunjungi?

 “Aku mau keluar dulu. Kayaknya sore-sore begini di luar seger,” ucap Safira.“Kamu biarin aku sendirian ya, Yang?”“Kalau ada aku, kamu nggak bisa istirahat.”“Enggak, aku pengen ditemani kamu, Yang,” ucap Sagara masih belum melepaskan tangan istrinya.“Oke, kalau gitu. Aku temani, kamu.”Safira kembali duduk.“Nah gini, dong. Aku seneng banget, bisa deket-deketan sama istriku tercinta,” ucap Sagara sambil mengelus-ngelus tangan istrinya.Safira pun mendekat ke arah kepala suaminya. Dia mengusap-usap kepala suaminya.“Maafin aku ya, Yang. Aku sudah zalim sama kamu,” ucap Safira dengan tulus. Air matanya berderai. Dia pun mengecup kening suaminya yang masih terasa panas. Air matanya sebagai tumpah ke wajah suaminya.“Nggak usah minta maaf. Justru akulah yang harusnya minta maaf. Dosaku padamu sangat banyak. Mudah-mudaha
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-20
Baca selengkapnya

Bab 38 | Ngidam Sate Maranggi

 Safira meninju tangan Sagara.“Ngomong apaan sih kamu ini?” tanya Safira ketus. “Jangan jadikan fatwa dokter tadi sebagai senjata kamu ya. Enggak… kamu nggak akan menang… Aku belum seratus persen percaya padamu.”Sagara terhenyak mendengar ucapan terakhir istrinya. Pantas saja, dia selama ini dia belum rela menerima dirinya sepenuhnya, padahal dia sudah merasa sepenuhnya melakukan segala upaya agar mendapatkan tempat di hati Safira.“Apa yang menghalangimu untuk percaya seratus persen padaku?”“Udah ah, jangan bahas ayo, jalan!” pinta Safira.“Aku nggak mau jalan kalo kamu belum berikan penjelasan.”“Ayo, ah. Udah ya. Aku cape, Yang! Aku nggak mau membahasnya.”“Aku ingin kita tuntaskan semuanya. Aku nggak mau kamu terus-terusan begini,” kata Sagara sambil menatap Safira dan mendekatkan wajahnya ke arah Safira.
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-21
Baca selengkapnya

Bab 39 | Special Day

 “Ya, resep asli Purwakarta, Mas,” jawab pramusaji.“Berapa seporsinya Kang?”“Lima puluh ribu. Mau berapa porsi, Mas.”Sagara teringat Mama dan Papa dan semua anggota keluarga. Dia pun memesan agak banyak.“Tiga porsi deh.”Setelah menunggu sekian lama, Sagara akhirnya meluncur pulang dengan hati yang riang. Dia membawakan satu porsi untuk istrinya, dua porsinya lagi di taruh di meja makan. Kalau nggak dimakan sekarang, bisa dimakan besok, kata hati Sagara.Sagara segera masuk kamar. Di sana istrinya sudah menunggu. Di hadapannya lengkap ada sepiring nasi.“Ini, Yang. Maaf ya, agak lama tadi motornya mogok,” ujar Sagara.“Alhamdulillah, akhirnya dapat juga.”Safira pun menikmati Sate Maranggi dan nasi dengan lahap.“Kamu makan bareng sama aku ya,” pinta Safira.“Lha kalau gitu aku jadi ngidam
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-22
Baca selengkapnya

Bab 40 | Dihantui Trauma

  “Apa yang dilakukan Ara itu sebuah kesalahan  besar. Shalat Taubat sudah pasti harus dilakukan. Ya kita juga harus lakukan shalat itu, kita juga selama ini ikut andil karena kita mungkin ada yang salah saat mendidiknya. Ada yang harus kita benahi dari parenting kita, Pa.”“Sepakat. Insya Allah, kita akan terus berbenah. Papa akan agendakan ngobrol dengan Ara, terkait shalat Taubat ini.”“Pa, kita ajak mereka nginep di rumah ya?” kata istri Ustaz Reza.“Kita coba ya...”Usai acara wisuda itu, mereka pun pulang. Namun sebelum melajukan kendaraan, Ustaz Reza meminta izin kepada Pak Indra.“Pak, saya bermaksud mau ajak Fira dan Ara nginep di rumah ya?”“Ya, silakan. Alhamdulillah sekarang Fira sudah plong. Dia lebih leluasa.”Seperti hal saat berangkat, Sagara dan Safira masuk ke mobil Ustaz Reza. Sedangkan Berliana masuk ke mobil Pak
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-23
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status