Beranda / Pernikahan / Ikatan Tak Dirindu / Bab 29 | Pillow Talk

Share

Bab 29 | Pillow Talk

Penulis: Biru Tosca
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Safira berpikir. “Boleh, tapi kamu nggak bisa terus-terusan nyuapin aku ya. Kalau lagi sibuk kan pastinya bikin makannya jadi lebih lama.”

“Lagian siapa yang mau nyuapin kamu,” Sagara pura-pura cuek. Dia ingin menggoda lagi istrinya.

“Iih. sebel deh. Ya udah. Terserah,” Safira cemberut.

“Maaf deh.. Maaf ya, Sayang,” kata Sagara sambil mengelus-elus rambut istrinya.

“Oke… tenang, besok-besok, pake sendok dan garpunya sepasang. Jadi tetap makan sepiring dan menyuap masing-masing hehe,” lanjut Sagara.

Sepiring nasi pun akhirnya habis.

“Nggak kerasa ya, kok udah abis lagi,” ujar Sagara.

“Kamu masih laper?”

“Enggak ah. Udah kenyang kok...”

“Jangan boong ah… mana mungkin kamu udah kenyang. Dedek bayi di perut juga pasti belum kenyang. Kamu harus makan banyak. Lagian aku juga masih laper,” kata

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ikatan Tak Dirindu   Bab 30 | Detik-Detik Terakhir

    “Aku … nggak ngapa-ngapain. Cuma betulin selimut kamu aja takut kamu kedinginan,” Safira menjawab terbata-bata saking gugupnya. Tubuhnya mendadak meriang.Duuh, kok jadi meriang begini, ya, pikir Safira.“Jangan pergi! Ayo lanjutkan,” pinta Sagara.“Apaan, sih kamu ini nakal!” Safira memukul tangan Sagara.“Nakalan siapa sama yang diam-diam nyium pas lagi orangnya lagi tidur hayo?”“Iiih… kamu ini,” Safira memukul-mukul dada dan bahu Sagara.Seperti biasa, Sagara mengedipkan sebelah matanya ke arah Safira.“By the way, kenapa kamu tadi kamu kok kayak niat banget ya nyium aku?” tanya Sagara sambil menahan tawanya.Sekali lagi Safira melayangkan pukulan ke arah bisep suaminya.“Puas banget kamu. Puas? Dasar!”“Gimana rasanya, seneng nggak?” Lagi-lagi Sagara mencoba menahan tawanya.&ldqu

  • Ikatan Tak Dirindu   Bab 31 | Berjuang Bersama

    “Pa, dia juga sama kayaknya sibuk juga. Dia juga lagi ngejar revisian skripsi.”“Ma, Pa.. makasih banyak ya. Berangkat dulu,” ucap Sagara sambil mencium tangan mertuanya satu per satu.“Assalamualaikum,” ucap Sagara. Dia berlalu meninggalkan mertuanya.Beberapa menit kemudian dari dalam rumah terdengar suara mobil dinyalakan dan melaju keluar dari halaman rumah kediaman Pak Indra.Sementara di dalam kamar, sayangnya di sela kesibukannya merevisi naskah skripsi, Safira malah kepikiran obrolannya tadi dengan Sagara.Kasihan banget Papa dan Mamanya pengen liat foto wisuda dia. Apa masih mungkin ya, dia untuk mendaftarkan diri ikutan wisuda? Safira bertanya sendiri dalam hati.Mungkin, usai sidang, aku kan nanti daftar wisuda. Aku coba tanya-tanya deh, mudah-mudah masih bisa. Kalau bisa bersyukur banget jadi bisa wisuda bareng-bareng.Safira pun kembali fokus menatap layar laptop. Saking f

  • Ikatan Tak Dirindu   Bab 32 | Hati yang Retak

    Berliana menyaksikan Safira yang mematung. Suasana hatinya tak nyaman. Dia merasa yakin, dari tadi kakaknya mendengar percakapannya dengan Benua.Berliana menatap Safira agak lama.“Lian kamu kenapa, kok diam?” tanya Benua.“Kak, nanti ngobrol-ngobrolnya dilanjutin ya,” kata Berliana. “Kami mau berangkat jalan-jalan ke taman nih. Mau refreshing setelah seminggu ini kami disibukkan sama revisian hehe.”“Oke… kamu bilang kami. Berarti kakakmu mau sidang juga?”“Iya, Kak. Kita barengan.”Benua tampak berpikir lagi.“Oh, oke. Selamat berjuang ya. Semoga kamu dan kakakmu dilancarkan.”“Amiin. Makasih ya, Kak.”“Salam buat Fira.”“Oke, Kak. Nanti aku sampaikan. Pamit ya, Kak. Assalamualaikum.”“Waalaikumussalam warahmatullah.”Percakapan keduanya pun berakhir.

  • Ikatan Tak Dirindu   Bab 33 | Tragedi Usai Sidang

    Safira bertanya seperti itu karena masih penasaran karena tadi dia tidak mendengar atau melihat Mamanya ngobrol dengan Papanya di telepon.Kalau saja mama tidak ingat putrinya sedang hamil, dia ingin sekali memarahinya. Tadi kamu ke mana aja sih? Masa nggak denger obrolan Mama dan Papa di telp. Hari ini kamu benar-benar aneh, Mama hanya bisa menggerutu dalam hati.Setelah mereka sampai rumah, Mama segera ke kamar mencari suaminya. Rupanya suaminya sedang berbaring dengan tertutup selimut.Safira dan Berliana pun ikut masuk.“Badanmu sangat panas, Pa,” kata sang istri setelah memegang kening dan tangan suaminya.“Iya, meriang, Ma,” kata Papa pelan“Lian tolong ambilkan termometer ya..” pinta Mama.Berliana pun segera mengambil termometer di kotak P3K.“Sini aku yang pasang,” kata Safira.Kemudian Safira memasangkannya di ketiak ayahnya.Beberapa saat , S

  • Ikatan Tak Dirindu   Bab 34 | Kehangatan

    “Kamu jangan naif. Dia itu istriku. Aku sangat mencintai dia. Dan kamu ini siapa?” Sagara menatap Granita dengan murka.Safira, Sagara, dan Berliana segera masuk lift. Granita masih mencoba mengejar.“Ara, tunggu...” Granita mau masuk lift, sayangnya pintunya sudah tertutup.“Kenapa sih dia kok gitu amat ya, Kak?” tanya Berliana pada Sagara.“Dia emang aneh. Otaknya udah eror kali,” Sagara menjawab sekenanya. Suasana hatinya masih diliputi kekesalan.“Aneh itu orang. Masa aku dibilang pelakor,” ucap Safira sambil cemberut.“Udah, Yang. Nggak usah diambil hati. Rugi kita yang normal terpengaruh sama pikiran eror orang nggak normal macam begitu,” kata Sagara sambil tersenyum dan merangkul pundak istrinya.“Aku heran aja sama dia. Masa orang kamu dan dia nggak nikah ka? Masa aku dibilang pelakor. Okelah kalau kamu dan dia memang punya masa lalu. A

  • Ikatan Tak Dirindu   Bab 35 | Tergoda

    “Lumayan, Pa,” jawab Safira mencoba tenang.“Di sini rasanya pengap. Pengen udara segar. Ini masih lama nggak, kapan nyampenya?” Safira melirik Sagara.“Padahal AC-nya nyala ya,” ujar Safira.“Enggak tau tetep pengap. Tetap beda,” ujar Safira.“Sabar ya, Yang. Bentar lagi.”Safira mengeluarkan aromaterapi citrus dari tasnya dan menghirupnya.Safira mencoba menyandarkan kepalanya ke jok belakang. Dia mencoba tenang dengan kondisi yang dirasakannya.Akhirnya, waktu yang ditunggu-tunggu tiba. Mobil masuk ke area sebuah restoran padang. Sagara segera turun dan membukakan pintu untuk Safira.“Alhamdulillah, nyampe nih,” Sagara memberikan tangannya sebagai pegangan kepada Safira agar ia bisa turun dengan lancar.Safira pun meraih tangan Sagara.“Makasih.”Sagara menuntun istrinya dengan pelan masuk ke dalam restoran.

  • Ikatan Tak Dirindu   Bab 36 | Meriang Pembawa Keberuntungan

    “Sembarangan,” ucap Safira sambil melepaskan pelukan suami.Sagara menarik tubuh istrinya ke dalam pelukannya. Pipi Safira kini bersentuhan dengan dada suaminya. Sagara mengelus-ngelus lembut kepada istrinya yang masih mengenakan kerudung.“Kalau aku bantu buka kerudungmu boleh?”Sebenarnya Safira merasakan kehangatan dan kenyamanan saat berada di pelukan Sagara. Namun dia berusaha menghindar.Aku nggak boleh terbuai, kata hati Safira.“Enggak,” jawab Safira ketus.Safira pun segera melangkah masuk ke kamar mandi, namun tangannya langkah tertahan, tangannya ditarik ke pelukan Sagara.“Lepaskan, apa-apaan sih? Aku mau ganti baju dulu,” ungkap Safira, ketus.“Oke, aku lepas,” kata Sagara. “Nanti kita bisa tidur bareng kan?”“Jangan harap!” kata Safira sambil menutup kamar mandi. Setelah kamar mandi terkunci, dia dengan leluasa mengganti pak

  • Ikatan Tak Dirindu   Bab 37 | Siap Dikunjungi?

    “Aku mau keluar dulu. Kayaknya sore-sore begini di luar seger,” ucap Safira.“Kamu biarin aku sendirian ya, Yang?”“Kalau ada aku, kamu nggak bisa istirahat.”“Enggak, aku pengen ditemani kamu, Yang,” ucap Sagara masih belum melepaskan tangan istrinya.“Oke, kalau gitu. Aku temani, kamu.”Safira kembali duduk.“Nah gini, dong. Aku seneng banget, bisa deket-deketan sama istriku tercinta,” ucap Sagara sambil mengelus-ngelus tangan istrinya.Safira pun mendekat ke arah kepala suaminya. Dia mengusap-usap kepala suaminya.“Maafin aku ya, Yang. Aku sudah zalim sama kamu,” ucap Safira dengan tulus. Air matanya berderai. Dia pun mengecup kening suaminya yang masih terasa panas. Air matanya sebagai tumpah ke wajah suaminya.“Nggak usah minta maaf. Justru akulah yang harusnya minta maaf. Dosaku padamu sangat banyak. Mudah-mudaha

Bab terbaru

  • Ikatan Tak Dirindu   Bab 52 | Hadiah Cinta

    “Pa, ayo buruan berangkat, nanti Bima kesiangan,” Bimantara tampak sangat bersemangat. Dia menarik lengan ayahnya.Safira, Sagara, dan Bimantara baru saja menuntaskan sarapan pagi. Ada panggilan masuk dari gawai Sagara.“Bentar, sayang. Papa angkat telepon dulu ya…”“Assalamualaikum Pak. Gimana kabarnya Pak?”“Waalaikumussalam. Alhamdulillah baik, Pak.”“Wah lama nggak ketemu ya, Pak. Ada yang bisa saya bantu?” ucap Sagara.“Begini Pak.. hari ini kita bisa ketemu, saya ada produk baru dan sangat prospektif.”“Bisa. Bapak dateng aja ke kan

  • Ikatan Tak Dirindu   Bab 51 | Terusik Masa Lalu

    “Sinii… ini punyaku,” teriak Fayra sambil mempertahankan boneka kucingnya agar tidak jatuh ke tangan Bima. “Aku pinjem,” Bima tetap maksa dan menarik kuat-kuat boneka kucing itu. “Enggak…ini kucingku.” Bima dan Fayra masih tetap tarik menarik. Masing-masing tak ada yang mau mengalah. Karena Bimantara adalah anak laki-laki, tentu tenaganya pun lebih kuat, akhirnya dia berhasil merebut boneka kucing itu dan membawanya lari. “Yee…. aku menang… aku menang!” ucap Bima sambil berjingkrak. Fayra menangis. “Kamu jahat!” Fayra yang merasa bonek kucing itu adalah milik mengejar Bima sambil menangis.

  • Ikatan Tak Dirindu   Bab 50 | Doa di Bukit Cinta

    Sesuai rencana, sepulang dari Paris, mereka berempat bersiap untuk berangkat ke Tanah Suci. Sagara mengurus semua biaya akomodasinya. Papa Sagara memang punya sebuah unit bisnis tour and travel haji dan umrah. "Makasih ya, Sayang. Semoga sepulang kita dari Tanah Suci. Allah selalu membimbing kita menjadi pribadi yang lebih baik dan bermanfaat untuk banyak orang." Sagara mengaminkan. "Insya Allah, semoga ini jalan salah satu jalan yang bisa menguatkan cinta kita pada Allah dan mengukuhkan cinta di antara kita." Bahkan, ternyata tidak hanya mereka berempat yang berangkat. Begitu keluarga mereka tahu, orang tua Safira, orang tua Sagara dan orang tua Benua memutuskan untuk ikut. Jadinya, ini menjadi umrah sekeluarga. Mereka sekeluarga bergabung bersam rombongan umrah yang dibimbing langsung oleh ayah Sagara, Ustaz Reza. Pesawat pun terbang dari Jakarta menuju Jeddah. Mereka mengikuti rangkaian prosesi ibadah umrah. K

  • Ikatan Tak Dirindu   Bab 49 | Surga Cinta

    Di kamar hotel, Sagara dan Safira bangun untuk menunaikan salat Subuh. Keduanya menunaikannya dengan berjamaah."Yang, kita bobo lagi yuk," kata Sagara usai berzikir bakda Subuh."Jangan dong, kan nggak boleh tidur lagi habis Subuh. Bisa mewariskan kefakiran. Nanti rezeki kita keburu dipatok ayam," kata Safira."Iya, aku juga tahu kok. Maksud aku bobo lagi ya bukan bobo dalam yang sebenarnya. Kita ngobrol aja gitu pillow talk. Mau kayak malam juga nggak apa-apa," ungkap Sagara sambil membayangkan malam terindahnya yang ia habiskan bersama Safira di kota romantis ini."Idiih, lagi udah mandi juga kali. Kamu kok jadi ketagihan sih," Safira menyikut suaminya, masih menggunakan mukena."Bukannya bagus ya, kalo suami addict sama istrinya. Yang nggak boleh itu kan zina. Harusnya kamu seneng.""Iya juga sih," Safira tersipu. Kali ini dia sudah menanggalkan mukenanya.Sagara masih terbayang malam indah bersama istrinya. Dia bena

  • Ikatan Tak Dirindu   Bab 48 | Meramu Bahagia

    “Banyak pilihan, bisa jalan-jalan di dalam negeri keluar negeri,” jawab Benua. Dia sudah mulai mengarahkan rencananya.Ngapain dia ngomong gitu. Jangan-jangana ada udang di balik batu lagi, pikir Sagara.Sagara sejujurnya tidak menghendaki kebersamaan yang mendekatkan Safira dan Benua. Dia bertekad untuk melakukan apapun agar Benua dan Safira tidak terlalu sering ketemu.Tapi bagaimana caranya kalau sebentar lagi mereka akan hidup berdekatan, rumah mereka bersebelahan."Yuk ah jalan yuk," ajak Sagara. Dia sudah merasa bosan dengan keberadaan Benua."Bro, kok buru-buru amat sih, ngobrol-ngobrol dulu aja di sini, Bro," ujar Benua mencoba mengakrabkan diri dengan Sagara. Niat dia sebenarnya baik.Mungkin sudah saatnya bagiku untuk mengikhlaskan semuanya. Aku harus belajar mencintai Lian sepenuhnya. Tidak baik juga aku menyimpan perasaan kepada kakak iparku sendiri. Aku akan berjuang melawan perasaan ini, pikir Sagara.

  • Ikatan Tak Dirindu   Bab 47 | Tetangga Sebelah

    “Tahun depan aja… ” Safira gemas. “Ya udah buruan kita berangkat sekarang aja.”“Ya, udah aku siap-siap ya,” kata Sagara. Dia pun mengganti pakaian. Safira juga demikian. Dia mengenakan hijab syar’i terbaiknya.Setelah keduanya siap, mereka masuk mobil. Dan mobil pun melaju menuju kawasan Bintaro Sektor 9. Tangerang.Selama di dalam kendaraan mereka asyik berbincang. Keduanya membicarakan berbagai rencana masa depan rumah tangga.“Yang, kapan rencana kamu kuliah lagi?” tanya Safira.“Dalam waktu dekat. Tapi untuk saat ini aku prioritas ke kamu dulu. Aku ingin kamu bisa bisa hidup bahagia dulu dengan aku. Kalau kamu udah baikan, ya aku bakal segera daftar kuliah S2.”“Lha kenapa kok jadi bergantung ke aku… kok gitu sih?”“Ya kan aku sekarang imam kamu. Aku harus mastiin makmumku aman dulu. Kalau urusan rumah tangga selesai, l

  • Ikatan Tak Dirindu   Bab 46 | Sahabat Sejati

    Benua dan Berliana tampak mengobrol sangat akrab.“Kasihan sekali Kak Fira. Semoga Allah segera mengganti segala derita yang dialaminya dengan kebahagiaan,” kata Berliana.“Kurasa dia sangat terpukul,” ucap Benua.“Aku ingin sekali membuat Kak Fira terhibur, tapi gimana caranya ya?”“Mungkin kamu harus sering ajak dia jalan-jalan kali. Oia aku punya ide, tapi nggak tahu juga apakah ini ide yang bagus atau enggak?”“Apa, Kak?”“Mungkin biar Fira nggak terus-terusan bersedih, kita bisa jalan bareng ke mana gitu. Kita bisa liburan bareng. Yang aku tahu, dia itu pengen banget menginjakkan kaki di Menara Eiffel. Kita bisa ajak dia ke sana, kali aja itu bisa membuat dia lebih bahagia.”“Aku sih oke-oke aja. Coba aja nanti kita beli tiketnya. Nanti berangkat ke sananya siapa aja?”“Kita bisa berangkat berempat. Aku, kamu, Safira, da

  • Ikatan Tak Dirindu   Bab 45 | Berburu Ketenangan Hati

    “Aku hanya ingin tidur sendiri,” jawab Safira datar.“Apa aku mengganggu dan mengancammu?” Sagara benar-benar gemas pada istrinya.“Aku takut kamu menyakitiku lagi,” kata Safira.Sagara tertawa. Sungguh dia sangat menyayangkan, kenapa trend perubahan istrinya bergerak ke arah negatif?“Sayang, kamu lupa ya. Mana mungkin aku melakukannya. Kamu kan lagi nifas. Kalau aku memaksamu di saat seperti itu lagi-lagi aku menambah dosa. Percayalah, aku masih bisa bersabar menunggumu.”Safira kalah strategi. Dia benar-benar lupa. Memang benar dia sedang nifas.Namun sebenarnya bukan itu masalahnya. Entah mengapa dia merasa benar-benar muak dan tidak ingin berada di dekat suaminya.Namun Safira tak mau jujur. Dia tak ingin hati Sagara sakit. Dia tak bisa membayangkan jika malam ini dia harus tidur seranjang bersama suaminya.Malas banget. Tapi kalau aku blak-blakan, hatimu bisa r

  • Ikatan Tak Dirindu   Bab 44 | Hujan Air Mata

    “Mohon maaf, kami hanya bisa berikhtiar. Takdir Allah berkata lain,” kata seorang dokter laki-laki memberikan kabar pedih itu di hadapan Safira dan seluruh keluarganya.“Tidak… anakku masih hidup. Kamu bisa bertahan, kamu akan kuat, Nak,” Safira tergugu. Tubuhnya yang lunglai ditopang oleh Sagara.Saat tiba di rumah sakit, nyawa si kecil Tiar tak terselamatkan. Dia sudah tak bernyawa. Dia meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakitSafira menatap jasad putrinya dengan berlinang air mata.“Nak, kamu akan tumbuh besar. Kamu akan hidup bahagia bersama Mama dan Papa,” Safira mengajak jenazah si kecil Tiar.Semua yang menyaksikan pemandangan itu, tentu amat tersayat.Sagara memeluk Safira dengan erat. “Sayang, kamu harus kuat. Benar kata pak dokter, ini sudah takdir Allah. Sekarang kita harus bersiap mengurus pemakaman Tiar,” ucap Sagara.“Tidak. Dia nggak boleh d

DMCA.com Protection Status