Share

TRAGEDI MATI LAMPU

Pemain peran terbaik versiku adalah kamu

Sebentar acuh tak acuh, sedetik kemudian kau memuja

Padahal aku tidak lagi berharap padamu

Karena kau terlalu ambigu dan mudah lupa

***

Aku masih termangu di belakang punggung Bang Habib. Sudah dua puluh menit berlalu, tapi dia masih tergugu sambil mengusap batu nisan Mbak Naya. Sementara itu, anak-anak menangis menumpahkan kerinduan pada ibunya yang sudah berkalang tanah. Aku paham kesedihan mereka, tetapi bisakah memandang keberadaanku di sini? Aku bagai orang asing di antara keluarga mereka.

Aku mengeglengkan kepala. Tidak sepantasnya aku berpikir seperti ini. Bukan anak-anak yang aku salahkan, tetapi hati terlanjur kecewa dengan sikap Bang Habib, ayah kandung Muthia dan Liyana.

Akhirnya aku jongkok di atara kedua malaikat kecil ini, lalu membawa mereka ke dalam pelukan. Kami berbagi tangis. Di antara kerinduan pada perempuan bermata bulat dan rasa sakit yang teramat pekat aku rasakan. Mbak Naya tidak salah, akulah yang terlalu banyak ber
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status