Share

SEBUAH PERMAINAN

Aku mematut diri di depan cermin tolet jati berwarna hitam. Menyapu pipi dengan blush on agar tidak pucat. Hari ini aku ada janji dengan Mbak Viona dan untuk pekerjaanku, pagi tadi aku telah meminta izin pada Profesor Lauren dengan alasan masih belum fit. Bukannya aku berbohong, saat subuh tubuh ini menggigil seperti orang meriang. Belum lagi rasa pusing dan mual yang menyerang, hingga membuat tubuhku semakin lemah.

Kemarin, Mbak Viona belum sempat mengatakan rencana karena kedua ibuku menyusul ke kamar. Kami terpaksa bersandiwara. Adik kandung Bang Habib itu meminta aku berbaring di ranjang setelah membuka tunik yang aku kenakan dan membalur tubuhku dengan minyak kayu putih yang tersimpan di laci.

Bersusah payah aku dan Mbak Viona menyembunyikan sisa air mata dengan mengaplikasikan bedak di wajah. Untung saja, kedua perempuan bergelar kakak adik itu tidak curiga. Mereka justru khawatir padaku. Mbak Viona memberi alasan bahwa aku masuk angin dan asam lambung kumat, sehingga harus d
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status