Share

SISA WAKTU

Penulis: Ova Bakri
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-24 12:55:03

Waktu yang bergulir terasa cepat

Sepertinya poros waktu tidak mengizinkanku untuk berleha-leha barang sekejap

Sedikit lagi, batas akhir akan merapat

Lantas, ke manakah aku setelah janji terlanjur diucap

***

Sesuai janji Bang Habib, hari ini kami akan mengunjungi Mbak Naya di pemakaman umum Babat Jerawat yang terletak di Jalan Raja Sememi. Pagi sekali, Muthia dan Liyana tampak antusias karena sudah lama tidak ziarah. Terakhir kali, dua bulan lalu saat aku tidak disibukkan dengan pekerjaan.

Cuaca awal Februari sedikit mendung hari ini, tetapi tidak ada satu tetes hujan pun yang turun sejak tadi. Mungkin Allah ingin berbaik hati agar anak-anak tidak kepanasan saat menjambangi makam ibu kandungnya. Kasihan juga jika mereka bermandikan keringat. Mengingat kamu akan lama menghabiskan waktu di sana. Biasanya memang seperti itu.

Aku masih mematut diri di depan tolet jati,di dalam kamar. Mengaplikasikan blush on agar tidak terlalu pucat, serta lipstik berwarna nude di bibir yang tampak keri
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • ISTRI BAYANGAN TUAN CEO   TRAGEDI MATI LAMPU

    Pemain peran terbaik versiku adalah kamuSebentar acuh tak acuh, sedetik kemudian kau memuja Padahal aku tidak lagi berharap padamu Karena kau terlalu ambigu dan mudah lupa ***Aku masih termangu di belakang punggung Bang Habib. Sudah dua puluh menit berlalu, tapi dia masih tergugu sambil mengusap batu nisan Mbak Naya. Sementara itu, anak-anak menangis menumpahkan kerinduan pada ibunya yang sudah berkalang tanah. Aku paham kesedihan mereka, tetapi bisakah memandang keberadaanku di sini? Aku bagai orang asing di antara keluarga mereka.Aku mengeglengkan kepala. Tidak sepantasnya aku berpikir seperti ini. Bukan anak-anak yang aku salahkan, tetapi hati terlanjur kecewa dengan sikap Bang Habib, ayah kandung Muthia dan Liyana.Akhirnya aku jongkok di atara kedua malaikat kecil ini, lalu membawa mereka ke dalam pelukan. Kami berbagi tangis. Di antara kerinduan pada perempuan bermata bulat dan rasa sakit yang teramat pekat aku rasakan. Mbak Naya tidak salah, akulah yang terlalu banyak ber

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-24
  • ISTRI BAYANGAN TUAN CEO   TRAGEDI MATI LAMPU 2

    Sebercanda itu dia bermain dengan hatiApa dia pikir hatiku ini terminal?Sebanyak singgah, setelah itu berlalu pergi Menciptakan kenangan baru yang tertinggal*** Aku melerai pelukan dan berbalik membelakangi Bang Habib. Mataku liar mencari handuk atau kain apa pun untuk menutup tubuh polos ini. Namun, aku tidak menemukan apa yang aku cari. Di belakang punggung, aku dapat merasakan gerak yang merapat tanpa celah. Diakah?"A--apa Abang bisa keluar? Ra mau mandi." Berhati-hati aku berkata. Takut dia tersinggung dengan ucapanku. Ya, begitulah aku menjaga perasaan laki-laki yang berdiri di belakang punggungku. Tidak seperti dia, si penabur luka.Bang Habib masih bergeming, dia pun tidak mengucapkan sepatah kata pun. Ah, menyapa dia mendadak menjadi patung? Apa karena tubuhku ini? Aku mengumpat di dalam hati. Tidak seharusnya aku takut gelap. Lagian, peristiwa itu sudah lama berlalu, tetapi tetap mempengaruhi alam bawah sadar.Sebaiknya nanti aku melakukan terapi agar tidak ada kejadian

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-25
  • ISTRI BAYANGAN TUAN CEO   DIA MULAI CURIGA

    Kopiku memang pahit, tetapi tidak dengan hidupku. Semua rasa ada di dalam kehidupan yang aku jalani, aku nikmati dengan suka cita. Baik itu manis, getir, kelat, bahkan hambar. Jalani saja, jangan mengeluh, itu prinsipku.-Rara Audy Sanjaya-***Pertengahan Februari, Ahad ketiga, semua warna berpendar dalam hidupku. Bukan hanya hitam kelam, tetapi juga warna oranye keemasan bermain indah di relung hati. Tidak perlu aku ingat kalimat menyakitkan usai percintaan kami semalam. Aku cukup tahu bahwa setiap rasa nan tercipta, merupakan nyanyian pengiring permainan di atas pentas kehidupan.Di atas sajadah, aku meminta agar Allah menguatkan dan memberi petunjuk. Jika tidak ada lagi jalan untuk bertahan, maka aku memilih pergi dari kehidupan Bang Habib. Aku tidak ingin menuruti permintaan gilanya itu. Lebih baik sendiri membesarkan anak dan memikirkan masa depannya meski aku tidak tahu apa yang terjadi nanti.Ya, keputusanku sudah bulat. Jika sisa waktu yang ada tidak membuat dia luluh, maka

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-26
  • ISTRI BAYANGAN TUAN CEO   DILEMA

    Bagai makan buah simalakama Begitulah kondisiku saat iniJujur salah, diam pun rasanya serba salahLantas, aku harus apa?***Bang Habib masih memandangku lewat pantulan cermin, hingga tatapan kami bersirobok. Mata elang itu seakan mengunci pergerakan sendi di seluruh tubuh ini. Aku tidak dapat bergerak, lidah pun teras kelu. Bahkan, aliran darah seakan berhenti, seiring waktu yang sekaan berhenti berputar.Bang Habib membalikkan tubuhku, sehingga kami jadi berhadapan dengan jarak dekat. "Kamu hamil, Ra? Jawab Abang!" Dia berteriak dengan napas memburu. Aku menunduk sembari mengatur debaran jantung, lalu menjawab pertanyaannya dengan merangkai kebohongan lain. "Abang jangan mengada-ngada. Asam lambung Ra naik akhir-akhir ini."Dia memicingkan mata, lalu menghela napas beberapa kali. Mungkin untuk mengurai emosi yang ada. "Benarkah?" Aku hanya mengangguk menanggapi, tentu saja bibir masih melengkung membentuk senyum tipis.Sekarang mungkin aku bisa berbohong, tetapi tidak untuk ke

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-27
  • ISTRI BAYANGAN TUAN CEO   KETAHUAN

    Waktu berhentilah barang sejenak, lalu berputar kembali ke masa lalu. Aku bingung saat mata dengan bola berwarna cokelat madu itu menuntut jawaban dari pertanyaan yang dia lontarkan. Dia memutar tubuhku agar kami saling berhadapan. Dia yang tidak bisa dibohongi dengan alasan apa pun. Ah, mengapa jadi begini?"Kita harus bicara!" Ucapannya yang tegas dan.tidak terbantah, membuat kaki ini melangkah pasrah saat dia menyeret tanganku entah ke mana.Melewati ruang keluarga, semua keluarga menatap heran dan penuh selidik. Meski begitu, orang yang menyeret tanganku dengan lembut ini tidak memedulikan saat Mama Hani bertanya kami mau ke mana. Dia mengajakku ke lantai dua. Lebih tepatnya menuju kamarku."Masuk!" Kembali dia memberi perintah setelah pintu kamar dia buka. Kamarku ini memang tidak pernah dikunci agar asisten rumah tangga dapat membersihkan secara berkala. Mama sangat memercayai mereka, begitu pula aku.Kamar yang didominasi warna biru mengembuskan hawa segar saat dia menyalakan

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-27
  • ISTRI BAYANGAN TUAN CEO   SEBUAH PERMAINAN

    Aku mematut diri di depan cermin tolet jati berwarna hitam. Menyapu pipi dengan blush on agar tidak pucat. Hari ini aku ada janji dengan Mbak Viona dan untuk pekerjaanku, pagi tadi aku telah meminta izin pada Profesor Lauren dengan alasan masih belum fit. Bukannya aku berbohong, saat subuh tubuh ini menggigil seperti orang meriang. Belum lagi rasa pusing dan mual yang menyerang, hingga membuat tubuhku semakin lemah. Kemarin, Mbak Viona belum sempat mengatakan rencana karena kedua ibuku menyusul ke kamar. Kami terpaksa bersandiwara. Adik kandung Bang Habib itu meminta aku berbaring di ranjang setelah membuka tunik yang aku kenakan dan membalur tubuhku dengan minyak kayu putih yang tersimpan di laci.Bersusah payah aku dan Mbak Viona menyembunyikan sisa air mata dengan mengaplikasikan bedak di wajah. Untung saja, kedua perempuan bergelar kakak adik itu tidak curiga. Mereka justru khawatir padaku. Mbak Viona memberi alasan bahwa aku masuk angin dan asam lambung kumat, sehingga harus d

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-28
  • ISTRI BAYANGAN TUAN CEO   MEMULAI PERMAINAN

    Aku masih menanti dengan perasaan gelisah, tetapi perempuan cantik yang duduk di hadapanku ini justru tersenyum penuh teka-teki. Apa yang dia rencanakan? Mengapa dia menanyakan tentang Tommy? Berbagai tanya berkelebat dalam pikiran, namun aku tidak menemukan jawaban apa pun.Mbak Viona tertawa kecil, lalu berkata, "Telepon Tommy sekarang! Suruh dia menyusul kita ke sini. Bukannya dia sekarang bersama laki-laki bodoh itu? "Untuk apa, Mbak?" tanyaku bingung.Mbak Vioana menjentikkan jari, lalu menjawab, "Lakukan saja. Kamu akan tahu nanti."Aku semakin mengernyitkan dahi, tetapi tetap mengikuti perintah Mbak Viona. Gawai aku ambil dari sling bag yang aku letakkan di atas kursi kosong. Nama Tommy aku cari dalam daftar kontak benda pipih berwarna hitam ini dan mulai melakukan panggilan telepon. Pada panggilan ketiga, laki-laki yang gemar becanda itu menjawab panggilan. Mungkin dia sibuk dengan pekerjaannya."Mas Tonny di mana?" Pertanyaan pertama setelah aku mengucap salam."Aku baru

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-28
  • ISTRI BAYANGAN TUAN CEO   DASAR ANEH

    Atmosfer terasa begitu panas. Aura permusuhan terpancar jelas dari laki-laki bergelar suami ini. Dia hanya berdiri tegak tanpa mengucapkan satu patah kata pun. Memandang Tommy seperti ingin menerkam saja. Sementara itu, Mbak Viona dengan santainya tertawa sambil memainkan gawai. Entah apa yang dia lihat dari benda pipih itu. Sejak Bang Habib di sini, matanya tidak lepas dari gawai.Aku tidak berani menatap Bang Habib. Hanya melirik dari ekor mata saja seraya memilin jari di atas paha. Mendadak aku menjadi tidak enak hati karena melibatkan Tommy di dalam permasalahan kami. Tetapi, bukannya aku tidak sepenuhnya salah. Dia yang meminta agar aku lebih dekat dengan Tommy. Lantas, mengapa dia tidak terima.Tommy berdeham dan tegak berdiri. "Pak Habib, silakan duduk." Tommy bergeser dan meminta Bang Habib agar duduk di sampingku. Meja ini, hanya menyediakan empat kursi berbahan stainless steel saja. Aku dan Tommy duduk bersisian, tapi tetap berjarak. Sementara Mbak Viona duduk sendiri di seb

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-28

Bab terbaru

  • ISTRI BAYANGAN TUAN CEO   MENEPI

    Perpisahan memang tidak pernah diharapkan, tetapi langkah itu dapat menjadi salah satu solusi agar batin lebih tenang. Aku pun tidak tahu batas akhir perpisahan kami. Semoga, akan ada pelangi setelah badai yang menerpa kehidupan rumah tanggaku dan berharap Bang Habib menyadari kekeliruan dia selama ini.Penebangan dari Surabaya ke Kota Pekanbaru memakan waktu sekitar lima jam. Sebentar lagi pesawat akan mendarat di Bandara Sultan Syarif Kasim II. Artinya, sebentar lagi, aku akan memulai hidup baru di Kota Madani itu. Seorang diri, tanpa keluarga yang mendampingi. Tetapi, aku yakin bahwa Allah akan selalu melindungi setiap langkahku. Semoga.Aku melirik jam di pergelangan tangan. Sudah lebih pukul delapan malam. Rasanya, tubuhku terasa lelah. Mungkin karena terlalu banyak menangis usai menemui Muthia dan Liyana siang tadi. Sekuat apa pun menahan sedih, tapi ternyata aku tidak sekuat itu. Apalagi, anak-anak tidak mau melepas pelukan terakhir kami."Mama janji kalau semua urusan peker

  • ISTRI BAYANGAN TUAN CEO   PERTEMUAN TERAKHIR

    Aku menunggu dengan gelisah karena Bang Tengku belum juga kembali ke kamar inap. Setelah aku pikirkan baik-baik, akan lebih baik jika bertemu langsung dengan anak-anak. Aku tidak ingin mereka beranggapan bahwa aku tidak menyayangi mereka dan berpikir bahwa sengaja menjauh. Tidak. Jangan sampai mereka berpikir buruk tentangku! Cukup Bang Habib saja.Tiga puluh menit sebelum pukul sepuluh, Bang Tengku kembali ke ruang inap dengan membawa amplop dan obat di dalam kantong plastik di tangan. Dia tersenyum tipis, lalu memberi perintah pada anak buahnya agar membawa koperku keluar."Maaf membuat kamu menunggu lama. Antrian panjang di apotik dan bagian administrasi, makanya Abang baru selesai." Tanpa diminta, Bang Tengku memberi penjelasan. Sedikit ragu, aku mendongak, lalu mengumpulkan keberanian untuk meminta lebih. Anggaplah aku tidak tahu diri karena sudah ditolong, tapi malah ngelunjak. Itu jauh lebih baik, daripada aku menyesal nantinya."Ada yang mau kamu sampaikan?" Seakan dapat memb

  • ISTRI BAYANGAN TUAN CEO   MELIHATMU DARI KEJAUHAN

    Perempuan itu ....Memiliki tangan yang luar biasa. Dia bisa melakukan banyak pekerjaan dalam satu waktu dengan kedua tangannya. Padahal, komposisi tangan laki-laki dan perempuan itu sama saat Tuhan menciptakan kita.Kedua tangannya mampu memberi kehangatan untuk suami dan anak-anaknya. Sekaligus memberi rasa nyaman lewat pelukan.Perempuan itu ....Memiliki dagu yang terangkat angkuh. Dia membuktikan bahwa dia kuat saat suami dan anak-anaknya dalam kondisi tidak baik-baik saja. Sakit, misalnya. Atau di saat suaminya hancur dan butuh dukungan.Dengan dagu terangkat, dia mengatakan bahwa dia kuat dan tidak rapuh saat badai memporak porandakan hatinya. Dia pemain peran yang ulung.Dengan dagu terangkat, dia menahan air mata yang merebak hendak dikeluarkan. Agar suami dan anak-anaknya tetap merasa nyaman.Perempuan itu ....Memiliki otak yang cerdas. Dia pemikir sekaligus negosiator ulung dibanding laki-laki. Dia teman diskusi yang memiliki banyak taktik. Dengan otak kecilnya, dia bis

  • ISTRI BAYANGAN TUAN CEO   DIA BERTAHAN

    Jika hidup hanyalah soal warna, maka hitam adalah pilihanku. Jika hidup menjadi misteri, maka pekatnya malam adalah tempatku. Jika bahagia harus berupa pelangi, maka tersingkirlah aku.-Rara Audy Sanjaya-***Aku masih mendengar teriakan Mbak Viona dan beberapa orang tak dikenal sebelum semua menjadi gelap. Aku seperti terperangkap di dalam kegelapan yang tidak bertepi. Sunyi dan senyap. Namun, aku tetap dapat merasa sakit di bagian bawah perut.Bau karbol menyengat di indra penciuman, membuat aku mengernyit heran. Aku membuka mata perlahan dengan rasa pusing luar biasa. Cahaya lampu membuat aku kembali mengernyit karena silau menusuk netra. Di mana ini? Mengapa tempat ini terasa asing? "Kamu sudah sadar, Ra?" Aku makin linglung ketika mendengar suara Mbak Viona menyapa. Setelah mata menyesuaikan cahaya di ruangan ini, aku menoleh ke asal suara. Mbak Viona berdiri dengan tatapan cemas di samping Bang Tengku. Pikiranku mendadak berotasi mengingat apa yang terjadi beberapa saat lalu.

  • ISTRI BAYANGAN TUAN CEO   SITUASI GENTING

    Atmosfer di ruangan seluas tiga puluh lima meter persegi ini mendadak haru karena pertemuan sepasang suami istri yang saling melepas rindu. Aku turut terhanyut dalam kebahagian saat kedua sejoli itu melerai pelukan dan melempar senyuman pada kami. Setelah mampu menguasai diri, Mbak Viona meminta agar Bang Tengku untuk duduk di sofa bersama kami. Tentu saja hal ini dimanfaatkan Mbak Viona untuk bersandar manja di dada bidang laki-laki bermata hazel itu. Sementara itu, suaminya membelai lembut puncak kepala dia dengan penuh kelembutan."Jadi dia menuduh kamu berzinah dan menolak mengakui anak kalian?" Bang Tengku meyakinkan bahwa informasi yang dia dengar tidak salah.Aku mengangguk seraya tersenyum kecut, lalu berkata, "Ya. Bahkan Ra sudah menantang dia untuk melakukan tes DNA begitu kehamilan ini tidak rawan, tapi sayangnya dia menolak." Bang Tengku menggeram marah dengan rahang mengatup erat, jari-jarinya mengepal hingga buku-buku jarinya memutih. "Dasar bajingan! Semabuk-mabukny

  • ISTRI BAYANGAN TUAN CEO   CAMPUR TANGAN ANAK MAFIA 2

    Memilih pergi bukan untuk berhenti mencintai Tetapi memberi waktu untuk sejenak menepi Rasakan cinta kala dua jiwa terpisah tanpa saling menyakiti Kemudian, jika takdir menemukan kita lagiSudah tidak ada keraguan di hati***Bang Baim melonggarkan kancing kemeja bagian atas. Sepertinya dia butuh udara segar karena tiba-tiba napasnya tersengal. Mbak Viona memang sangat pintar membuat lawan atau kawan merasa terintimidasi lewat sorot mata saja. Padahal, dia belum mengatakan apa pun.Dengan anggun, jari-jari lentik itu mengangkat cangkir kopi dan menyesap isinya perlahan. Cara dia seperti ini mengingatkanku pada Eyang. Seingtaku, gambaran Mbak Viona adalah sosok Eyang di saat muda dulu. Cantik, anggun, tegas, dan berkelas. Bedanya, Eyang kami tidak menikah lagi semenjak Eyang Kakung meninggal. Waktu itu, Mama Hani dan Mama masih kecil dan butuh kasih sayang dari sosok ayah.Akan tetapi, Eyang membuktikan pada siapa pun bahwa dia mampu menjadi ibu sekaligus ayah untuk kedua anaknya. M

  • ISTRI BAYANGAN TUAN CEO   CAMPUR TANGAN ANAK MAFIA

    Aku masih mematung, menunggu jawaban dari perempuan cantik yang masih tersenyum miring. Entah mengapa firasat mendadak tidak enak hanya dengan melihat tatapan mata Mbak Viona. Walaupun rencana dia selalu berhasil, tetapi tidak jarang mengundang resiko. Seperti tahun lalu, misalnya. Hampir saja si kembar menjadi korban keberingasan para penjabat, begitu juga Natha yang saat itu masih bayi. Karena kecerobohan dan menganggap sepele musuh, Mbak Viona serta anak-anak akhirnya disekap selama beberapa hari. Bahkan, Natha lebih dari satu bulan berada di tangan mafia yang sayangnya adalah mertua Mbak Viona. Jika mengingat hal itu, aku jadi bergidik ngeri. "Kamu pasti lagi mikir yang nggak-nggak. Ck! Dasar otak mesum," sengit Mbak Viona sambil berdecak kesal.Aku mengembuskan napas kasar, lalu duduk di samping dia dan memandangnya dengan lekat. "Jadi apa rencana, Mbak?" Aku menuntut lewat pertanyaan yang sama. "Bukan Mbak, tapi rencana kita berdua," sahut Mbak Viona sambil terkekeh. Dasar a

  • ISTRI BAYANGAN TUAN CEO   RENCANA LICIK VIONA

    Aku memilih sarapan di kamar setelah mengambil semangkuk soto dan kopi di restoran hotel. Takut ada kenalan yang melihat dan melaporkan pada keluarga bahwa aku ada di sini. Kemungkinan itu bisa saja terjadi. Keluarga kami merupakan orang terpandang di kota ini, bukan hanya dari kalangan atas, tetapi hampir semua kalangan mengenal baik.Soto dengan toping ayan suwir dan banyak sambal, aku aduk perlahan setelah menambah perasaan jeruk nipis. Aroma kaldu ayam menguar memanjakan indra penciuman. Rasa lapar mendera seketika. Tanpa membuang waktu, aku segera menyantap panganan khas ini ke dalam mulut. Sensasi segar dan pedas berpadu memanjakan tenggorokan. Anehnya, aku tidak mual sejak berada di sini. Mungkin anakku butuh tempat tenang.Waktu masih menunjukkan pukul delapan. Aku harus bergegas mencari toko pakaian murah agar dapat mengganti baju. Rasanya risih memakai pakaian yang sama sejak kemarin. Ini di luar rencana. Padahal aku telah menyiapkan kebutuhan minggat di dalam koper. Tetapi

  • ISTRI BAYANGAN TUAN CEO   MALAM PANJANG

    Aku hanya ingin menepi barang sejenakMenjauh dari segala hiruk pikuk dan segala macam tuduhan Aku kecewa, hatiku terlanjur terluka Ternyata, kepercayaan itu memang mahal harganya ***Kakiku terus melangkah hingga tiba di gerbang pembatas. Beruntung kunci gembok sudah aku ambil dari tempat penyimpanan kunci di laci dapur, sehingga mempermudah proses pelarian. Posisi rumah ini berada paling pojok dan sengaja dibuat pagar tambahan untuk berjaga-jaga jika terjadi sesuatu. Seperti saat ini contohnya. Tuhan seakan mendukung, lalu semesta membantu segala urusan agar lebih mudah.Tanganku bergetar saat membuka kunci gembok. Takut akan ketahuan oleh mereka yang aku sebut keluarga. Aku tidak ingin gagal meski berat meninggalkan Muthia dan Liyana, tapi aku tidak punya pilihan. Mental dan pikiran harus terjaga selama masa kehamilan dan rumah ini bukan tempat yang cocok untuk relaksasi pikiran.Aku bernapas lega karena gerbang berhasil aku buka tanpa mengeluarkan bunyi berisik. Rel gerbang ra

DMCA.com Protection Status