"Noah, bawa kembali Valerie malam ini," perintah Fredison malam itu.
Noah pun segera berangkat ke rumah terpencil untuk menjemput Valerie. Dia yang paling tahu bagaimana perasaan Valerie setiap kali dihukum di dalam rumah itu. Ketika sampai di rumah terpencil, Noah tidak menemukan siapapun di sana. Kedua penjaga yang seharusnya berjaga tidak ada di dalam rumah. Lampu di dalam rumah mati dan seluruh barang yang ada di sana berantakan. "Nona Valerie!" Noah bergegas masuk ke dalam rumah, mencari kamar Valerie untuk memastikan bahwa keadaan gadis itu baik baik saja. Akan tetapi, saat melihat pintu kamar Valerie terbuka Noah terkejut. Apalagi Valerie dalam keadaan tak sadarkan diri di atas ranjang. "Nona Valerie! Nona Valerie!" Noah mencoba untuk membangunkan Valerie yang tubuhnya lemas tak berdaya. Namun, dia tak menyadari jika ada orang di belakangnya yang tiba-tiba membiusnya hingga tak sadarkan diri. Valerie merasakan kepalanya pusing, seingatnya tadi malam ada yang mengetuk pintu. Lalu dia tak ingat lagi apa yang terjadi. Sinar matahari yang masuk melalui celah celah kecil di jendela membuatnya sadar jika hari sudah berganti menjadi pagi. Valerie merasakan seluruh tubuhnya pegal dan remuk ketika dia mencoba untuk bangkit dari ranjang. la juga merasakan sakit pada organ intimnya. Akan tetapi, betapa terkejutnya dirinya saat mendapati dirinya tidak mengenakan pakaian dan telanjang bulat di atas ranjang. "Kenapa aku melepaskan semua pakaianku," gumam Valerie. Ketika dia menoleh ke samping, dia melihat sebuah bayangan yang tidak asing. Sosok tubuh lelaki juga bertelanjang dada di sampingnya. "Noah!" "Tidak, tidak mungkin," gumam Valerie panik. Tak lama Noah membuka matanya, dia memegang kepalanya yang berat dan terkejut saat melihat di sebelahnya ada Valerie dengan ekspresi wajahnya yang tak kalah kagetnya. "Nona.. Valerie?" Noah terkejut saat mendapati dirinya tidak mengenakan pakaian. Pakaian yang dikenakannya tadi malam sudah berserakan di atas lantai. "Noah, ini bukan seperti yang aku pikirkan, kan?" tanya Valerie yang berusaha menutupi tubuhnya dengan selimut. "Tadi malam saya datang untuk menjemput Anda atas perintah Tuan Fredison." Noah terdiam sejenak memikirkan sesuatu yang dia lewatkan. "Lalu... apa ini? Kenapa kamu bisa ada di ranjang yang sama denganku?" "Aku... Aku juga merasa sakit pada... " Valerie tak dapat melanjutkan kalimatnya karena terlalu malu. "Saya akan keluar, silakan Anda mengenakan pakaian Anda dulu," kata Noah. Valerie masih tercengang, hingga pintu sudah ditutup oleh Noah pun dia masih kaku tak bisa berkata apa-apa. Sampai setengah jam kemudian, Noah memanggilnya dari balik pintu, tapi Valerie masih tergugu di atas ranjang. "Kita harus kembali pagi ini, Nona Valerie," kata Noah. Valerie menyadarkan dirinya sendiri, dia mengenakan pakaiannya dengan pandangan kosong sambil memikirkan hal apa yang sudah diperbuatnya tadi malam. Ketika dia keluar dari kamar, dia melihat Noah sedang memandangi ponselnya dengan serius. Membuat Valerie ikut penasaran dan mendekatinya. "Apa ada hal buruk terjadi, Noah?" tanya Valerie. Noah terkejut lalu menjauhkan ponselnya dari Valerie. "Tidak ada, Nona Valerie," jawab Noah. "Kamu tidak pandai membohongiku Noah." Valerie meraih ponsel Noah. Dia menemukan sebuah berita yang benar benar membuatnya kehabisan kata kata. "Apa ini? Kenapa jadi begini?" tanya Valerie seakan pada dirinya sendiri. "Lalu bagaimana dengan foto ini, Noah? Mengapa mereka memiliki foto seperti ini?" Valerie menunjukkan foto di mana Valerie memeluk Noah yang tidak mengenakan pakaiannya, pun dengan Valerie. Tangan Noah menjadi bantal untuk kepala Valerie. Ada foto lain yang menunjukkan jika mereka saling berpelukan. Noah tiba-tiba menjadi ragu. Pikirannya kacau saat ini. Sepertinya ada yang salah dengan dirinya tadi malam. Hingga membuatnya lupa dengan apa yang ia lakukan semalam. la hanya merasa tubuhnya panas. Kemudian ia harus melepaskan rasa panasnya. Lalu dia pun lelah hingga tak sadarkan diri. Jangan-jangan... Valerie segera menelpon ayahnya menggunakan ponsel Noah. Di ujung sana dia mendengar suara ayahnya begitu dingin dan memintanya untuk pulang. "Pulang sekarang juga, nenek ingin bertemu denganmu," kata Fredison. Nenek Valerie sudah duduk dengan wajah yang tenang di ruang keluarga. Valerie baru sampai satu jam setelah Fredison menyuruhnya agar segera pulang. "Setelah mengacaukan pertunangan dengan Damian, kamu malah tidur dengan pengawal pribadimu, Valerie?" tanya neneknya tanpa basa basi dengan nada yang tenang. Valerie tidak pernah takut pada neneknya, karena neneknya adalah salah satu orang yang menyayanginya setelah ibunya. "Nek, itu tidak benar," bela Valerie. "Lalu bagaimana dengan foto itu? Apakah itu palsu?" Valerie mengunci rapat bibirnya. Dia tidak bisa menyangkal tapi dia ingin mengatakan bahwa tak ada yang terjadi antara dirinya dan Noah malam itu. "Padahal nenek sudah berharap banyak padamu, Valerie. Agar kelak bisa meneruskan perusahaan ku. Tapi kamu telah membawa image yang buruk untuk perusahaan. "Berita sudah menyebar dan aku tidak tahu harus bagaimana saat ini." Valerie dengan wajah memelas memohon pada neneknya untuk melepaskannya kali ini. "Valerie yakin ada yang menjebak ku, Nek. Valerie tadi malam dihukum oleh ayah di rumah terpencil. Lalu... malam itu ada yang masuk... dan aku tidak ingat apa apa lagi." "Jika kamu mengatakannya di depan publik, apakah mereka akan lantas percaya Valerie? Kamu sudah menimbulkan masalah sebelumnya. Dan belum ada satu minggu kamu berulah lagi. "Apakah kamu tahu, jika kamu dituduh berselingkuh dengan pengawalmu selama ini? Makanya kamu membatalkan pertunangan itu?" "Mana mungkin aku berselingkuh dengan Noah! Noah sudah seperti kakakku, Nek!" "Kamu menganggapnya kakak, sampai kamu tidak tahu sampai mana batasannya, kan, Valerie?" tuduh Anne menambah kisruh masalah. "Pokoknya, karena foto foto yang menjijikkan itu sudah menyebar di internet. Aku harap kamu mendapatkan hukuman yang layak karena sudah mempermalukan keluarga ini," lanjut Anne. "Kalau begitu, sebaiknya untuk sementara kamu pergi ke luar negeri, Valerie. Setelah lima tahun kembalilah," kata neneknya. "Mana mungkin bisa selesai dengan begitu, Nek. Warga internet tidak akan puas jika dia dikirim ke luar negeri. Bagaimana kalau di sana dia membuat masalah lagi, dan hamil dengan lelaki yang tidak diketahui asal-usulnya. Di sini masih ada ayah dan ibu saja dia sudah berani berulah," kata Ruth. "Diam. Kamu tidak ada darah dari keluarga ini, kamu tak ada hak untuk bicara," kata nenek Valerie. Wajah Ruth dan Anne langsung merah padam karena malu. "Benar apa yang dikatakan oleh Ruth, Bu," kata Fredison buka suara. "Anak itu sudah tidak bisa di atur, dia akan membuat masalah terus menerus kalau dibiarkan saja. Dia sudah banyak kuberikan kelonggaran selama ini." "Ayah... ayah kenapa ayah bisa berkata seperti itu pada nenek?" tanya Valerie. "Ayah sudah muak dengan sikapmu, Valerie. Kamu sudah membuat banyak masalah akhir akhir ini. Karena berita kemarin saham perusahaan anjlok. Dan sekarang kamu tidur dengan pengawalmu sendiri, saham di perusahaan makin anjlok. Kamu mau berbuat apalagi hingga tak ada investor yang mau menanam saham di perusahaan keluarga kita?" "Tapi..." "Kemasi barang barangmu, dan keluar dari rumah ini," putus ayahnya. Fredison meninggalkan ruang keluarga, disusul oleh Anne dan Ruth. Tinggal Valerie dan neneknya berdua di sana. "Maafkan aku Valerie, aku tidak bisa membantah apa kata ayahmu," kata neneknya lalu meninggalkan Valerie sendiri di sana. Valerie tak tahu harus berbuat apalagi sekarang, karena bahkan neneknya pun tak dapat membantunya. Valerie keluar dari ruang keluarga, dua orang pembantu dengan sinis melemparkan koper pada Valerie. Gadis itu benar benar tak habis pikir karena pembantunya memperlakukannya seperti itu. "Noah, di mana Noah," gumam Valerie. Dia harus memanggil Noah dan memintanya untuk menjelaskan pada neneknya. Akan tetapi, Noah tak ditemukan di dalam rumah itu. "Di mana Noah?" tanya Valerie pada pembantu pribadinya. "Noah sudah pergi Nona, pengawal Tuan Fredison memukulinya habis-habisan dan setelah itu mengusirnya." Valerie berlari keluar rumah, dia tidak mendapati Noah ada di mana-mana. Mereka benar-benar sudah mengusir lelaki itu dari rumah setelah memukulnya. "Jangan lupa bawa ini." Ruth melempar foto ibu Valerie, hingga kaca di dalam bingkai itu pecah. Valerie memungut fotonya dan memasukkan ke dalam kopernya. Saat ini dia bingung, harus ke manakah dia saat ini sementara yang dia miliki hanyalah keluarganya.Tak ada pilihan lain bagi Valerie, dia harus keluar dari rumah itu karena tidak ada satupun orang yang menginginkannya termasuk ayahnya sendiri. Dia akan mengerti jika Ruth dan Anne membencinya. Tapi mengapa ayahnya sama sekali tidak membelanya dan malah mengusirnya? Valerie terus berjalan hingga malam. Tapi tak ada satu tanda dia menemukan Noah. Di sisi lain hatinya, ia merasa kasihan pada Noah karena sudah dipukuli oleh pesuruh ayahnya. Tapi di sisi lain, dia juga kesal pada lelaki itu karena sama sekali tak dapat menjelaskan mengapa mereka ia bisa ada di kamar itu dan apa yang dia lakukan tadi malam. "Kamu ada di mana Noah?" gumam Valerie. Gerimis pun turun, Valerie berlari kecil berteduh di salah satu toko yang sudah tutup. Dia melihat jalanan di depannya. Sepi dan tak ada orang yang melewatinya. la sendiri tak tahu mengapa berjalan dan melewati jalan itu. Hingga tanpa sadar dia melihat sekelompok orang berjalan ke arahnya dan tertawa terbahak-bahak. Awalnya Valerie ingin men
Mendengar ajakan menikah dari Noah, tentu saja membuat Valerie terkejut. la tidak pernah membayangkan sebelumnya jika akan dilamar oleh pengawal pribadinya sendiri. Itu pun bukan atas dasar cinta melainkan rasa bersalah. "Noah, sepertinya kamu terlalu terburu-buru dengan keputusan itu," tolak Valerie dengan suara nada yang rendah agar tidak menyakiti Noah. "Belum tentu aku hamil, jadi... sebaiknya jangan mengambil langkah terlalu jauh." "Kalau Anda mau seperti itu, baiklah. Saya tidak akan memaksa," katanya kemudian berdiri dari kursinya. Dia membereskan semua makanan dan membuang sisa makanan ke dalam tempat sampah. "Noah," panggil Valerie. "Ya?" "Aku ingin bekerja. Aku akan bekerja, karena aku tidak bisa terus tinggal di rumah ini denganmu." Meski tidak tahu apakah nantinya dia akan segera mendapatkan pekerjaan atau tidak. Tapi Valerie harus memikirkan caranya agar tidak terlalu lama tinggal di rumah Noah dan menyusahkan lelaki itu. "Anda bisa melakukan semua yang Anda inginka
"Aku sedang keluar kota sekarang, kita bicarakan nanti setelah aku di rumah," kata Noah di ujung telepon. "Keluar kota? Oh, baiklah kalau begitu." Valerie menutup teleponnya. Kemudian membalikkan tubuhnya dan melihat bayangan Ruth dan Damian ada di parkiran. Rasanya dia ingin merobek bayangan mereka berdua, tapi dia harus menahannya sedikit lebih lama. Valerie masih memiliki sedikit rasa dengan lelaki brengsek itu. Meski sudah dikhianati dan dipermalukan berkali-kali. Padahal tak ada yang bisa diandalkan dari Damian, tapi mengapa dia harus sebegitu menyukai Damian? Apakah karena dia adalah cinta pertama nya? "Aku harus pulang sekarang," gumam Valerie. Dia keluar dari kafe seperti orang bodoh. Ketika di jalan, dia mendengar suara mesin mobil menghampirinya. Dia pun melirik ke samping, rupanya ada Damian dan Ruth di dalamnya. "Wah kasian sekali, di mana memang pengawalmu? Dia meninggalkanmu ya?" ejek Ruth. "Mau ku antar? Aku mau tau di mana tempat yang kamu sebut rumah," ejek Rut
Keesokan harinya, Noah benar benar mengurus perihal pernikahan mereka berdua. Tidak perlu acara yang mewah, Noah dan Valerie kini sudah sah menjadi suami istri di mata hukum. "Aku tidak percaya kalau aku akan menjadi istri orang lain," gumam Valerie ketika berada di mobil. Noah yang mendengarnya tidak berkomentar. "Tunggu sebentar Noah!" Noah langsung menghentikan mobilnya. "Ada apa?" "Aku ingin makan itu, boleh kan?" Noah melihat restoran cepat saji yang mereka lewati. Tanpa menunggu lama, Noah langsung memutar stir dan mengarahkan ke area drivethru. "Jangan pesan terlalu banyak. Makanan cepat saji tidak baik untuk bayimu," kata Noah. "Iya iya." Namun tetap saja Valerie memesan makanan cepat saji itu cukup banyak. Dia memakan di mobil dan menjatuhkan beberapa remahan di mobil Noah. Noah hanya meliriknya, tapi Valerie tahu jika lelaki itu tidak senang dengan sikapnya saat ini. "Aku akan membersihkannya, aku janji," kata Valerie. "Oh ya kemarin kamu keluar kota ngapain?" "
Setelah dia mendapatkan kabar baik, Valerie pun memberitahu pada Raya jika dirinya diterima bekerja perusahaan yang direkomendasikan olehnya. "Wah selamat! Aku masih di lobi menunggumu, bagaimana kalau kita merayakannya!" "Boleh, aku akan turun sekarang." Mereka berdua pun pergi ke sebuah restoran. Namun, mereka tidak menduga jika akan bertemu dengan Ruth dan kedua temannya di sana. "Apa kita pindah saja?" tanya Raya. Dia tahu raut wajah Valerie berubah saat melihat Ruth. "Tidak. Kita akan makan di sini. Ini bukan restoran mereka." Valerie pun masuk dengan Raya. Duduk di meja yang agak jauh dari mereka bertiga. Tapi, bukan Ruth namanya jika tidak membuat keributan dengan Valerie. Dia dengan kedua temannya lalu menghampiri meja Valerie dan Raya dan mengolok-olok mereka berdua. "Ray, harusnya kamu lebih pandai memilih teman, bagaimana bisa kamu makan di sini dengan teman miskin mu ini ," ejek Ruth. "Benar, dia tidak akan mampu membayar makanan di restoran ini. Kenapa kamu mengaj
Valerie sore itu sedang menyiapkan makan malam untuk Noah. Tapi ketika mendengar suara mesin mobil Noah masuk ke pekarangan rumah mereka, Valerie tiba tiba saja meninggalkan dapur untuk menyambut suaminya tersebut. "Noah! Aku mendapatkan pekerjaan!" kata Valerie dengan ceria. "Pekerjaan apa?" tanya Noah. Dia melepaskan jasnya kemudian duduk di sofa. Valerie iku duduk di sofa yang berbeda dengan Noah. "Menjadi asisten, kupikir aku bisa menjadi desainer di perusahaan itu. Tapi ternyata mereka hanya membutuhkan asisten." Noah diam, kemudian bertanya. "Teman Raya?" "Iya, kupikir itu lebih baik kan daripada aku menganggur." Valerie yang melihat ekspresi wajah Noah saat ini sebenarnya agak takut. Karena Noah yang dia kenal sebelumnya berbeda dengan yang dia lihat sekarang. "Sampai kapan kamu akan bekerja? Bagaimana kalau mereka tahu kamu hamil?" "Uhm... itu... aku akan berhenti sebelum perutku membesar," kata Valerie dengan percaya diri. Tapi setelah melihat wajah Noah, Valerie menja
Sepulang kerja, Valerie menelpon Noah agar tidak menjemputnya karena dia ada urusan lain. Menggunakan taksi, Valerie kemudian pergi ke rumah orangtuanya. Meski dia malas, tapi dia ingin mengambil desain miliknya. Namun, ketika dia hendak masuk ke rumah. Para pelayan rumah itu mencegah Valerie masuk ke dalam karena larangan dari majikan mereka. "Aku cuma mau mengambil barangku!" "Tapi Nyonya dan Tuan melarang kami untuk membiarkan Anda masuk," kata pelayan itu. Valerie melirik ke sekitarnya. Fredison dan Anne tidak ada di rumah karena mobil mereka tak ada yang terlihat. "Aku hanya ingin masuk sebentar," desak Valerie. Lalu munculah Ruth dari dalam dengan wajahnya yang angkuh. "Biarkan dia masuk," kata Ruth. Dia masih kesal lantaran dia diusir oleh petugas keamanan kemarin di depan Valerie. Mau tak mau pelayan pun membiarkan Valerie masuk. Ruth memberikan kode pada pelayan agar membuntuti Valerie dan mengunci kamarnya. Valerie yang sudah ada di dalam kamar kemudian mencari-cari
Noah pun membawa Valerie ke rumah sakit. la membiarkan salah satu orangnya untuk menyetir mobilnya untuk sementara. "Jadi siapa yang sudah menyuruh mereka membawa Valerie ke sini?" tanya Noah. Kepala Valerie berada di atas pangkuan Noah. Rupanya Valerie diberi obat tidur dalam minumannya. Entah apa yang sudah mereka rencanakan, yang jelas kejadian serupa pasti akan terjadi lagi jika dia telat menolong Valerie. "Ruth, kakak tiri Valerie Bos." "Ruth?" Ponsel Noah bergetar, kali ini Raya yang menelponnya. "Kamu sudah menemukan Valerie, Noah?" tanya Raya terdengar cemas. "Aku sudah bersama Valerie, sekarang aku akan membawanya ke rumah sakit." "Apa terjadi sesuatu pada Valerie?" "Aku akan memastikannya nanti di rumah sakit, apakah dia baik baik saja atau tidak. Jadi, tolong katakan pada temanmu itu kalau Valerie tak bisa pergi bekerja hari ini." "Baiklah kalau begitu. Kabari aku jika Valerie sudah sadar." Valerie membuka matanya ketika dia melihat Noah sedang berbicara dengan se
Ponsel Kevin berdering, Julian mengambil ponselnya dari saku celana milik Kevin."... Ya?""Ini ponsel milik Kevin, kan?" tanya seorang perempuan di ujung telepon."Ya benar, tapi pemilik ponselnya pingsan. Kamu bisa menjemputnya ke sini karena aku tidak mau mengantarnya," kata Julian."Di mana dia? Beri aku alamatnya sekarang."Setelah meminta izin pada Emily, akhirnya Julian memberikan alamat tersebut kepada Karina."Sepertinya yang menelpon adalah kekasihnya," kata Julian usai menutup teleponnya."Biarkan saja dia begitu, kamu mau minum?" tanya Emily. "Oh ya, aku akan mengobati lukamu dulu."Emily membawa Julian masuk ke dalam.Sejak dia putus dengan Kevin, Emily tidak pernah membawa lelaki masuk ke apartemennya. Dan baru kali ini dia mengizinkan pria yang baru dia kenal untuk masuk ke sana.Emily pikir karena Julian adalah sepupu Noah, maka dari itu dia mengizinkannya untuk masuk.
Valerie mengajak Emily untuk makan malam di sebuah restoran mewah dengan pencahayaan lembut dan dekorasi yang elegan. Karena Emily adalah teman Noah, jadi tidak ada salahnya jika dia ingin membangun hubungan yang baik dengan Emily. Apalagi profesinya yang sangat berhubungan dengan pekerjaan Valerie."Maafkan aku, tapi dia memaksa untuk ikut," kata Noah menunjuk Julian dengan matanya."Tak apa-apa, lebih ramai lebih baik, kan?"Mereka berempat pun duduk di sebuah meja bulat yang sudah dipesan oleh Valerie sebelumnya.Julian yang berkarakter mudah akrab dengan orang baru pun tidak kesulitan ketika memulai obrolannya dengan Valerie."Untuk keberhasilan peragaan busana malam ini. Terima kasih karena telah bekerja keras," kata Valerie pada Emily.Emily tersenyum. "Aku hanya melakukan pekerjaanku, dan terima kasih sudah mempercayakannya kepadaku."Mereka berempat pun mulai mengobrol membicarakan masalah pekerjaan dan kehidupan
Valerie duduk di meja kerjanya, ia melihat-lihat desain terbaru untuk pertunjukkan busana yang akan datang.Pintu dibuka oleh sekertarisnya kemudian muncul seorang wanita tinggi yang cantik. Emily masuk dengan senyum yang menawan.Valerie menyambutnya dengan senyum yang ramah. Emily adalah model yang dikenalkan Noah kepadanya. Dia mengatakan bahwa Emily adalah seorang model yang berbakat dan profesional."Selamat datang, saya sangat senang karena Anda bisa bergabung dengan kami untuk pertunjukkan busana ini," kata Valerie.Emily tersenyum. "Mana mungkin saya bisa menolaknya ketika Valerie langsung yang memintanya," Emily terkekeh." Dia jarang meminta bantuan, jadi saya sangat senang bisa membantunya."Valerie menjabat tangan Emily. "Tapi tetap saja, saya ingin mengucapkan terima kasih." Apalagi saat melihat potongan video Emily ketika berada di atas panggung catwalk, dia langsung tertarik pada model tersebut saat pertama kali melihatnya.
"Julian!" teriak Isadora sangat senang saat melihat bayangan sepupunya itu muncul di ambang pintu rumahnya.Dia menghampiri Julian kemudian memeluk lelaki itu."Sekarang kenapa kamu agak berbeda?" tanya Isadora, dia memindai wajah Julian dengan serius."Kenapa? Apa aku bertambah tampan?"Isadora memukul lengan Julian, lelaki itu hanya meringis. Sepupunya itu mencari keberadaan Maxim, tapi siang itu suami Isadora tentu saja sedang bekerja tidak seperti dirinya. Yang keluyuran tidak jelas seperti sekarang."Tiga pria bodoh akhirnya dapat berkumpul lagi," kata Isadora dia mempersilakan Julian masuk."Siapa maksudmu? Havier, Maxim dan Noah?"Isadora mendecakkan lidahnya. "Anakku, jangan sampai kamu mirip dengan pamanmu ini ya. Mama tidak mau kamu mirip dengannya," kata Isadora sambil mengusap perutnya."Kamu tidak ingin punya anak?" tanya Isadora.Julian yang sedang mengambil apel tanpa sengaja menjatuhkan
Noah duduk dengan tidak tenang setelah dia menyuruh River untuk mengobati lukanya.Ada rasa bersalah yang mendalam saat dia tahu bahwa asisten pribadinya itu hampir terbunuh karena perintahnya.Hidup Zack di masa lalu sudah terlalu berat, dan kini dia harus bertemu dengan dirinya yang selalu memberikan tugas berbahaya kepada asistennya tersebut.Suara langkah mendekat, Noah melihat River berjalan ke arahnya."Bagaimana dengan keadaanmu." Noah mendongak, matanya tak bisa berbohong. Dia akan merasa bersalah jika terjadi apa-apa pada Zack."Saya baik-baik saja, Tuan."Hening."Apa ada hal yang menganggu pikiran Anda, Tuan?" River merasa jika Noah sedang memikirkan sesuatu.Noah mengangguk pelan."Aku ingin melepaskan Zack," kata Noah. River terkejut mendengar Noah berkata seperti itu."Apa karena Zack tidak melakukan tugasnya dengan baik? Itu murni bukan kesalahannya, Tuan. Kerjasama kami tidak...
PLAK!Irena menampar wajah Noah. Sontak lelaki itu memandang tajam wajah Irena."Jika bukan karena Felix, aku pasti sangat menderita waktu itu. Aku hamil anak Havier. Aku masih muda saat itu. Aku bisa apa saat ada seseorang yang memberikanku bantuan, meski dia meminta imbalan. Dia mengajakku bekerjasama untuk membalas perbuatan kalian.""Padahal kamu menyukainya, kan? Jangan menyalahkan orang lain atas perbuatanmu sendiri. Kalau saja kamu tidak menggoda Havier, kalau kamu tidak membuat nenekku marah, kamu tidak akan diusir dari rumah itu."Noah melewati Irena begitu saja.Sementara itu perasaan Irena bercampuraduk. Dia khawatir, takut dan juga merasa bersalah karena sudah melakukan hal itu di masa lalu."Tolong kembalikan Theo kepadaku, Noah. Aku sudah melakukan kesalahan karena sudah menyia-nyiakan anakku dengan Havier. Dan sekarang, aku ingin menebusnya.""Kamu bisa menebusnya di penjara nanti." Pintu pun ditutup. Hati
Akhirnya hari yang ditunggu oleh Tatiana tiba juga. Dia pergi ke bandara untuk menjemput anak semata wayangnya.Tatiana menatap layar kedatangan di bandara dengan gelisah, mencari nama Julian.Kegugupan Tatiana berubah menjadi senyum yang merekah saat melihat nama yang dia cari muncul di layar. Dengan cepat ia menuju pintu kedatangan dan menunggu penuh dengan harap.Setelah beberapa saat, pintu itu terbuka dan dari sana muncul seorang pria muda yang wajahnya sedikit berubah."Ada apa dengan anak itu, kenapa dia terlihat agak kurus?" gumam Tatiana cemas. "Apa dia tidak makan teratur "Meskipun anaknya sudah dewasa, tapi ada kelembutan dan kepolosan dari anaknya yang masih terpancar dari matanya."Julian!" panggil Tatiana, langkahnya mendekati pria itu dengan cepat.Julian menoleh ke arah suara itu, matanya memancarkan kebingungan sejenak sebelum akhirnya terpancar kegembiraan dan kelegaan. Dia pun tersenyum dengan lebar.
Ivana siang itu terkejut ketika mendapati Noah masuk ke ruangan di kantornya."Apa yang kamu lakukan di sini? Aku sudah mengatakan kepadamu untuk tidak datang ke sini lagi," kata Ivana dengan sinis.Tanpa berkata apa-apa, Noah memberikan sebuah bukti rekam medis kepada Ivana.Ivana melirik ke arah Noah sebentar lalu mengambil dokumen yang ada di atas meja."Apa maksudmu? Jangan bermain-main denganku. Aku tidak peduli apakah dia sudah punya anak atau belum. Karena hal itu tidak ada urusannya denganku." Ivana melemparkan dokumen itu ke atas meja dengan kasar. Dia kembali ke pekerjaannya."Benarkah? Kamu tidak peduli dengan hal itu?"Ivana mengernyitkan keningnya.la melihat Noah mengeluarkan amplop cokelat dari sakunya dan memberikannya kepada wanita itu."Mungkin ini hadiah kejutan untukmu tahun ini."Noah lalu keluar, dia merasa tidak perlu berdiri di sana sampai Ivana mau membuka amplopnya.Us
Tatiana bersama dengan Becca di rumah sakit selama semalaman. Bahkan dia tertidur di bahu Becca karena sangat mengantuk malam itu.Ponselnya bergetar ketika Julian menelponnya tengah malam. "Bu, aku akan tiba besok pagi. Bisa jemput aku di bandara?""Besok kamu sudah sampai?""Hmm, tapi jangan katakan pada siapapun kalau aku sudah pulang. Ibu saja yang tahu masalah kepulanganku. Ada hal yang harus kuberitahu pada ibu.""Apa? Jangan buat ibu penasaran.""Besok saja. Bagaimana keadaan Havier, apa dia baik-baik saja?""Havier koma."Julian mengembuskan napasnya dengan kasar."Untuk sekarang, ibu jangan bertindak ceroboh. Jangan menyentuh wanita itu, dan jangan membuat masalah.""Wanita siapa? Wanita kuda itu?""Ya dia, dia sangat berbahaya Bu. Masih ingat masalah kasus kematian istri pengusaha itu? Sekarang kasus itu dibuka lagi karena pihak keluarga perempuan menemukan kejanggalan."