"Noah, bawa kembali Valerie malam ini," perintah Fredison malam itu.
Noah pun segera berangkat ke rumah terpencil untuk menjemput Valerie. Dia yang paling tahu bagaimana perasaan Valerie setiap kali dihukum di dalam rumah itu. Ketika sampai di rumah terpencil, Noah tidak menemukan siapapun di sana. Kedua penjaga yang seharusnya berjaga tidak ada di dalam rumah. Lampu di dalam rumah mati dan seluruh barang yang ada di sana berantakan. "Nona Valerie!" Noah bergegas masuk ke dalam rumah, mencari kamar Valerie untuk memastikan bahwa keadaan gadis itu baik baik saja. Akan tetapi, saat melihat pintu kamar Valerie terbuka Noah terkejut. Apalagi Valerie dalam keadaan tak sadarkan diri di atas ranjang. "Nona Valerie! Nona Valerie!" Noah mencoba untuk membangunkan Valerie yang tubuhnya lemas tak berdaya. Namun, dia tak menyadari jika ada orang di belakangnya yang tiba-tiba membiusnya hingga tak sadarkan diri. Valerie merasakan kepalanya pusing, seingatnya tadi malam ada yang mengetuk pintu. Lalu dia tak ingat lagi apa yang terjadi. Sinar matahari yang masuk melalui celah celah kecil di jendela membuatnya sadar jika hari sudah berganti menjadi pagi. Valerie merasakan seluruh tubuhnya pegal dan remuk ketika dia mencoba untuk bangkit dari ranjang. la juga merasakan sakit pada organ intimnya. Akan tetapi, betapa terkejutnya dirinya saat mendapati dirinya tidak mengenakan pakaian dan telanjang bulat di atas ranjang. "Kenapa aku melepaskan semua pakaianku," gumam Valerie. Ketika dia menoleh ke samping, dia melihat sebuah bayangan yang tidak asing. Sosok tubuh lelaki juga bertelanjang dada di sampingnya. "Noah!" "Tidak, tidak mungkin," gumam Valerie panik. Tak lama Noah membuka matanya, dia memegang kepalanya yang berat dan terkejut saat melihat di sebelahnya ada Valerie dengan ekspresi wajahnya yang tak kalah kagetnya. "Nona.. Valerie?" Noah terkejut saat mendapati dirinya tidak mengenakan pakaian. Pakaian yang dikenakannya tadi malam sudah berserakan di atas lantai. "Noah, ini bukan seperti yang aku pikirkan, kan?" tanya Valerie yang berusaha menutupi tubuhnya dengan selimut. "Tadi malam saya datang untuk menjemput Anda atas perintah Tuan Fredison." Noah terdiam sejenak memikirkan sesuatu yang dia lewatkan. "Lalu... apa ini? Kenapa kamu bisa ada di ranjang yang sama denganku?" "Aku... Aku juga merasa sakit pada... " Valerie tak dapat melanjutkan kalimatnya karena terlalu malu. "Saya akan keluar, silakan Anda mengenakan pakaian Anda dulu," kata Noah. Valerie masih tercengang, hingga pintu sudah ditutup oleh Noah pun dia masih kaku tak bisa berkata apa-apa. Sampai setengah jam kemudian, Noah memanggilnya dari balik pintu, tapi Valerie masih tergugu di atas ranjang. "Kita harus kembali pagi ini, Nona Valerie," kata Noah. Valerie menyadarkan dirinya sendiri, dia mengenakan pakaiannya dengan pandangan kosong sambil memikirkan hal apa yang sudah diperbuatnya tadi malam. Ketika dia keluar dari kamar, dia melihat Noah sedang memandangi ponselnya dengan serius. Membuat Valerie ikut penasaran dan mendekatinya. "Apa ada hal buruk terjadi, Noah?" tanya Valerie. Noah terkejut lalu menjauhkan ponselnya dari Valerie. "Tidak ada, Nona Valerie," jawab Noah. "Kamu tidak pandai membohongiku Noah." Valerie meraih ponsel Noah. Dia menemukan sebuah berita yang benar benar membuatnya kehabisan kata kata. "Apa ini? Kenapa jadi begini?" tanya Valerie seakan pada dirinya sendiri. "Lalu bagaimana dengan foto ini, Noah? Mengapa mereka memiliki foto seperti ini?" Valerie menunjukkan foto di mana Valerie memeluk Noah yang tidak mengenakan pakaiannya, pun dengan Valerie. Tangan Noah menjadi bantal untuk kepala Valerie. Ada foto lain yang menunjukkan jika mereka saling berpelukan. Noah tiba-tiba menjadi ragu. Pikirannya kacau saat ini. Sepertinya ada yang salah dengan dirinya tadi malam. Hingga membuatnya lupa dengan apa yang ia lakukan semalam. la hanya merasa tubuhnya panas. Kemudian ia harus melepaskan rasa panasnya. Lalu dia pun lelah hingga tak sadarkan diri. Jangan-jangan... Valerie segera menelpon ayahnya menggunakan ponsel Noah. Di ujung sana dia mendengar suara ayahnya begitu dingin dan memintanya untuk pulang. "Pulang sekarang juga, nenek ingin bertemu denganmu," kata Fredison. Nenek Valerie sudah duduk dengan wajah yang tenang di ruang keluarga. Valerie baru sampai satu jam setelah Fredison menyuruhnya agar segera pulang. "Setelah mengacaukan pertunangan dengan Damian, kamu malah tidur dengan pengawal pribadimu, Valerie?" tanya neneknya tanpa basa basi dengan nada yang tenang. Valerie tidak pernah takut pada neneknya, karena neneknya adalah salah satu orang yang menyayanginya setelah ibunya. "Nek, itu tidak benar," bela Valerie. "Lalu bagaimana dengan foto itu? Apakah itu palsu?" Valerie mengunci rapat bibirnya. Dia tidak bisa menyangkal tapi dia ingin mengatakan bahwa tak ada yang terjadi antara dirinya dan Noah malam itu. "Padahal nenek sudah berharap banyak padamu, Valerie. Agar kelak bisa meneruskan perusahaan ku. Tapi kamu telah membawa image yang buruk untuk perusahaan. "Berita sudah menyebar dan aku tidak tahu harus bagaimana saat ini." Valerie dengan wajah memelas memohon pada neneknya untuk melepaskannya kali ini. "Valerie yakin ada yang menjebak ku, Nek. Valerie tadi malam dihukum oleh ayah di rumah terpencil. Lalu... malam itu ada yang masuk... dan aku tidak ingat apa apa lagi." "Jika kamu mengatakannya di depan publik, apakah mereka akan lantas percaya Valerie? Kamu sudah menimbulkan masalah sebelumnya. Dan belum ada satu minggu kamu berulah lagi. "Apakah kamu tahu, jika kamu dituduh berselingkuh dengan pengawalmu selama ini? Makanya kamu membatalkan pertunangan itu?" "Mana mungkin aku berselingkuh dengan Noah! Noah sudah seperti kakakku, Nek!" "Kamu menganggapnya kakak, sampai kamu tidak tahu sampai mana batasannya, kan, Valerie?" tuduh Anne menambah kisruh masalah. "Pokoknya, karena foto foto yang menjijikkan itu sudah menyebar di internet. Aku harap kamu mendapatkan hukuman yang layak karena sudah mempermalukan keluarga ini," lanjut Anne. "Kalau begitu, sebaiknya untuk sementara kamu pergi ke luar negeri, Valerie. Setelah lima tahun kembalilah," kata neneknya. "Mana mungkin bisa selesai dengan begitu, Nek. Warga internet tidak akan puas jika dia dikirim ke luar negeri. Bagaimana kalau di sana dia membuat masalah lagi, dan hamil dengan lelaki yang tidak diketahui asal-usulnya. Di sini masih ada ayah dan ibu saja dia sudah berani berulah," kata Ruth. "Diam. Kamu tidak ada darah dari keluarga ini, kamu tak ada hak untuk bicara," kata nenek Valerie. Wajah Ruth dan Anne langsung merah padam karena malu. "Benar apa yang dikatakan oleh Ruth, Bu," kata Fredison buka suara. "Anak itu sudah tidak bisa di atur, dia akan membuat masalah terus menerus kalau dibiarkan saja. Dia sudah banyak kuberikan kelonggaran selama ini." "Ayah... ayah kenapa ayah bisa berkata seperti itu pada nenek?" tanya Valerie. "Ayah sudah muak dengan sikapmu, Valerie. Kamu sudah membuat banyak masalah akhir akhir ini. Karena berita kemarin saham perusahaan anjlok. Dan sekarang kamu tidur dengan pengawalmu sendiri, saham di perusahaan makin anjlok. Kamu mau berbuat apalagi hingga tak ada investor yang mau menanam saham di perusahaan keluarga kita?" "Tapi..." "Kemasi barang barangmu, dan keluar dari rumah ini," putus ayahnya. Fredison meninggalkan ruang keluarga, disusul oleh Anne dan Ruth. Tinggal Valerie dan neneknya berdua di sana. "Maafkan aku Valerie, aku tidak bisa membantah apa kata ayahmu," kata neneknya lalu meninggalkan Valerie sendiri di sana. Valerie tak tahu harus berbuat apalagi sekarang, karena bahkan neneknya pun tak dapat membantunya. Valerie keluar dari ruang keluarga, dua orang pembantu dengan sinis melemparkan koper pada Valerie. Gadis itu benar benar tak habis pikir karena pembantunya memperlakukannya seperti itu. "Noah, di mana Noah," gumam Valerie. Dia harus memanggil Noah dan memintanya untuk menjelaskan pada neneknya. Akan tetapi, Noah tak ditemukan di dalam rumah itu. "Di mana Noah?" tanya Valerie pada pembantu pribadinya. "Noah sudah pergi Nona, pengawal Tuan Fredison memukulinya habis-habisan dan setelah itu mengusirnya." Valerie berlari keluar rumah, dia tidak mendapati Noah ada di mana-mana. Mereka benar-benar sudah mengusir lelaki itu dari rumah setelah memukulnya. "Jangan lupa bawa ini." Ruth melempar foto ibu Valerie, hingga kaca di dalam bingkai itu pecah. Valerie memungut fotonya dan memasukkan ke dalam kopernya. Saat ini dia bingung, harus ke manakah dia saat ini sementara yang dia miliki hanyalah keluarganya.Tak ada pilihan lain bagi Valerie, dia harus keluar dari rumah itu karena tidak ada satupun orang yang menginginkannya termasuk ayahnya sendiri. Dia akan mengerti jika Ruth dan Anne membencinya. Tapi mengapa ayahnya sama sekali tidak membelanya dan malah mengusirnya? Valerie terus berjalan hingga malam. Tapi tak ada satu tanda dia menemukan Noah. Di sisi lain hatinya, ia merasa kasihan pada Noah karena sudah dipukuli oleh pesuruh ayahnya. Tapi di sisi lain, dia juga kesal pada lelaki itu karena sama sekali tak dapat menjelaskan mengapa mereka ia bisa ada di kamar itu dan apa yang dia lakukan tadi malam. "Kamu ada di mana Noah?" gumam Valerie. Gerimis pun turun, Valerie berlari kecil berteduh di salah satu toko yang sudah tutup. Dia melihat jalanan di depannya. Sepi dan tak ada orang yang melewatinya. la sendiri tak tahu mengapa berjalan dan melewati jalan itu. Hingga tanpa sadar dia melihat sekelompok orang berjalan ke arahnya dan tertawa terbahak-bahak. Awalnya Valerie ingin men
Mendengar ajakan menikah dari Noah, tentu saja membuat Valerie terkejut. la tidak pernah membayangkan sebelumnya jika akan dilamar oleh pengawal pribadinya sendiri. Itu pun bukan atas dasar cinta melainkan rasa bersalah. "Noah, sepertinya kamu terlalu terburu-buru dengan keputusan itu," tolak Valerie dengan suara nada yang rendah agar tidak menyakiti Noah. "Belum tentu aku hamil, jadi... sebaiknya jangan mengambil langkah terlalu jauh." "Kalau Anda mau seperti itu, baiklah. Saya tidak akan memaksa," katanya kemudian berdiri dari kursinya. Dia membereskan semua makanan dan membuang sisa makanan ke dalam tempat sampah. "Noah," panggil Valerie. "Ya?" "Aku ingin bekerja. Aku akan bekerja, karena aku tidak bisa terus tinggal di rumah ini denganmu." Meski tidak tahu apakah nantinya dia akan segera mendapatkan pekerjaan atau tidak. Tapi Valerie harus memikirkan caranya agar tidak terlalu lama tinggal di rumah Noah dan menyusahkan lelaki itu. "Anda bisa melakukan semua yang Anda inginka
"Aku sedang keluar kota sekarang, kita bicarakan nanti setelah aku di rumah," kata Noah di ujung telepon. "Keluar kota? Oh, baiklah kalau begitu." Valerie menutup teleponnya. Kemudian membalikkan tubuhnya dan melihat bayangan Ruth dan Damian ada di parkiran. Rasanya dia ingin merobek bayangan mereka berdua, tapi dia harus menahannya sedikit lebih lama. Valerie masih memiliki sedikit rasa dengan lelaki brengsek itu. Meski sudah dikhianati dan dipermalukan berkali-kali. Padahal tak ada yang bisa diandalkan dari Damian, tapi mengapa dia harus sebegitu menyukai Damian? Apakah karena dia adalah cinta pertama nya? "Aku harus pulang sekarang," gumam Valerie. Dia keluar dari kafe seperti orang bodoh. Ketika di jalan, dia mendengar suara mesin mobil menghampirinya. Dia pun melirik ke samping, rupanya ada Damian dan Ruth di dalamnya. "Wah kasian sekali, di mana memang pengawalmu? Dia meninggalkanmu ya?" ejek Ruth. "Mau ku antar? Aku mau tau di mana tempat yang kamu sebut rumah," ejek Rut
Keesokan harinya, Noah benar benar mengurus perihal pernikahan mereka berdua. Tidak perlu acara yang mewah, Noah dan Valerie kini sudah sah menjadi suami istri di mata hukum. "Aku tidak percaya kalau aku akan menjadi istri orang lain," gumam Valerie ketika berada di mobil. Noah yang mendengarnya tidak berkomentar. "Tunggu sebentar Noah!" Noah langsung menghentikan mobilnya. "Ada apa?" "Aku ingin makan itu, boleh kan?" Noah melihat restoran cepat saji yang mereka lewati. Tanpa menunggu lama, Noah langsung memutar stir dan mengarahkan ke area drivethru. "Jangan pesan terlalu banyak. Makanan cepat saji tidak baik untuk bayimu," kata Noah. "Iya iya." Namun tetap saja Valerie memesan makanan cepat saji itu cukup banyak. Dia memakan di mobil dan menjatuhkan beberapa remahan di mobil Noah. Noah hanya meliriknya, tapi Valerie tahu jika lelaki itu tidak senang dengan sikapnya saat ini. "Aku akan membersihkannya, aku janji," kata Valerie. "Oh ya kemarin kamu keluar kota ngapain?" "
Setelah dia mendapatkan kabar baik, Valerie pun memberitahu pada Raya jika dirinya diterima bekerja perusahaan yang direkomendasikan olehnya. "Wah selamat! Aku masih di lobi menunggumu, bagaimana kalau kita merayakannya!" "Boleh, aku akan turun sekarang." Mereka berdua pun pergi ke sebuah restoran. Namun, mereka tidak menduga jika akan bertemu dengan Ruth dan kedua temannya di sana. "Apa kita pindah saja?" tanya Raya. Dia tahu raut wajah Valerie berubah saat melihat Ruth. "Tidak. Kita akan makan di sini. Ini bukan restoran mereka." Valerie pun masuk dengan Raya. Duduk di meja yang agak jauh dari mereka bertiga. Tapi, bukan Ruth namanya jika tidak membuat keributan dengan Valerie. Dia dengan kedua temannya lalu menghampiri meja Valerie dan Raya dan mengolok-olok mereka berdua. "Ray, harusnya kamu lebih pandai memilih teman, bagaimana bisa kamu makan di sini dengan teman miskin mu ini ," ejek Ruth. "Benar, dia tidak akan mampu membayar makanan di restoran ini. Kenapa kamu mengaj
Valerie sore itu sedang menyiapkan makan malam untuk Noah. Tapi ketika mendengar suara mesin mobil Noah masuk ke pekarangan rumah mereka, Valerie tiba tiba saja meninggalkan dapur untuk menyambut suaminya tersebut. "Noah! Aku mendapatkan pekerjaan!" kata Valerie dengan ceria. "Pekerjaan apa?" tanya Noah. Dia melepaskan jasnya kemudian duduk di sofa. Valerie iku duduk di sofa yang berbeda dengan Noah. "Menjadi asisten, kupikir aku bisa menjadi desainer di perusahaan itu. Tapi ternyata mereka hanya membutuhkan asisten." Noah diam, kemudian bertanya. "Teman Raya?" "Iya, kupikir itu lebih baik kan daripada aku menganggur." Valerie yang melihat ekspresi wajah Noah saat ini sebenarnya agak takut. Karena Noah yang dia kenal sebelumnya berbeda dengan yang dia lihat sekarang. "Sampai kapan kamu akan bekerja? Bagaimana kalau mereka tahu kamu hamil?" "Uhm... itu... aku akan berhenti sebelum perutku membesar," kata Valerie dengan percaya diri. Tapi setelah melihat wajah Noah, Valerie menja
Sepulang kerja, Valerie menelpon Noah agar tidak menjemputnya karena dia ada urusan lain. Menggunakan taksi, Valerie kemudian pergi ke rumah orangtuanya. Meski dia malas, tapi dia ingin mengambil desain miliknya. Namun, ketika dia hendak masuk ke rumah. Para pelayan rumah itu mencegah Valerie masuk ke dalam karena larangan dari majikan mereka. "Aku cuma mau mengambil barangku!" "Tapi Nyonya dan Tuan melarang kami untuk membiarkan Anda masuk," kata pelayan itu. Valerie melirik ke sekitarnya. Fredison dan Anne tidak ada di rumah karena mobil mereka tak ada yang terlihat. "Aku hanya ingin masuk sebentar," desak Valerie. Lalu munculah Ruth dari dalam dengan wajahnya yang angkuh. "Biarkan dia masuk," kata Ruth. Dia masih kesal lantaran dia diusir oleh petugas keamanan kemarin di depan Valerie. Mau tak mau pelayan pun membiarkan Valerie masuk. Ruth memberikan kode pada pelayan agar membuntuti Valerie dan mengunci kamarnya. Valerie yang sudah ada di dalam kamar kemudian mencari-cari
Noah pun membawa Valerie ke rumah sakit. la membiarkan salah satu orangnya untuk menyetir mobilnya untuk sementara. "Jadi siapa yang sudah menyuruh mereka membawa Valerie ke sini?" tanya Noah. Kepala Valerie berada di atas pangkuan Noah. Rupanya Valerie diberi obat tidur dalam minumannya. Entah apa yang sudah mereka rencanakan, yang jelas kejadian serupa pasti akan terjadi lagi jika dia telat menolong Valerie. "Ruth, kakak tiri Valerie Bos." "Ruth?" Ponsel Noah bergetar, kali ini Raya yang menelponnya. "Kamu sudah menemukan Valerie, Noah?" tanya Raya terdengar cemas. "Aku sudah bersama Valerie, sekarang aku akan membawanya ke rumah sakit." "Apa terjadi sesuatu pada Valerie?" "Aku akan memastikannya nanti di rumah sakit, apakah dia baik baik saja atau tidak. Jadi, tolong katakan pada temanmu itu kalau Valerie tak bisa pergi bekerja hari ini." "Baiklah kalau begitu. Kabari aku jika Valerie sudah sadar." Valerie membuka matanya ketika dia melihat Noah sedang berbicara dengan se