Share

Story 8

"Aku sedang keluar kota sekarang, kita bicarakan nanti setelah aku di rumah," kata Noah di ujung telepon.

"Keluar kota? Oh, baiklah kalau begitu." Valerie menutup teleponnya. Kemudian membalikkan tubuhnya dan melihat bayangan Ruth dan Damian ada di parkiran.

Rasanya dia ingin merobek bayangan mereka berdua, tapi dia harus menahannya sedikit lebih lama.

Valerie masih memiliki sedikit rasa dengan lelaki brengsek itu. Meski sudah dikhianati dan dipermalukan berkali-kali. Padahal tak ada yang bisa diandalkan dari Damian, tapi mengapa dia harus sebegitu menyukai Damian?

Apakah karena dia adalah cinta pertama nya?

"Aku harus pulang sekarang," gumam Valerie. Dia keluar dari kafe seperti orang bodoh.

Ketika di jalan, dia mendengar suara mesin mobil menghampirinya. Dia pun melirik ke samping, rupanya ada Damian dan Ruth di dalamnya.

"Wah kasian sekali, di mana memang pengawalmu? Dia meninggalkanmu ya?" ejek Ruth.

"Mau ku antar? Aku mau tau di mana tempat yang kamu sebut rumah," ejek Ruth lagi.

Valerie tidak peduli, dia pura pura tidak mendengar apa yang dikatakan oleh Ruth karena hal itu jauh lebih baik untuk menjaga kewarasannya.

Mobil Ruth berada di belakang Valerie cukup jauh. Saat Valerie menoleh ke belakang, rupanya mobil Ruth berhenti. Entah apa yang sedang mereka lakukan, Valerie tak peduli.

Akan tetapi, ketika Valerie sedang berdiri di pinggir jalan untuk menunggu taksi yang dia pesan. Tiba tiba mobil Ruth melaju begitu kencang.

Valerie terkejut, dia tak sempat memundurkan kakinya hingga mobil Ruth sengaja melewati jalanan yang tergenang air.

Air itu jelas langsung membasahi tubuh Valerie. Valerie kemudian mendelik ke arah mobil Ruth.

Terdengar suara Ruth yang tertawa ketika mobilnya berhenti.

"Kamu tau kan? Kalau hal ini sangat menyenangkan dan cocok untukmu karena sudah menggoda kekasihku!"

Valerie tak berkata apa apa, dia hanya mengutuk dalam hati. la tak mengerti mengapa Ruth masih membencinya padahal Damian sudah dia miliki, pun dengan hati Damian yang sejak dulu adalah Ruth pemenangnya.

"Bukankah ini agak keterlaluan, Ruth?" Damian protes ketika mobil meninggalkan Valerie.

"Keterlaluan? Kamu membelanya?!"

"Bukan begitu, tapi tadi baru saja hujan, dia pasti kedinginan dan .."

"Kamu mulai menyukainya Damian?" tuduh Ruth.

"Tidak."

"Kalau begitu diam lah!"

Noah duduk di kursinya sudah berjam-jam yang lalu. Dia baru saja disidang oleh neneknya karena sudah pergi meninggalkan kediaman Ivanov selama bertahun-tahun.

"Kalau kamu memang mau tinggal di luar kediaman ini, maka menikahlah Noah," kata neneknya yang sejak tahun kemarin ingin cucunya itu menikah.

"Nanti akan kupikirkan lagi."

"Nenek sudah ada calon untukmu, namanya Aleandra, dia sangat cantik. Kalian sudah pernah bertemu. Bagaimana dengan dia?"

Noah memalingkan wajahnya. Dia tidak suka dengan perjodohan, apalagi dengan wanita yang bernama Aleandra itu. Bagi Noah, Aleandra hanyalah wanita yang menyukai bau uang.

"Biarkan aku mencari sendiri jodohku.'

Neneknya mendengus. "Kamu selalu berkata seperti itu tiap kali nenek bilang akan menjodohkanmu dengan wanita."

Noah merasa jika ucapan neneknya tidak salah, dia memang suka beralasan. Karena memang tidak ingin membangun hubungan dengan wanita.

"Tinggal di sini satu minggu, kamu sudah bertahun-tahun pergi dari sini dan bermain-main di luar sana." Neneknya pun berdiri. "Kecuali kamu membawakan perempuan kepadaku."

Ponsel Noah bergetar, dia melihat nama kontak Valerie masih sama seperti dulu yaitu Nona Valerie. Dia pun langsung mengangkatnya tanpa menunggu lama.

"Noah menikahlah denganku, tapi kamu harus berjanji untuk membantu balas dendam seperti apa yang katakan kemarin," kata Valerie di ujung telepon.

Noah diam diam tersenyum. "Aku masih di luar kota, nanti kita bicarakan saat aku di rumah."

Nenek Noah sempat penasaran, siapa yang menelpon cucunya. Karena bisa membuat Noah tersenyum seperti tadi.

"Siapa yang menelpon mu?"

Noah ikut berdiri kemudian tersenyum.

"Nenek tidak perlu memberikan jodoh kepadaku, karena aku akan membawakan menantu untuk nenek."

"Benarkah? Kamu serius kan?"

Noah mengangguk.

"Kalau begitu, aku pulang sekarang," kata Noah.

"Karena kamu sudah bilang begitu, baiklah. Kamu bisa pulang, tapi ucapanmu sekarang bisa dipegang kan?"

"Tentu saja!" balas Noah.

Dia pun keluar dari rumah dengan beban di hati yang sudah berkurang. Setidaknya dia selamat dari perjodohan karena Valerie akhirnya mengajaknya untuk menikah. Entah pernikahan itu nantinya untuk menyelamatkan harga diri Valerie atau dirinya. Yang penting adalah dia sudah memiliki istri agar tidak didesak oleh neneknya lagi.

Ketika Noah hendak berjalan ke mobilnya. Dia melihat mobil lain masuk ke dalam kediaman Ivanov.

Saat mobil itu berhenti, dua orang turun kemudian berjalan melewatinya seakan dirinya tidak ada.

Namun seorang laki-laki membalikkan tubuhnya kemudian menyapa Noah dengan sebutan kakak.

"Wah ada apa ini? Tumben kamu pulang, Kak Noah?" tanyanya dengan setengah menggoda. Dia memeluk Noah dari belakang dan tertawa.

"Lepaskan aku," desis Noah.

"Lho, kenapa? Padahal sudah lama kita tidak bertemu."

"Maxim! Cepatlah masuk! Kamu sudah ditunggu oleh nenekmu!" kata seorang wanita yang tak lain adalah ibu Maxim dan juga Noah.

"Yah, padahal aku masih ingin mengobrol denganmu," kata Maxim.

"Jangan berpura-pura, aku tau kalian jijik melihatku di sini." Noah melepaskan pelukan Maxim kemudian pergi dari hadapan adiknya itu dan masuk ke dalam mobilnya.

Maxim pun langsung berjalan ke arah ibunya lalu menggandeng tangan ibunya seperti anak kecil. Padahal lelaki itu sudah dewasa.

"Aku tau kamu ingin pamer padaku karena mendapatkan kasih sayang dari ibumu seperti itu," gumam Noah.

Salah satu alasan dia ingin pergi karena dia tak mau melihat Ivana, ibunya di rumah neneknya.

Melihat ibunya hanya akan menggores luka lama di dalam hatinya. Dia tak pernah dianggap ada oleh Ivana, jadi Noah memutuskan untuk tinggal di luar kediaman Ivanov.

Perjalanan dari kediaman Ivanov ke rumah Noah setidaknya membutuhkan waktu sampai dua jam. Itu pun jika malam karena tidak macet.

Noah sampai di rumahnya pukul 2 pagi, dan dia melihat lampu di ruang tamu masih menyala.

Ketika dia membuka pintu rumahnya, dia melihat Valerie tertidur di ruang tamu dengan pulas.

"Apa dia menungguku?" pikir Noah.

Noah lalu duduk di sofa lain dekat Valerie, menunggu perempuan itu bangun.

Hingga ketika Valerie membuat pergerakan, wanita itu membuka matanya dan terkejut saat melihat Noah sudah ada di depan matanya.

"Noah?"

"Ya, ini aku. Kenapa tidur di luar?"

"Aku menunggumu," jawab Valerie malu malu.

"Apa ingin membahas masalah pernikahan?"

"Iya masalah itu. Tadi aku bertemu dengan Ruth dan Damian di kafe. Mereka mengundangku ke pesta pertunangan mereka."

"Tidak perlu datang ke sana," kata Noah.

"Tapi..."

"Menurutku itu yang terbaik. Kalau kamu datang ke sana, kita tidak pernah tahu apa yang sudah direncanakan oleh Ruth dan Damian.

"Lalu soal pernikahan kita, aku akan mengurusnya besok." Noah lalu meninggalkan Valerie yang masih setengah sadar dengan apa yang dikatakan oleh Noah.

"Dia seperti bukan Noah yang aku kenal," gumam Valerie. " Dia sedikit lebih keren sekarang, apa karena cara bicaranya?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status