Setelah dia mendapatkan kabar baik, Valerie pun memberitahu pada Raya jika dirinya diterima bekerja perusahaan yang direkomendasikan olehnya.
"Wah selamat! Aku masih di lobi menunggumu, bagaimana kalau kita merayakannya!" "Boleh, aku akan turun sekarang." Mereka berdua pun pergi ke sebuah restoran. Namun, mereka tidak menduga jika akan bertemu dengan Ruth dan kedua temannya di sana. "Apa kita pindah saja?" tanya Raya. Dia tahu raut wajah Valerie berubah saat melihat Ruth. "Tidak. Kita akan makan di sini. Ini bukan restoran mereka." Valerie pun masuk dengan Raya. Duduk di meja yang agak jauh dari mereka bertiga. Tapi, bukan Ruth namanya jika tidak membuat keributan dengan Valerie. Dia dengan kedua temannya lalu menghampiri meja Valerie dan Raya dan mengolok-olok mereka berdua. "Ray, harusnya kamu lebih pandai memilih teman, bagaimana bisa kamu makan di sini dengan teman miskin mu ini ," ejek Ruth. "Benar, dia tidak akan mampu membayar makanan di restoran ini. Kenapa kamu mengajaknya untuk makan di sini?" tambah Karina. Raya mengepalkan kedua tangannya dengan wajah yang merah karena marah. "Valerie tidak semiskin itu sampai tidak bisa makan di sini." "Hati-hati, nanti pacar kamu direbut oleh Valerie. Kamu tau sendiri Damian dulu direbut Valerie, untungnya Damian langsung sadar." Kali ini Wendy tertawa seolah apa yang dia katakan adalah hal lucu. "Kamu mau menyindir Valerie? Atau teman kalian Karina?" tanya Raya dengan nada yang datar karena sudah kesal. "Apa maksudmu!" "Memangnya siapa sih yang tidak tahu kalau Karina menjadi simpanan om om selama ini? Sampai istri sahnya diceraikan karena Karina." "Jaga bicaramu! Kamu tahu kan bicara dengan siapa sekarang!" Karina membalas dengan gusar. "Kenapa? Kamu tidak terima? Sebaiknya kalian berkaca, lagi pula. Kalian tidak tahu siapa suami Valerie nantinya. Barangkali dia bisa membeli harga diri kalian bertiga." Mendengar hal itu, Ruth langsung tertawa. "Siapa yang akan menjadi suami adikku tersayang ini? Maksudmu pengawal pribadinya yang sudah tidur dengannya itu? Pengawal pribadi yang miskin itu maksudmu?" Ruth menyilangkan kedua tangannya seolah dia berada di atas angin. "Sudahlah, kita saja yang pergi. Aku tidak nafsu makan melihat mereka di sini," kata Valerie dia hendak berdiri. Namun dua orang petugas keamanan menghampiri mereka semua. "Usir mereka berdua, mereka tidak bisa membayar makanan di sini," suruh Ruth dengan semena-mena. Tetapi, alih alih membawa Valerie dan Raya, petugas keamanan tadi malah membawa Ruth dan kedua temannya menyingkir dari sana. "Maaf, tapi tempat ini sudah dibooking oleh seorang tuan muda kaya raya. Anda bisa pergi karena menganggunya," kata petugas itu. "SIAPA TUAN MUDA KAYA RAYA ITU! TUNJUKKAN PADAKU! DIA TIDAK TAHU SIAPA KELUARGAKU HAH!" Ruth meronta seperti kambing yang hendak dipotong. Dia malu karena kalah dengan Valerie secara tidak langsung. Mereka dibuang ke depan restoran bersama dengan rasa malu karena sudah diusir seperti itu. "Siapa tuan muda kaya raya itu?" bisik Raya. "Aku juga tak tau. Apa dia juga ada di sini?" Valerie melihat ke sekeliling tapi tidak menemukan siapa siapa di sana. "Cuma ada kita di sini," bisik Raya. "Gila ini benar benar gila!" Noah memijat kepalanya karena mendengar suara berisik di restoran siang itu. Padahal dia membutuhkan ketenangan saat ini. "Zack panggil manajer di sini," perintah Noah pada Zack. Tak lama kemudian manajer menghampiri Noah dan memberi hormat padanya seakan tahu siapa Noah. "Kenapa di sini berisik sekali, bukankah di sini seharusnya menjadi tempat makan yang tenang dan elegan?" Manajer melihat keributan di ujung sana lalu mengernyitkan keningnya. "Saya akan memberitahu mereka semua baik baik, Pak." Noah melihat dari kejauhan dan terkejut saat melihat ada Valerie dan Raya di sana. "Usir saja ketiga orang itu, keluarkan dari restoran ini dan blacklist mereka agar tidak bisa masuk ke sini lagi." "Ta.. tapi.." "Panggilkan bosmu kalau kamu tidak berani mengusir mereka. "Zack panggil pemilik restoran ini, katakan padanya aku akan membeli restoran ini." Belum sempat Zack melangkahkan kakinya, manajer tadi langsung memberitahu sekuriti agar mengusir mereka bertiga. Tak lama kemudian, Ruth dan kedua temannya sudah keluar dari restoran. Barulah setelah itu Noah keluar dari restoran dan mengenakan kacamata bingkai hitamnya. "Sialan! Siapa yang sudah mengusir kita! Berani sekali dia," rutuk Wendy sambil menepuk-nepuk bagian belakang roknya yang kotor. "Tuan muda kaya raya," gumam Karina. "Mungkin aku bisa memilikinya." "Memangnya kamu tau siapa dia?" tanya Ruth dengan kesal. Dia melihat ke arah Valerie dan Raya bisa makan sambil tertawa seperti itu membuatnya semakin kesal. Sesampainya di kantor, Ruth mendapatkan telepon dari ayahnya. Ayahnya sangat kesal karena pekerjaan Ruth tak ada yang beres sedikit pun. "Kamu bilang itu bekerja Ruth? Semua desain kamu ditolak !" bentak ayahnya sambil memaki Ruth. "Tapi.. mana mungkin ditolak, aku mengajukan 4 desain. Tak mungkin semuanya tak ada yang lolos satu pun." "Selama di luar negeri kamu belajar atau bermain-main! Cepat selesaikan pekerjaanmu atau aku akan membawa kembali Valerie ke rumah kita!" "Tapi Valerie sudah membuat skandal, dan ayah bilang kalau dia tak akan kembali ke rumah kan?" "Kalau kamu tidak becus apa boleh buat. Adikmu jauh lebih tau bagaimana memberikan desain yang baik daripada kamu." Lalu telepon pun ditutup ayahnya sepihak. "Mana mungkin, mana mungkin ayah sampai bilang begitu ," geram Ruth. Ruth langsung menelpon Damian dan menceritakan masalah yang dihadapi oleh Ruth saat ini. "Valerie keluar tanpa membawa apa apa, kan? Kenapa kamu tidak coba periksa desain yang dia buat di kamarnya? Atau gudang penyimpanan milik Valerie. Aku yakin dia memilikinya, dulu dia pernah membual desainnya kepadaku berkali-kali." "Benarkah?" "Kamu bisa mencarinya nanti. Yang penting kamu bisa menyenangkan hati ayahmu saat ini," kata Damian. "Baiklah kalau begitu, aku akan mencarinya nanti malam. Rupanya dia masih berguna," kekeh Ruth.Valerie sore itu sedang menyiapkan makan malam untuk Noah. Tapi ketika mendengar suara mesin mobil Noah masuk ke pekarangan rumah mereka, Valerie tiba tiba saja meninggalkan dapur untuk menyambut suaminya tersebut. "Noah! Aku mendapatkan pekerjaan!" kata Valerie dengan ceria. "Pekerjaan apa?" tanya Noah. Dia melepaskan jasnya kemudian duduk di sofa. Valerie iku duduk di sofa yang berbeda dengan Noah. "Menjadi asisten, kupikir aku bisa menjadi desainer di perusahaan itu. Tapi ternyata mereka hanya membutuhkan asisten." Noah diam, kemudian bertanya. "Teman Raya?" "Iya, kupikir itu lebih baik kan daripada aku menganggur." Valerie yang melihat ekspresi wajah Noah saat ini sebenarnya agak takut. Karena Noah yang dia kenal sebelumnya berbeda dengan yang dia lihat sekarang. "Sampai kapan kamu akan bekerja? Bagaimana kalau mereka tahu kamu hamil?" "Uhm... itu... aku akan berhenti sebelum perutku membesar," kata Valerie dengan percaya diri. Tapi setelah melihat wajah Noah, Valerie menja
Sepulang kerja, Valerie menelpon Noah agar tidak menjemputnya karena dia ada urusan lain. Menggunakan taksi, Valerie kemudian pergi ke rumah orangtuanya. Meski dia malas, tapi dia ingin mengambil desain miliknya. Namun, ketika dia hendak masuk ke rumah. Para pelayan rumah itu mencegah Valerie masuk ke dalam karena larangan dari majikan mereka. "Aku cuma mau mengambil barangku!" "Tapi Nyonya dan Tuan melarang kami untuk membiarkan Anda masuk," kata pelayan itu. Valerie melirik ke sekitarnya. Fredison dan Anne tidak ada di rumah karena mobil mereka tak ada yang terlihat. "Aku hanya ingin masuk sebentar," desak Valerie. Lalu munculah Ruth dari dalam dengan wajahnya yang angkuh. "Biarkan dia masuk," kata Ruth. Dia masih kesal lantaran dia diusir oleh petugas keamanan kemarin di depan Valerie. Mau tak mau pelayan pun membiarkan Valerie masuk. Ruth memberikan kode pada pelayan agar membuntuti Valerie dan mengunci kamarnya. Valerie yang sudah ada di dalam kamar kemudian mencari-cari
Noah pun membawa Valerie ke rumah sakit. la membiarkan salah satu orangnya untuk menyetir mobilnya untuk sementara. "Jadi siapa yang sudah menyuruh mereka membawa Valerie ke sini?" tanya Noah. Kepala Valerie berada di atas pangkuan Noah. Rupanya Valerie diberi obat tidur dalam minumannya. Entah apa yang sudah mereka rencanakan, yang jelas kejadian serupa pasti akan terjadi lagi jika dia telat menolong Valerie. "Ruth, kakak tiri Valerie Bos." "Ruth?" Ponsel Noah bergetar, kali ini Raya yang menelponnya. "Kamu sudah menemukan Valerie, Noah?" tanya Raya terdengar cemas. "Aku sudah bersama Valerie, sekarang aku akan membawanya ke rumah sakit." "Apa terjadi sesuatu pada Valerie?" "Aku akan memastikannya nanti di rumah sakit, apakah dia baik baik saja atau tidak. Jadi, tolong katakan pada temanmu itu kalau Valerie tak bisa pergi bekerja hari ini." "Baiklah kalau begitu. Kabari aku jika Valerie sudah sadar." Valerie membuka matanya ketika dia melihat Noah sedang berbicara dengan se
Saat memasuki lift, Raya teringat dengan kekasihnya yang saat ini harusnya sudah kembali dari luar negeri. Dia pun langsung menghubunginya untuk menanyakan di mana dia saat ini. "Alex! Kamu sudah sampai?" tanya Raya. "Oh... ya... aku sudd ah sampai." "Ada apa dengan suaramu? Kamu kenapa?" "Tid tidaak apa apa." Lalu setelah beberapa detik kemudian suara Alex terdengar normal kembali. "Ada apa Ray?" tanya Alex. "Kamu ada di mana sekarang? Kenapa tidak menghubungiku jika sudah kembali?" "Aku baru saja memesan hotel, dan akan tidur sebentar di sini." "Hotel mana? Aku ke sana sekarang ya." Alex tak langsung menjawab dan meninggalkan keheningan cukup lama. "Alex?" "Nanti aku akan ke rumahmu Ray, sudah malam, kamu jangan keluar malam malam," kata Alex menolak kedatangan Raya. Namun gadis itu tidak berpikir macam macam dan mengiyakan rencana pacarnya. "Baiklah kalau begitu, aku tunggu kamu di rumah." Di sisi lain, seorang lelaki sedang memeluk perempuan dari belakang. Tanpa malu
Valerie menunggu Noah keluar dari kamarnya karena dia akan berangkat bekerja dengan suaminya. Tetapi, sudah cukup lama Noah berada di dalam kamarnya. Ada apa lagi? Tak mau kejadian kemarin terulang lagi, akhirnya Valerie memilih untuk menunggunya. Hingga beberapa menit kemudian Noah sudah keluar dengan pakaian kerjanya yang rapi. Mata Noah melihat bayangan Valerie dari atas sampai bawah kemudian memiringkan kepalanya. "Kamu yakin akan bekerja dengan pakaian itu?" tanya Noah. "Memangnya ada apa?" Rok selutut dengan blouse warna hitam membuat Valerie pagi itu terlihat agak berbeda dari sebelumnya. "Ganti pakaianmu, setelah itu baru boleh ikut denganku." "Tapi... ini sudah siang Noah," protes Valerie, tapi setelah melihat mata Noah menunjuk ke arah kamarnya. Anehnya Valerie menurut saja dan kembali ke kamarnya dan mengganti roknya dengan celana panjang. "Aku tau dia tidak suka aku memakai rok," gerutu Valerie. " Tapi kan..." Valerie tak berdaya, jadi akhirnya dia keluar dengan cemb
Noah menghubungi seseorang ketika dia sudah sampai di kantor. Dia tersenyum dan mengucapkan terima kasih pada laki laki yang ada di ujung sana karena sudah menyebarkan berita yang sangat panas pagi ini. "Harusnya aku yang berterima kasih kepadamu, karena berkatmu. Berita ini banyak yang menyukainya," kata Rian sahabat Noah. "Tapi kapan kamu menikah? Kenapa tidak mengundangku? Gadis mana yang berhasil membuatmu jatuh cinta, Noah?" Noah tersenyum. "Nanti saja merayakannya, yang terpenting sekarang aku sudah memiliki istri dan ada alasan untuk tidak datang ke acara perjodohan yang dilakukan oleh nenekku." Setelah percakapan selesai, Zack kemudian muncul ke ruangan Noah mengantarkan laporan yang diminta olehnya tadi malam. Noah melihat laporan di tangannya sementara Zack menunggu perintah dari bosnya lagi. "Apa dia berbahaya?" tanya Noah. "Maksudku, apa dia pernah memiliki skandal dengan wanita sebelumnya?" "Skandal dengan wanita bersih, Tuan. Tapi dia pernah bertengkar dengan sepup
"Wah, tumben kakakku ada di rumah ini." Suara itu mengejutkan Noah, tapi sebisa mungkin Noah tidak menolehnya dan hanya menatap depannya. "Sombong sekali." Maxim mendekati Noah kemudian berdiri di sebelahnya. Noah menoleh dan menatap tajam Maxim dengan pandangan tak senang. "Jangan pura pura dekat denganku," kata Noah dengan tatapan yang mengintimidasi. la tahu bahwa Maxim adalah seseorang yang sangat ceria, dia memiliki pikiran positif dan selalu tersenyum seperti itu. Noah tahu itu semua karena Maxim memiliki segalanya sejak kecil, kasih sayang ayah dan ibunya dan juga semua yang ia inginkan selalu mudah dia dapatkan. "Kenapa melihatku seperti itu? Kamu mau memakanku ya?" goda Maxim. Noah mengerutkan keningnya, tak mengerti mengapa ada lelaki bodoh di keluarga Ivanov. "Max!" panggil Ivana. Noah melihat bayangan ibunya tak jauh dari sana. "Makan malam sudah tiba, ayah sudah menunggumu." "Ya Bu!" Maxim menoleh ke arah Noah dan tersenyum. Tapi entah mengapa senyuman itu diart
Jason masih berada di kantor, lalu seorang lelaki muncul kemudian membawakan kabar mengejutkan untuk dirinya. "Bagaimana? Apakah kabar yang beredar itu benar?" tanya Jason. "Saya masih memastikannnya, Pak." "Pecat orang yang pertama kali menyebarkan berita jika Valerie hamil. Dan jangan biarkan kabar ini sampai keluar perusahaan," kata Jason. "Baik Pak." *** Meski tahu jika keputusannya untuk datang ke pesta pertunangan Ruth bukanlah hal yang benar untuk dia lakukan. Tapi Valerie tetap nekat untuk datang ke sana setelah mendapatkan izin dari Noah. Menggunakan dress berwarna sapphire sepanjang selutut. Memberikan kesan yang mewah pada Valerie. Potongan gaunnya ramping di pinggang dan meluas ke bawah dengan lekuk yang mengikuti tubuhnya, menciptakan siluet yang anggun. Rambut panjang Valerie ia gerai malam itu, tersorot wajahnya yang bercahaya dengan riasan wajahnya yang lembut. Valerie memadukannya dengan anting kristal yang berkilauan. Tak berani mengenakan hak tinggi, dia han