Share

Story 9

Keesokan harinya, Noah benar benar mengurus perihal pernikahan mereka berdua. Tidak perlu acara yang mewah, Noah dan Valerie kini sudah sah menjadi suami istri di mata hukum.

"Aku tidak percaya kalau aku akan menjadi istri orang lain," gumam Valerie ketika berada di mobil.

Noah yang mendengarnya tidak berkomentar.

"Tunggu sebentar Noah!"

Noah langsung menghentikan mobilnya.

"Ada apa?"

"Aku ingin makan itu, boleh kan?"

Noah melihat restoran cepat saji yang mereka lewati. Tanpa menunggu lama, Noah langsung memutar stir dan mengarahkan ke area drivethru.

"Jangan pesan terlalu banyak. Makanan cepat saji tidak baik untuk bayimu," kata Noah.

"Iya iya." Namun tetap saja Valerie memesan makanan cepat saji itu cukup banyak.

Dia memakan di mobil dan menjatuhkan beberapa remahan di mobil Noah.

Noah hanya meliriknya, tapi Valerie tahu jika lelaki itu tidak senang dengan sikapnya saat ini.

"Aku akan membersihkannya, aku janji," kata Valerie.

"Oh ya kemarin kamu keluar kota ngapain?"

"Ada sedikit urusan."

"Lain kali, kalau kamu pergi keluar kota, bisakah bilang padaku?"

Noah diam.

"Bisa kan, Noah?

"Aku takut di rumah sendirian. Rumah yang kita tinggali, seperti ada yang mengawasi."

"Kamu takut bukan karena rumah itu rumah tua, kan?"

Valerie merasa jika pertanyaan Noah menohok ulu hatinya.

"Tentu saja bukan! Kamu pikir aku perempuan seperti apa?

Noah tentu tahu seperti apa perubahan hidup Valerie. Perempuan yang bahkan belum pernah ditinggal sendirian itu mana mungkin bisa betah berada di rumah sederhana miliknya.

"Mulai hari ini, kamu harus memasak untukku," kata Noah.

"Aku? Memasak?"

"Kamu bisa belajar."

Entah sampai kapan Valerie bisa memasak, tapi Noah harus melatih Valerie mandiri mulai hari ini.

"Baiklah, karena kamu sudah bekerja aku akan memasak. Tapi, kalau aku bekerja, aku tidak perlu memasak ya."

Noah mengangguk.

Tak lama kemudian mereka berdua sudah sampai di rumah Noah.

"Masuklah, aku akan pergi ke kantor."

Valerie turun kemudian melambaikan tangannya pada Noah. Setelah bayangan mobil Noah pergi, dia pun masuk ke rumah.

Di dalam kulkas tidak ada bahan yang bisa di masak. Jadi Valerie memutuskan untuk pergi ke swalayan untuk berbelanja sedikit bahan.

Namun ketika dia berada di swalayan, Raya sahabatnya menelponnya dan ingin mengajaknya bertemu.

"Aku sedang di swalayan dekat kota. Apa kamu mau ke sini Ray, dekat sini ada kafe," kata Valerie.

"Oke, aku juga sedang keluar kantor. Aku akan ke sana sekarang."

Mereka pun bertemu di kafe dekat swalayan. Raya yang sedang keluar kantor memanfaatkan waktunya untuk menemui Valerie yang sempat menghilang tanpa kabar.

"Lalu sekarang kamu bagaimana? Kamu akhirnya menikah dengan Noah?"

Valerie mengangguk. "Tapi rahasiakan ini dulu."

"Kenapa? Bukankah bagus kalau orang orang tahu."

"Noah melarang ku mengatakan ini. Lagi pula, aku sedang hamil."

Mata Raya membulat karena terkejut.

"Kamu serius! Hamil anak Noah!"

Valerie mengangguk pasrah.

"Tapi, kehidupanmu sebelumnya seperti tuan putri. Apakah kamu bisa hidup dengan Noah, laki-laki pas-pasan itu, Valerie?"

"Aku akan bekerja, karena tidak mungkin mengandalkan Noah sendirian."

Mata Raya berbinar cerah. "Aku ada pekerjaan untukmu, apa kamu mau, Valerie?"

"Pekerjaan? Untukku? Tentu saja aku mau!"

"Kalau begitu besok datanglah ke kantorku. Aku akan mengenalkan mu pada seseorang. Dia akan memberikanmu pekerjaan."

Valerie yang merasa jika ada angin segar datang ke hidupnya pun menjadi bersemangat.

"Baiklah! Aku akan ke kantormu besok!"

***

Pagi itu di meja makan sudah terdapat tudung saji untuk menutupi makanan. Noah yang melihatnya langsung menghampiri. Dia pikir Valerie sudah berhasil memasak sesuatu untuk hari ini.

"Apa dia sudah bisa memasak?" gumam Noah. Dia pun membuka tudung saji tersebut, tapi keningnya langsung mengerut ketika melihat hanya ada dua telur mata sapi di atas meja.

Suara pintu terdengar berderit dari kamar Valerie. Perempuan itu berjalan ke arah Noah dengan senyum yang terlihat bangga.

"Ini sarapan untuk kita?" tanya Noah.

Valerie mengangguk.

"Hanya ini?"

"Iya hanya ini. Aku akan bekerja hari ini Noah, jadi aku sepertinya akan sibuk," kata Valerie dengan jumawa.

"Begitu ya," gumam Noah. Mau tak mau dia pun duduk kemudian menyantap makanan yang sudah dimasak oleh Valerie. Meskipun hanya telur goreng, dia harus menghargai Valerie karena perempuan itu setidaknya mau memasak.

Ketika menelan makanannya, Noah merasa ada yang aneh dengan telur yang dia makan.

"Kamu masukkan apa ke dalam telur ini?" tanya Noah.

"Garam, memangnya apalagi."

"Kupikir bukan garam."

Noah menyisakan makanan di atas meja, lalu dia membawanya ke wastafel. Dia lalu pergi meninggalkan Valerie yang merasa tidak ada yang aneh dengan masakannya.

"Noah tunggu aku!" panggil Valerie. "Antar aku ya!"

"Masuklah," suruh Noah.

Valerie dengan riang masuk ke mobil Noah. Dia tidak sabar untuk segera bekerja dengan teman Raya.

Dalam pikiran Valerie saat ini, dia tak mau membuat Noah bekerja sendirian. Karena dia tahu bahwa gaji Noah pasti tak akan cukup untuk mereka berdua.

"Kamu yakin akan baik baik saja?" tanya Noah. "Kamu sedang hamil muda."

"Tak masalah, kata Raya pekerjaannya di dalam ruangan. Ini tidak seperti yang kamu pikirkan."

"Memangnya aku memikirkan apa?"

Valerie langsung menutup mulutnya.

"Di depan sana Noah, aku akan berjalan dari sana."

Noah menghentikan mobilnya, kemudian dia menurunkan Valerie di sana.

Mobil Noah masih di tempat yang sama sampai Valerie menghilang dari matanya.

"Apa dia akan baik baik saja?" gumam Noah yang perasannya mulai tidak enak.

Valerie masuk ke dalam lobi sebuah perusahaan. Raya yang sudah sejak tadi menunggu di sana langsung menyambutnya.

"Ayo aku kenalkan dengan temanku," ajak Raya.

Valerie pun menurut, dia mengikuti Raya di belakangnya.

"Aku bilang pada temanku, kalau kamu adalah desainer yang andal."

"Jangan berkata seperti itu, itu kan sudah lama."

"Tapi bakat kan tetap sama, tidak seperti kakakmu."

Lift berhenti kemudian pintu terbuka. Raya membawa Valerie ke sebuah ruangan.

Tidak ada siapa siapa di sana.

"Aku tinggal ya."

Belum sempat Valerie bertanya, Raya sudah pergi meninggalkannya.

Valerie melihat ke sekelilingnya, sekarang dia bingung harus bagaimana karena tak ada seorang pun yang bisa dia tanya. Hingga sebuah pintu dibuka dari luar kemudian seorang lelaki tinggi dengan rahang yang tajam masuk ke ruangan.

"Kamu Valerie?" tanya lelaki itu sambil berjalan melewati Valerie. Dia kemudian duduk di kursi kemudian melihat sebuah dokumen yang ada di depannya.

"Raya yang sudah merekomendasikan kamu untuk menjadi asistenku," katanya.

Valerie sontak terkejut, karena dia pikir dia akan bekerja sebagai desainer. Bukan asisten seperti yang dikatakan oleh lelaki itu.

Lelaki itu mendongak menatap wajah Valerie yang sedang bingung.

"Bagaimana? Kamu tidak mau dengan posisi ini?"

"Saya mau!" sambar Valerie. Mau bagaimanapun, dia tetap membutuhkan pekerjaan ini. Mungkin untuk sementara dia akan menjadi asisten sampai dia bisa keluar sebelum perutnya membesar. Ya, seperti itu, pikir Valerie.

"Kamu belum menikah, kan? Akan repot kalau kamu sudah menikah."

Teringat dengan ucapan Noah beberapa waktu yang lalu, jika dia tidak boleh mempublish tentang pernikahan mereka sampai anak mereka lahir.

Entah apa alasannya, tapi Valerie setuju dan tahu jika Noah memiliki maksud lain yang baik untuk mereka berdua.

"Belum, saya belum menikah."

Lelaki itu tersenyum.

"Kalau begitu, kamu sudah mulai bekerja mulai besok. Sampai kantor jam delapan, sebelum aku datang kamu sudah harus ada di mejamu."

"Baik Pak," balas Valerie dengan semangat.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status